Ungkap Dinamika Kehidupan Pesantren Lewat Film, Shalahudin Siregar: Ini Gambaran Umum
loading...
A
A
A
Produksi film Pesantren yang dimulai tahun 2015 ini sempat berhenti di tengah jalan karena kesulitan pendanaan. Meskipun begitu, film ini akhirnya bisa selesai pada tahun 2019 dengan dukungan dari In-Docs, Steps International, Kedutaan Denmark di Jakarta, Talents Tokyo, serta dua stasiun TV internasional NHK dan Al Jazeera Documentary Channel.
Film ini diputar pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia.
Film Pesantren terpilih dari sekitar 3000 film, ada pada program di Luminous, sebuah program yang menurut IDFA adalah untuk film yang mampu menenggelamkan penontonnya dalam pengalaman sinematik, yang digerakkan oleh tokoh, cerita, maupun pembuat film.
"Kami hadir untuk memulihkan keindahan relasi, ekspresi dan rasa empati manusia dan membuat yang universal menjadi nyata lewat individu-individu dalam film-fim terpilih,” ungkapnya.
Menurut juru program Luminous Sarah Dawson, gaya observasional (sutradara) memberi kekuatan kepada anak-anak muda yang menjadi subyek film ini sehingga mereka mampu menceritakan kisah mereka sendiri.
“Kita bisa belajar banyak dari guru-guru maupun pelajar dalam film ini, apapun kepercayaan atau identitas kita. Buat saya sendiri, film ini membuat saya merasa lebih punya harapan tentang dunia.”tutupnya.
Film ini diputar pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia.
Film Pesantren terpilih dari sekitar 3000 film, ada pada program di Luminous, sebuah program yang menurut IDFA adalah untuk film yang mampu menenggelamkan penontonnya dalam pengalaman sinematik, yang digerakkan oleh tokoh, cerita, maupun pembuat film.
"Kami hadir untuk memulihkan keindahan relasi, ekspresi dan rasa empati manusia dan membuat yang universal menjadi nyata lewat individu-individu dalam film-fim terpilih,” ungkapnya.
Menurut juru program Luminous Sarah Dawson, gaya observasional (sutradara) memberi kekuatan kepada anak-anak muda yang menjadi subyek film ini sehingga mereka mampu menceritakan kisah mereka sendiri.
“Kita bisa belajar banyak dari guru-guru maupun pelajar dalam film ini, apapun kepercayaan atau identitas kita. Buat saya sendiri, film ini membuat saya merasa lebih punya harapan tentang dunia.”tutupnya.
(hri)