Resah Melihat Hustle Culture, Daniel Mananta Serius Tekuni Bisnis Wellness Tourism
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sosok Daniel Mananta tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Nama Daniel Mananta semakin dikenal luas saat dipercaya menjadi host Indonesian Idol yang digelar RCTI selama 1 dekade terakhir.
Posisi bergengsi itu ia raih usai menggebrak industri hiburan sebagai VJ MTV. Namun pada 16 Juni 2020 lalu, publik dibuat geger ketika Daniel Mananta memutuskan undur diri dari Indonesian Idol.
Bukan tanpa alasan, selain penampilan para talenta-talenta muda Indonesia, kehadiran Daniel Mananta sebagai host acara tersebut juga sangat dinantikan. Tak heran bila sepak terjangnya di dunia entertainment berhasil mengukuhkan Daniel sebagai salah satu host papan atas Tanah Air.
Setelah mundur dari Indonesia Idol, Daniel Mananta sebetulnya tetap eksis di dunia entertainment meski dengan platform yang berbeda. Ya, kini pria kelahiran Jakarta 14 Agustus 1981 itu tengah fokus menggarap konten-konten video bernuansa spiritual journey hingga isu-isu yang masih luput dari perhatian orang banyak seperti isu kesehatan mental.
"Perlu gue lurusin di sini, gue emang cabut dari Indonesian Idol tapi gue enggak pernah cabut dari dunia entertainment, gue masih di sini menghibur banyak orang, mungkin sekarang platformnya berbeda," ujar Daniel Mananta saat ditemui MNC Portal dalam grand launching Bobocabin Kintamani, Bali, akhir pekan lalu.
Selain bergelut di dunia entertainment, Daniel Mananta mengatakan bahwa dirinya juga tengah fokus menggarap sejumlah lini bisnis yang sedari dulu telah menarik perhatiannya.
Namun bukan sekadar bisnis semata. Sebagian besar bisnis yang ia jajal lahir dari berbagai keresahan. Ambil contoh bisnis apparelnya yang bertajuk Damn! I Love Indonesia.
"Damn! I love Indonesia itu lahir karena keresahan hati gue. Waktu itu banyak orang indo sempat marah-marah gara-gara batik di klaim oleh Malaysia. Tapi mereka tidak mempelajari batiknya sendiri. Keresahan itu yang bikin gue bikin brand ini," papar Daniel Mananta.
Lalu saat pandemi Covid-19 menghantam dunia sejak awal 2020 lalu, Daniel kembali merasakan keresahan-keresahan yang akhirnya memunculkan sebuah peluang bisnis baru. Daniel mengatakan, dampak dari pandemi Covid-19 sedikit banyak telah mengubah kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi dengan munculnya fenomena hustle culture, di mana sebagian besar orang menjadi gila kerja hingga melupakan kebutuhan dasar manusia yaitu istirahat. Akhirnya, pada April 2022, Daniel resmi menjadi mitra strategis Bobobox guna mempromosikan gaya hidup sehat untuk menandingin fenomena hustle culture tersebut.
"Ini salah satu bukti keresahan gue juga di mana, banyak orang saking sibuknya kerja, mereka lupa caranya beristirahat dan cara tidur yang benar. Bahkan, mereka harus minum obat untuk bisa tidur, itu enggak makes sense," tegas Daniel.
Padahal, lanjut Daniel Mananta, tidur merupakan kebutuhan manusia yang telah dibiasakan sedari kecil.
"Lantas, mengapa saat ini masih banyak orang membutuhkan obat tidur untuk beristirahat? Ini karena otak kita terus bekerja, terus sibuk, kadang-kadang bukan kita yang sibuk, tapi otak kita yang sibuk," timpalnya.
Kolaborasi Daniel bersama Bobobox khususnya Bobocabin dirasa tepat untuk memberikan sebuah perspektif baru. Tujuannya pun sangat sederhana, Daniel ingin mengajak masyarakat agar meluangkan waktunya untuk mendapatkan istirahat berkualitas sekaligus ikut mempromosikan pariwisata Indonesia.
Lokasinya memang tersebar di sejumlah destinasi prioritas besutan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Meskipun demikian, Daniel tidak menampik masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, kebiasaan masyarakat Indonesia yang tengah keranjingan bermain smartphone terkhusus media sosial.
Menurut data yang berhasil ia kumpulkan, ternyata rata-rata org Indonesia menghabiskan di depan layar smartphone selama 8-10 jam dalam kurun waktu 1x24 jam. Bahkan, tak jarang ada yang sampai 15 jam.
"Anggap saja kita hidup sampai usia 60 tahun. Kalau dihitung-hitung dengan persentase waktu per hari, kita menghabiskan waktu liat screen smartphone itu bisa sampai 20 tahun. 20 tahun lainnya kita pakai untuk tidur, sisanya untuk aktivitas sehari-hari," kata Daniel Mananta.
"Bayangkan, itu semua waktu yang sangat lama. Jadi bagaimana kalau sekarang ini kita umpetin dulu handphonenya dan liat keindahan dan connect di sekitar kita. Kembali connect lagi sama anak kita, kita main bareng, ngedate sama istri kita. Stop looking down, jangan sampai kita jadi generasi nunduk. Yuk kita jadi generasi yang menetap apa di muka kita," tandasnya.
Posisi bergengsi itu ia raih usai menggebrak industri hiburan sebagai VJ MTV. Namun pada 16 Juni 2020 lalu, publik dibuat geger ketika Daniel Mananta memutuskan undur diri dari Indonesian Idol.
Bukan tanpa alasan, selain penampilan para talenta-talenta muda Indonesia, kehadiran Daniel Mananta sebagai host acara tersebut juga sangat dinantikan. Tak heran bila sepak terjangnya di dunia entertainment berhasil mengukuhkan Daniel sebagai salah satu host papan atas Tanah Air.
Setelah mundur dari Indonesia Idol, Daniel Mananta sebetulnya tetap eksis di dunia entertainment meski dengan platform yang berbeda. Ya, kini pria kelahiran Jakarta 14 Agustus 1981 itu tengah fokus menggarap konten-konten video bernuansa spiritual journey hingga isu-isu yang masih luput dari perhatian orang banyak seperti isu kesehatan mental.
"Perlu gue lurusin di sini, gue emang cabut dari Indonesian Idol tapi gue enggak pernah cabut dari dunia entertainment, gue masih di sini menghibur banyak orang, mungkin sekarang platformnya berbeda," ujar Daniel Mananta saat ditemui MNC Portal dalam grand launching Bobocabin Kintamani, Bali, akhir pekan lalu.
Selain bergelut di dunia entertainment, Daniel Mananta mengatakan bahwa dirinya juga tengah fokus menggarap sejumlah lini bisnis yang sedari dulu telah menarik perhatiannya.
Namun bukan sekadar bisnis semata. Sebagian besar bisnis yang ia jajal lahir dari berbagai keresahan. Ambil contoh bisnis apparelnya yang bertajuk Damn! I Love Indonesia.
"Damn! I love Indonesia itu lahir karena keresahan hati gue. Waktu itu banyak orang indo sempat marah-marah gara-gara batik di klaim oleh Malaysia. Tapi mereka tidak mempelajari batiknya sendiri. Keresahan itu yang bikin gue bikin brand ini," papar Daniel Mananta.
Baca Juga
Lalu saat pandemi Covid-19 menghantam dunia sejak awal 2020 lalu, Daniel kembali merasakan keresahan-keresahan yang akhirnya memunculkan sebuah peluang bisnis baru. Daniel mengatakan, dampak dari pandemi Covid-19 sedikit banyak telah mengubah kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi dengan munculnya fenomena hustle culture, di mana sebagian besar orang menjadi gila kerja hingga melupakan kebutuhan dasar manusia yaitu istirahat. Akhirnya, pada April 2022, Daniel resmi menjadi mitra strategis Bobobox guna mempromosikan gaya hidup sehat untuk menandingin fenomena hustle culture tersebut.
"Ini salah satu bukti keresahan gue juga di mana, banyak orang saking sibuknya kerja, mereka lupa caranya beristirahat dan cara tidur yang benar. Bahkan, mereka harus minum obat untuk bisa tidur, itu enggak makes sense," tegas Daniel.
Padahal, lanjut Daniel Mananta, tidur merupakan kebutuhan manusia yang telah dibiasakan sedari kecil.
"Lantas, mengapa saat ini masih banyak orang membutuhkan obat tidur untuk beristirahat? Ini karena otak kita terus bekerja, terus sibuk, kadang-kadang bukan kita yang sibuk, tapi otak kita yang sibuk," timpalnya.
Kolaborasi Daniel bersama Bobobox khususnya Bobocabin dirasa tepat untuk memberikan sebuah perspektif baru. Tujuannya pun sangat sederhana, Daniel ingin mengajak masyarakat agar meluangkan waktunya untuk mendapatkan istirahat berkualitas sekaligus ikut mempromosikan pariwisata Indonesia.
Lokasinya memang tersebar di sejumlah destinasi prioritas besutan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Meskipun demikian, Daniel tidak menampik masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya, kebiasaan masyarakat Indonesia yang tengah keranjingan bermain smartphone terkhusus media sosial.
Menurut data yang berhasil ia kumpulkan, ternyata rata-rata org Indonesia menghabiskan di depan layar smartphone selama 8-10 jam dalam kurun waktu 1x24 jam. Bahkan, tak jarang ada yang sampai 15 jam.
"Anggap saja kita hidup sampai usia 60 tahun. Kalau dihitung-hitung dengan persentase waktu per hari, kita menghabiskan waktu liat screen smartphone itu bisa sampai 20 tahun. 20 tahun lainnya kita pakai untuk tidur, sisanya untuk aktivitas sehari-hari," kata Daniel Mananta.
"Bayangkan, itu semua waktu yang sangat lama. Jadi bagaimana kalau sekarang ini kita umpetin dulu handphonenya dan liat keindahan dan connect di sekitar kita. Kembali connect lagi sama anak kita, kita main bareng, ngedate sama istri kita. Stop looking down, jangan sampai kita jadi generasi nunduk. Yuk kita jadi generasi yang menetap apa di muka kita," tandasnya.
(dra)