Diperingati Setiap 24 Juni, Ini Sejarah Hari Bidan Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari Bidan Nasional jatuh setiap tanggal 24 Juni setiap tahunnya. Sejarah Hari Bidan Nasional ternyata tidak jauh dari Kongres Bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta.
Kongres tersebut diselenggarakan pada 24 Juni 1951, dan diprakarsai para bidan senior yang berdomisili di Jakarta.
Dalam kongres tersebut juga dirumuskan tujuan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), yakni menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan, membina pengetahuan dan keterampilan anggota profesi kebidanan, membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, serta meningkatkan martabat dan kedudukan bidan di masyarakat.
Baca juga: Comeback, Winner Akan Rilis Mini Album Terbaru pada 5 Juli 2022
Untuk diketahui, dalam kongres tersebut, Ketua I adalah Fatimah Muin; Ketua II, Sukarno; Penulis I, Selo Soemardjan; Penulis II, Rupingatun; dan Bendahara, Salikun.
Tiga tahun seusai konferensi, tepatnya pada 15 Oktober 1954, IBI diakui secara sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam Lembaga Negara Nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 tanggal 15 Oktober 1954 (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI) dan pada 1956 IBI diterima sebagai anggota International Confederation of Midwives (ICM).
IBI yang keseluruhan anggotanya adalah perempuan bergabung juga dalam Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) sejak 1951 hingga saat ini.
Keterlibatan IBI dalam KOWANI adalah mendukung program-program KOWANI bersama organisasi perempuan lainnya meningkatkan derajat kaum perempuan Indonesia.
Di tingkat internasional, sebagai anggota ICM sejak 1956, IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi tersebut terutama kongres ICM maupun kongres ICM Regional Asia Pacific (Aspac).
Pada Kongres ICM ke-30 di Praha misalnya, melalui bidding, IBI berhasil ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan kongres ICM ke-32 yang diselenggarakan di Bali pada 2020.
Kongres tersebut diselenggarakan pada 24 Juni 1951, dan diprakarsai para bidan senior yang berdomisili di Jakarta.
Dalam kongres tersebut juga dirumuskan tujuan Ikatan Bidan Indonesia (IBI), yakni menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan, membina pengetahuan dan keterampilan anggota profesi kebidanan, membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, serta meningkatkan martabat dan kedudukan bidan di masyarakat.
Baca juga: Comeback, Winner Akan Rilis Mini Album Terbaru pada 5 Juli 2022
Untuk diketahui, dalam kongres tersebut, Ketua I adalah Fatimah Muin; Ketua II, Sukarno; Penulis I, Selo Soemardjan; Penulis II, Rupingatun; dan Bendahara, Salikun.
Tiga tahun seusai konferensi, tepatnya pada 15 Oktober 1954, IBI diakui secara sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan terdaftar dalam Lembaga Negara Nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 tanggal 15 Oktober 1954 (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI) dan pada 1956 IBI diterima sebagai anggota International Confederation of Midwives (ICM).
IBI yang keseluruhan anggotanya adalah perempuan bergabung juga dalam Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) sejak 1951 hingga saat ini.
Keterlibatan IBI dalam KOWANI adalah mendukung program-program KOWANI bersama organisasi perempuan lainnya meningkatkan derajat kaum perempuan Indonesia.
Di tingkat internasional, sebagai anggota ICM sejak 1956, IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi tersebut terutama kongres ICM maupun kongres ICM Regional Asia Pacific (Aspac).
Pada Kongres ICM ke-30 di Praha misalnya, melalui bidding, IBI berhasil ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan kongres ICM ke-32 yang diselenggarakan di Bali pada 2020.