Desa Wisata Seribu Gonjong Destinasi yang Menarik dan Unik
loading...
A
A
A
PADANG - Sumatera Barat memiliki banyak kebudayaan yang patut dilestarikan. Nah, untuk melestarikan budaya ini tentunya harus sering kita kunjungi. Selain menambah kapita daerah juga menambah perekonomian masyarakat setempat.
Melalui #MenyapaDesa dan #DiIndonesiaSaja yuk kunjungi Kampung Desa Sarugo yang terletak di Lembah Harau yang berada di tengah tebing nan terjal. Untuk menikmati pemandangan ini dapat menggunakan kendaraan wisata khusus diberi nama Auto Rumah Minang yaitu kendaraan yang dimodifikasi sendiri dengan ornament khas rumah minang yang telah disediakan oleh masyarakat setempat.
Di Lembah Harau dapat berhenti sejenak, tepatnya di bukit echo, di sana dapat berteriak dengan suara yang akan memberikan pantulan suara yang menggema. Pantulan suara itu karena di sekelilingnya terdapat tebing menjulang tinggi dengan atapkan langit biru yang mempesona.
Desa Wisata Seribu Gonjong terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Lokasi ini dapat ditempuh selama lima jam dengah jarak 138 km dari Kota Padang melalui jalan darat. Di sana ada beberapa kampung adat yang masih bertahan dengan segala keunikan yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
Selain panorama alam yang mempesona ada salah satu distinasi desa wisata yang patut dikunjungi yaitu Desa Wisata Sarugo atau Seribu Gonjong. Desa ini memiliki panorama yang khas yang menjadi kebanggaan masyarakat minang. Seribu Gonjong artinya semakin ke ujung semakin lancip yang menyerupai tanduk kerbau.
Selain itu, Seribu Gonjong juga dijadikan simbul atau status sosial masyarakat yang dijadikan kebanggaan masyarakat minang.
Berangkat dari nama Sarugo, kampong ini memiliki panorama yang khas, suguhan Rumah Adat Sarugo ini begitu anggun dipandang mata, di mana hanya ada 33 rumah yang kental dengan adat Minangkabau, setiap rumah memiliki lima gonjong yang menyerupai tanduk. Bentuk ini memiliki filosofi yang cukup mendalam yaitu, rukum islam yang menjunjung tinggi budaya dan taat akan agama.
Desa Sarugo ini juga memiliki sejarah di mana pejuang asal Minang bernama Tan Malaka yang memiliki keberanian untuk melawan penjajah pada jamannya, sehingga berdiri megah monumen Bela Nagara PDRI. Monomen ini dibangun sejak 2012 dengan simbul rumah gadang, sebagai wujud mengenang jasa para pahlawan dari Tanah Minang. Wilayah ini konon menjadi basis Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Selain itu, tak jauh dari Desa Sarugo juga berdiri monomen Museum Tan Malaka di mana museum ini merupakan rumah Pahlawan Nasional Ibrahim Datuk Ian Malaka yang dijadikan Museum sejak tahun 1998.
Desa Wisata Saribu Gonjong merupakan 50 desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 oleh Kementerian Pariwisata Indonesia. Kampung adat ini memiliki suasana pedesaan dengan panorama yang asri di tambah semilir angin dari perbukitan, mendatangkan nuansa damai yang tak ditemukan di tempat lain yaitu adanya DiIndonesia Saja.
Suasana Damai
Kalau kita tilik lebih detail, Rumah Adat Seribu Gonjong terletak di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Perkampungan terpencil dan paling utara di Kabupaten Lima Puluh Kota itu jauh dari keramaian kota, suasananya masih terlihat asri dan tenang serta damai, bahkan sinyal telepon provider ataupun internet tidak ada. Jika mereka ingin komunikasi harus membeli voucer wifi dengan harga yang terjangkau.
Sarugo, merupakan salah satu dari sedikit kampung yang begitu tradisional. Karena sulitnya akses komunikasi untuk gadget, kesenian anak nagari berkembang pesat. Seperti randai, talempong, maupun silek masih lestari sejak dulu hingga kini.
Menurut Rici Candra Ketua Pokdarwis Desa Wisata Sarugo menjelaskan, dengan adanya kesulitan sinyal komunikasi belum maksimal ini menjadi tantangan tersendiri, tapi juga menjadi kelebihan yang patut disyukuri, kerena mereka yang berkunjung di Desa Sarugo ini betul-betul dapat menikmati suasana damai. Mereka yang datang wisata ke Desa Sarugo yang sehari-harinya disibukan dengan gadget dapat betul-betul merasakan ketenangan dengan menikmati susasa damai.
“Kami melihat ini tantangan dan juga menjadi kelebihan kami, karena dengan tidak adanya gadget anak-anak dapat bermain dengan mainan tradisional, sehingga tetap lestari,”ucapnya.
Untuk melepas lelah di Desa Wisata Gonjong terdapat Homestay yang cukup nyaman dan bersih. Cukup dengan Rp100.000/malam wisatawan dapat menginap di rumah gadang dengan nuansa minang dan siapapun yang menginap di sini akan merasa betah. Karena selain bersih tempatnya juga nyaman dan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Budaya Kearifan Lokal
Keelokan Desa Wisata Sarugo dan keramahan warga menjadi daya tarik tersendiri untuk menggali kearifan lokal yang sangat kental dengan kedaerahannya. Seperti adanya alat musik tradisional Talempong yang senantiasa hadir dalam setiap upacara adat Minangkabau.
Talempong merupakan seperangkat alat musik yang terbuat dari campuran tembaga, timah putih dan besi putih. Dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan stik (alat pukul berbahan kayu).
Alat musik Talempong sering dimanfaatkan sebagai pelengkap dalam berbagai upacara-upacara adat Minangkabau seperti: Upacara pengangkatan penghulu, Upacara pesta perkawinan, Menaiki rumah baru, Pesta panen raya, Acara pertunjukan randai, Musik pengiring tari, Acara gotong royong, Upacara sunat rasul.
Bisa dikatakan tanpa kehadiran Talempong dalam upacara umumnya atau tari khususnya seakan makanan tanpa garam. Talempong bisa juga dimanfaatkan untuk mengatur irama musik. Secara umum fungsi talempong adalah: Sebagai sarana upacara, Sebagai sajian estetis, Sebagai hiburan, Pengintegrasian masyarakat, Sebagai media komunikasi.
Talempong juga hadir menghidupkan suasana dalam arak-arakan penyambutan tamu agung. Umumnya, talempong dimainkan bersama beberapa instrumen tradisional Minangkabau lainnya seperti saluang, gandang, dan serunai.
Produk Unggulan
Selain kuliner rendang daging, tak kalah menarik dan nikmat adalah gulai belut. Biasanya mereka memasak gulai belut usai melakukan panen padi atau mulai menanam padi. Setelah sawah dibajak mereka biasanya banyak yang mencari belut, kemudian dimasak gulai dengan batok kelapa.
Namun sebelum di masak, mereka menyiapkan bumbu terlebih dahulu dan memanggang belut yang sudah dibersihkan. Setelah bumbu dan belut siap lalu dimasak diatas tungku arang dengan menggunakan alat masak yang terbuat dari batok kelapa. Sungguh nikmat!!
Selain kuliner, juga banyak produk UMKM yang patut dijadikan oleh-oleh khas Sarugo yaitu produk kerajinan Keranjang Kibang dan tas yang terbuat dari rotan. Kerangjang Kibang menjadi unggulan produk UMKM dan ini merupakat tempat untuk hantaran ketika ada acara adat maupun acara pernikahan.
Hingga kini yang masih menekuni kerajinan Keranjang Kibang adalah Datuk Bandaro Sakti. Walaupun sudah usia 70 tahun, namun ia tetap menekuni hasil UMKM Sarugo ini dan setiap keranjang kibang dibuat dalam waktu tiga hari kemudian dijual dengan harga Rp300.000. Jangan lupa beli yang banyak sebagai bukti bahwa kamu bangga produk Indonesia, sekaligus membantu perekonomian warga dan menggeliatkan pariwisata kita. Tetap bangga dengan hasil kreatif lokal dan bangga dengan produk Indonesia.
Agrowisata (Porak Limau)
Desa Sarugo bisa dibilang terkurung bukit, penduduk yang tinggal di sana menggantungkan pada sektor pertanian, terutama hasil jeruk siam Gunuang Omeh yang melimpah. Tanaman jeruk siam ini berada di lahan seluas 200 hektare.
Menurut Musri, petani jeruk mengungkapkan, kebun seluas 200 hentare ini semuanya ditanamin jeruk dan cukup memberikan manfaat bagi masyarakat sini. “Untuk 1 kg jeruk dihargai Rp10.000,” katanya.
Selain untuk hasil pertanian, kebun jeruk ini juga dijadikan Agrowisata. Pengunjung bisa menikmati buah jeruk sepuasnya dengan biaya masuk Rp10.000. Hal ini cukup menarik untuk mendatangkan wisatawan. Sehingga
pergerakan ekonomi cukup baik, mereka panen setiap harinya mencapai 2 ton. Itupun belum panen melimpah.
Jika mengalami panen raya, buah jeruk cukup melimpah sehingga masyarakat setempat mengolahnya menjadi selai jeruk yang dapat dijadikan buah tangah para wisatawan.
Cara mengolahnnya buah jeruk ditambahkan dengan papaya, gula pasir, kayu manis, cengkeh. Setelah semuanya tersedia diolah menjadi selai, kemudian selai yang biasanya dipadukan dengan kue semprong yang terbuat dari tepung.
Uniknya lagi, begitu melimpahnya buah jeruk siam Gunuang Omeh, masyarakat setempat juga dijadikan makanan ikan dewa. Pengunjung desa Sarugo dapat memetik buah jeruk dan sekaligun bisa memberikan ikan dewa yang ada di sungai yang mengelilingi desa wisata Seribu Gonjong.
Desa Wisata Sarugo adalah satu dari ribuan desa wisata yang menyajikan #WonderfulIndonesia lainnya yang menanti untuk dikunjungi. Gimana? Segera rencanakan liburan dengan kunjungi www.indonesia.travel untuk menemukan pesona alam di berbagai daerah di Indonesia.
Melalui #MenyapaDesa dan #DiIndonesiaSaja yuk kunjungi Kampung Desa Sarugo yang terletak di Lembah Harau yang berada di tengah tebing nan terjal. Untuk menikmati pemandangan ini dapat menggunakan kendaraan wisata khusus diberi nama Auto Rumah Minang yaitu kendaraan yang dimodifikasi sendiri dengan ornament khas rumah minang yang telah disediakan oleh masyarakat setempat.
Di Lembah Harau dapat berhenti sejenak, tepatnya di bukit echo, di sana dapat berteriak dengan suara yang akan memberikan pantulan suara yang menggema. Pantulan suara itu karena di sekelilingnya terdapat tebing menjulang tinggi dengan atapkan langit biru yang mempesona.
Desa Wisata Seribu Gonjong terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Lokasi ini dapat ditempuh selama lima jam dengah jarak 138 km dari Kota Padang melalui jalan darat. Di sana ada beberapa kampung adat yang masih bertahan dengan segala keunikan yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung.
Selain panorama alam yang mempesona ada salah satu distinasi desa wisata yang patut dikunjungi yaitu Desa Wisata Sarugo atau Seribu Gonjong. Desa ini memiliki panorama yang khas yang menjadi kebanggaan masyarakat minang. Seribu Gonjong artinya semakin ke ujung semakin lancip yang menyerupai tanduk kerbau.
Selain itu, Seribu Gonjong juga dijadikan simbul atau status sosial masyarakat yang dijadikan kebanggaan masyarakat minang.
Berangkat dari nama Sarugo, kampong ini memiliki panorama yang khas, suguhan Rumah Adat Sarugo ini begitu anggun dipandang mata, di mana hanya ada 33 rumah yang kental dengan adat Minangkabau, setiap rumah memiliki lima gonjong yang menyerupai tanduk. Bentuk ini memiliki filosofi yang cukup mendalam yaitu, rukum islam yang menjunjung tinggi budaya dan taat akan agama.
Desa Sarugo ini juga memiliki sejarah di mana pejuang asal Minang bernama Tan Malaka yang memiliki keberanian untuk melawan penjajah pada jamannya, sehingga berdiri megah monumen Bela Nagara PDRI. Monomen ini dibangun sejak 2012 dengan simbul rumah gadang, sebagai wujud mengenang jasa para pahlawan dari Tanah Minang. Wilayah ini konon menjadi basis Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Selain itu, tak jauh dari Desa Sarugo juga berdiri monomen Museum Tan Malaka di mana museum ini merupakan rumah Pahlawan Nasional Ibrahim Datuk Ian Malaka yang dijadikan Museum sejak tahun 1998.
Desa Wisata Saribu Gonjong merupakan 50 desa terbaik dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 oleh Kementerian Pariwisata Indonesia. Kampung adat ini memiliki suasana pedesaan dengan panorama yang asri di tambah semilir angin dari perbukitan, mendatangkan nuansa damai yang tak ditemukan di tempat lain yaitu adanya DiIndonesia Saja.
Suasana Damai
Kalau kita tilik lebih detail, Rumah Adat Seribu Gonjong terletak di Jorong Sungai Dadok, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Perkampungan terpencil dan paling utara di Kabupaten Lima Puluh Kota itu jauh dari keramaian kota, suasananya masih terlihat asri dan tenang serta damai, bahkan sinyal telepon provider ataupun internet tidak ada. Jika mereka ingin komunikasi harus membeli voucer wifi dengan harga yang terjangkau.
Sarugo, merupakan salah satu dari sedikit kampung yang begitu tradisional. Karena sulitnya akses komunikasi untuk gadget, kesenian anak nagari berkembang pesat. Seperti randai, talempong, maupun silek masih lestari sejak dulu hingga kini.
Menurut Rici Candra Ketua Pokdarwis Desa Wisata Sarugo menjelaskan, dengan adanya kesulitan sinyal komunikasi belum maksimal ini menjadi tantangan tersendiri, tapi juga menjadi kelebihan yang patut disyukuri, kerena mereka yang berkunjung di Desa Sarugo ini betul-betul dapat menikmati suasana damai. Mereka yang datang wisata ke Desa Sarugo yang sehari-harinya disibukan dengan gadget dapat betul-betul merasakan ketenangan dengan menikmati susasa damai.
“Kami melihat ini tantangan dan juga menjadi kelebihan kami, karena dengan tidak adanya gadget anak-anak dapat bermain dengan mainan tradisional, sehingga tetap lestari,”ucapnya.
Untuk melepas lelah di Desa Wisata Gonjong terdapat Homestay yang cukup nyaman dan bersih. Cukup dengan Rp100.000/malam wisatawan dapat menginap di rumah gadang dengan nuansa minang dan siapapun yang menginap di sini akan merasa betah. Karena selain bersih tempatnya juga nyaman dan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Budaya Kearifan Lokal
Keelokan Desa Wisata Sarugo dan keramahan warga menjadi daya tarik tersendiri untuk menggali kearifan lokal yang sangat kental dengan kedaerahannya. Seperti adanya alat musik tradisional Talempong yang senantiasa hadir dalam setiap upacara adat Minangkabau.
Talempong merupakan seperangkat alat musik yang terbuat dari campuran tembaga, timah putih dan besi putih. Dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan stik (alat pukul berbahan kayu).
Alat musik Talempong sering dimanfaatkan sebagai pelengkap dalam berbagai upacara-upacara adat Minangkabau seperti: Upacara pengangkatan penghulu, Upacara pesta perkawinan, Menaiki rumah baru, Pesta panen raya, Acara pertunjukan randai, Musik pengiring tari, Acara gotong royong, Upacara sunat rasul.
Bisa dikatakan tanpa kehadiran Talempong dalam upacara umumnya atau tari khususnya seakan makanan tanpa garam. Talempong bisa juga dimanfaatkan untuk mengatur irama musik. Secara umum fungsi talempong adalah: Sebagai sarana upacara, Sebagai sajian estetis, Sebagai hiburan, Pengintegrasian masyarakat, Sebagai media komunikasi.
Talempong juga hadir menghidupkan suasana dalam arak-arakan penyambutan tamu agung. Umumnya, talempong dimainkan bersama beberapa instrumen tradisional Minangkabau lainnya seperti saluang, gandang, dan serunai.
Produk Unggulan
Selain kuliner rendang daging, tak kalah menarik dan nikmat adalah gulai belut. Biasanya mereka memasak gulai belut usai melakukan panen padi atau mulai menanam padi. Setelah sawah dibajak mereka biasanya banyak yang mencari belut, kemudian dimasak gulai dengan batok kelapa.
Namun sebelum di masak, mereka menyiapkan bumbu terlebih dahulu dan memanggang belut yang sudah dibersihkan. Setelah bumbu dan belut siap lalu dimasak diatas tungku arang dengan menggunakan alat masak yang terbuat dari batok kelapa. Sungguh nikmat!!
Selain kuliner, juga banyak produk UMKM yang patut dijadikan oleh-oleh khas Sarugo yaitu produk kerajinan Keranjang Kibang dan tas yang terbuat dari rotan. Kerangjang Kibang menjadi unggulan produk UMKM dan ini merupakat tempat untuk hantaran ketika ada acara adat maupun acara pernikahan.
Hingga kini yang masih menekuni kerajinan Keranjang Kibang adalah Datuk Bandaro Sakti. Walaupun sudah usia 70 tahun, namun ia tetap menekuni hasil UMKM Sarugo ini dan setiap keranjang kibang dibuat dalam waktu tiga hari kemudian dijual dengan harga Rp300.000. Jangan lupa beli yang banyak sebagai bukti bahwa kamu bangga produk Indonesia, sekaligus membantu perekonomian warga dan menggeliatkan pariwisata kita. Tetap bangga dengan hasil kreatif lokal dan bangga dengan produk Indonesia.
Agrowisata (Porak Limau)
Desa Sarugo bisa dibilang terkurung bukit, penduduk yang tinggal di sana menggantungkan pada sektor pertanian, terutama hasil jeruk siam Gunuang Omeh yang melimpah. Tanaman jeruk siam ini berada di lahan seluas 200 hektare.
Menurut Musri, petani jeruk mengungkapkan, kebun seluas 200 hentare ini semuanya ditanamin jeruk dan cukup memberikan manfaat bagi masyarakat sini. “Untuk 1 kg jeruk dihargai Rp10.000,” katanya.
Selain untuk hasil pertanian, kebun jeruk ini juga dijadikan Agrowisata. Pengunjung bisa menikmati buah jeruk sepuasnya dengan biaya masuk Rp10.000. Hal ini cukup menarik untuk mendatangkan wisatawan. Sehingga
pergerakan ekonomi cukup baik, mereka panen setiap harinya mencapai 2 ton. Itupun belum panen melimpah.
Jika mengalami panen raya, buah jeruk cukup melimpah sehingga masyarakat setempat mengolahnya menjadi selai jeruk yang dapat dijadikan buah tangah para wisatawan.
Cara mengolahnnya buah jeruk ditambahkan dengan papaya, gula pasir, kayu manis, cengkeh. Setelah semuanya tersedia diolah menjadi selai, kemudian selai yang biasanya dipadukan dengan kue semprong yang terbuat dari tepung.
Uniknya lagi, begitu melimpahnya buah jeruk siam Gunuang Omeh, masyarakat setempat juga dijadikan makanan ikan dewa. Pengunjung desa Sarugo dapat memetik buah jeruk dan sekaligun bisa memberikan ikan dewa yang ada di sungai yang mengelilingi desa wisata Seribu Gonjong.
Desa Wisata Sarugo adalah satu dari ribuan desa wisata yang menyajikan #WonderfulIndonesia lainnya yang menanti untuk dikunjungi. Gimana? Segera rencanakan liburan dengan kunjungi www.indonesia.travel untuk menemukan pesona alam di berbagai daerah di Indonesia.
(ars)