Cara Deteksi Dini Risiko Alergi Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Alergi merupakan bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak. Bisa berupa substansi yang masuk atau bersentuhan dengan tubuh (alergen).
Beberapa jenis substansi yang dapat menyebabkan reaksi alergi meliputi gigitan serangga, tungau debu, bulu hewan, obat-obatan, makanan tertentu, serta serbuk sari. Saat tubuh pertama kali berpapasan dengan sebuah alergen, tubuh akan memproduksi antibodi karena menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Jika tubuh kembali berpapasan dengan alergen yang sama, tubuh akan meningkatkan jumlah antibodi terhadap jenis alergen tersebut. Hal inilah yang memicu pelepasan senyawa kimia dalam tubuh dan menyebabkan gejala-gejala alergi.
Alergi bisa menimbulkan dampak psikologis bagi anak dan orangtua. Penelitian menyebutkan, anak alergi dapat mengalami gangguan seperti daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif, dan lemas. Sedangkan bagi orangtua, munculnya gejala alergi pada anak dapat menimbulkan kecemasan berlebih atau lebih parahnya sampai perasaan depresi. ( )
“Secara sosial, anak serta orangtua bisa merasa rendah diri dan menyerah. Jika hal ini terjadi, pencegahan terhadap risiko alergi pada anak bisa terhambat," terang Psikolog dari TigaGenerasi Putu Andani, M.Psi, dalam Webinar Bicara Gizi "Allergy Prevention" yang diadakan Danone SN Indonesia.
Untuk itu, orangtua harus menanamkan semangat positif dan optimis bahwa pencegahan alergi dapat dilakukan sejak dini. Jika reaksi alergi terjadi, sebaiknya orangtua jangan panik, usahakan agar si kecil tetap tenang.
"Jangan berasumsi tentang penyebab alergi si kecil. Lakukan validasi langsung dengan ahlinya," imbuh Putu.
Isu alergi harus menjadi perhatian orangtua yang memiliki risiko menurunkan kondisi alerginya kepada anak. Seperti dipaparkan Chacha Thaib, ibu dengan anak alergi.
"Saya punya riwayat alergi susu sapi dan debu, sehingga menurun ke anak yang alerginya beragam, salah satunya alergi susu sapi. Selain dampak kesehatan dan beban ekonomi yang besar, saya dan si kecil juga menjadi cenderung penakut dalam memilih makanan," kata Chacha.
Melihat dampak jangka panjang alergi yang harus dihadapi orangtua dan anak, Danone SN Indonesia menawarkan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen nutrisi.
“Untuk membantu mengetahui risiko alergi sejak dini, kami hadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orangtua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga. Kami juga menyediakan inovasi nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia. ( )
Tools digital ini dapat membantu mendeteksi risiko alergi si kecil hingga membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener.
Terkait salah satu usaha pencegahan alergi, menurut Konsultan Alergi dan Imunologi Prof. DR. dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), M.Kes adalah dengan menjalani persalinan normal. Penelitian menunjukkan bayi yang lahir secara alami menerima sejumlah bakteri baik saat melewati jalan lahir ibu mereka. Sebaliknya, para bayi yang lahir caesar memiliki bakteri kulit akibat bedah.
"Makanya bagi para ibu hamil sebaiknya memilih persalinan normal," imbaunya.
Bayi yang lahir lewat persalinan normal juga mempunyai kekebalan tubuh lebih tinggi daripada bayi yang lahir melalui operasi caesar. Hasil studi berhasil menguak, bayi yang lahir secara caesar cenderung akan menderita alergi, seperti asma, karena tidak memperoleh kekebalan alami lewat jalan lahir dari ibu.
Beberapa jenis substansi yang dapat menyebabkan reaksi alergi meliputi gigitan serangga, tungau debu, bulu hewan, obat-obatan, makanan tertentu, serta serbuk sari. Saat tubuh pertama kali berpapasan dengan sebuah alergen, tubuh akan memproduksi antibodi karena menganggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Jika tubuh kembali berpapasan dengan alergen yang sama, tubuh akan meningkatkan jumlah antibodi terhadap jenis alergen tersebut. Hal inilah yang memicu pelepasan senyawa kimia dalam tubuh dan menyebabkan gejala-gejala alergi.
Alergi bisa menimbulkan dampak psikologis bagi anak dan orangtua. Penelitian menyebutkan, anak alergi dapat mengalami gangguan seperti daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif, dan lemas. Sedangkan bagi orangtua, munculnya gejala alergi pada anak dapat menimbulkan kecemasan berlebih atau lebih parahnya sampai perasaan depresi. ( )
“Secara sosial, anak serta orangtua bisa merasa rendah diri dan menyerah. Jika hal ini terjadi, pencegahan terhadap risiko alergi pada anak bisa terhambat," terang Psikolog dari TigaGenerasi Putu Andani, M.Psi, dalam Webinar Bicara Gizi "Allergy Prevention" yang diadakan Danone SN Indonesia.
Untuk itu, orangtua harus menanamkan semangat positif dan optimis bahwa pencegahan alergi dapat dilakukan sejak dini. Jika reaksi alergi terjadi, sebaiknya orangtua jangan panik, usahakan agar si kecil tetap tenang.
"Jangan berasumsi tentang penyebab alergi si kecil. Lakukan validasi langsung dengan ahlinya," imbuh Putu.
Isu alergi harus menjadi perhatian orangtua yang memiliki risiko menurunkan kondisi alerginya kepada anak. Seperti dipaparkan Chacha Thaib, ibu dengan anak alergi.
"Saya punya riwayat alergi susu sapi dan debu, sehingga menurun ke anak yang alerginya beragam, salah satunya alergi susu sapi. Selain dampak kesehatan dan beban ekonomi yang besar, saya dan si kecil juga menjadi cenderung penakut dalam memilih makanan," kata Chacha.
Melihat dampak jangka panjang alergi yang harus dihadapi orangtua dan anak, Danone SN Indonesia menawarkan inovasi terkait deteksi risiko alergi maupun manajemen nutrisi.
“Untuk membantu mengetahui risiko alergi sejak dini, kami hadirkan Allergy Risk Screener by Nutriclub untuk mempermudah orangtua mengetahui besar risiko alergi anak berdasarkan riwayat alergi keluarga. Kami juga menyediakan inovasi nutrisi dengan kandungan sinbotik yang sudah dipatenkan,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia. ( )
Tools digital ini dapat membantu mendeteksi risiko alergi si kecil hingga membantu pemberian edukasi mengenai pencegahan alergi sejak dini dan membantu mempersingkat waktu konsultasi. Allergy Risk Screener by Nutriclub dapat diakses pada: bit.ly/allergyriskscreener.
Terkait salah satu usaha pencegahan alergi, menurut Konsultan Alergi dan Imunologi Prof. DR. dr. Budi Setiabudiawan, SpA(K), M.Kes adalah dengan menjalani persalinan normal. Penelitian menunjukkan bayi yang lahir secara alami menerima sejumlah bakteri baik saat melewati jalan lahir ibu mereka. Sebaliknya, para bayi yang lahir caesar memiliki bakteri kulit akibat bedah.
"Makanya bagi para ibu hamil sebaiknya memilih persalinan normal," imbaunya.
Bayi yang lahir lewat persalinan normal juga mempunyai kekebalan tubuh lebih tinggi daripada bayi yang lahir melalui operasi caesar. Hasil studi berhasil menguak, bayi yang lahir secara caesar cenderung akan menderita alergi, seperti asma, karena tidak memperoleh kekebalan alami lewat jalan lahir dari ibu.
(tsa)