Bangun Pusat Bedah Robotik, Kemenkes: Untuk Tingkatkan Akses Layanan Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui dua rumah sakit tengah membangun pusat bedah robotik. Pembangunan itu dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Proyek dikatakan bukan hanya bertujuan meningkatkan layanan kesehatan, tapi juga bernilai ekonomi dan edukasi. Dengan diberikannya akses transfer pengetahuan dan alih teknologi, industri dalam negeri mampu memproduksi alat dan sparepart-nya di dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencukupi.
"Proyek robotik merupakan proyek multi tahun yang bertujuan untuk meningkatkan akses layanan dan mutu layanan kesehatan untuk daerah yang tidak terjangkau di Indonesia. Strateginya adalah menggunakan Robotic Telesurgery sebagai bagian dari program telemedisin,” kata Staf Khusus Menkes Bidang Ketahanan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Prof. Laksono Trisnantoro, dilansir laman resmi Kemenkes, Minggu (26/6/2022)
Menurut dokter ahli bedah robotik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dr. Reno Rudiman, mengatakan program robotic telesurgery telah berjalan di RSHS sejak 2020.
Robotic Sina misalnya, robot bedah di RS Hasan Sadikin yang melakukan pembedahan menggunakan instrumen moduler masing-masing tower, sehingga pergerakkannya lebih fleksibel.
"Instrumen yang digunakan Sina memiliki ukuran 5 mm sehingga luka yang diakibatkan operasi bisa lebih minimally invassive lagi,” ucap dr. Reno.
Kendati demikian, proyek robotic telesurgery merupakan contoh konkret dari transformasi sistem kesehatan yang diinisiasi oleh Kemenkes, yang terdiri dari gabungan 4 pilar Transformasi Kesehatan, antara lain: Transformasi Layanan Rujukan, Pembiayaan Kesehatan, Ketahanan Industri Alkes, dan SDM Kesehatan.
Maka dari itu, program ini mendukung transformasi layanan sekunder berbasis teknologi kesehatan melalui layanan operasi/bedah jarak jauh. Ke depannya teknologi dapat menurunkan pasien rujukan ke RS tipe A atau RS Rujukan Nasional dengan pelayanan bedah jarak jauh.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Proyek dikatakan bukan hanya bertujuan meningkatkan layanan kesehatan, tapi juga bernilai ekonomi dan edukasi. Dengan diberikannya akses transfer pengetahuan dan alih teknologi, industri dalam negeri mampu memproduksi alat dan sparepart-nya di dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencukupi.
"Proyek robotik merupakan proyek multi tahun yang bertujuan untuk meningkatkan akses layanan dan mutu layanan kesehatan untuk daerah yang tidak terjangkau di Indonesia. Strateginya adalah menggunakan Robotic Telesurgery sebagai bagian dari program telemedisin,” kata Staf Khusus Menkes Bidang Ketahanan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan Prof. Laksono Trisnantoro, dilansir laman resmi Kemenkes, Minggu (26/6/2022)
Menurut dokter ahli bedah robotik di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, dr. Reno Rudiman, mengatakan program robotic telesurgery telah berjalan di RSHS sejak 2020.
Robotic Sina misalnya, robot bedah di RS Hasan Sadikin yang melakukan pembedahan menggunakan instrumen moduler masing-masing tower, sehingga pergerakkannya lebih fleksibel.
"Instrumen yang digunakan Sina memiliki ukuran 5 mm sehingga luka yang diakibatkan operasi bisa lebih minimally invassive lagi,” ucap dr. Reno.
Kendati demikian, proyek robotic telesurgery merupakan contoh konkret dari transformasi sistem kesehatan yang diinisiasi oleh Kemenkes, yang terdiri dari gabungan 4 pilar Transformasi Kesehatan, antara lain: Transformasi Layanan Rujukan, Pembiayaan Kesehatan, Ketahanan Industri Alkes, dan SDM Kesehatan.
Maka dari itu, program ini mendukung transformasi layanan sekunder berbasis teknologi kesehatan melalui layanan operasi/bedah jarak jauh. Ke depannya teknologi dapat menurunkan pasien rujukan ke RS tipe A atau RS Rujukan Nasional dengan pelayanan bedah jarak jauh.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(hri)