Bermain Gim Kompetitif Dapat Bantu Pelajar Kembangkan Kepribadian
loading...
A
A
A
"Kami menemukan bahwa esports justru dapat meningkatkan grit pelajar. Dalam psikologi, grit dapat ditingkatkan bila seseorang memiliki tujuan, minat terkait tujuan tersebut, dan usaha yang kuat. Ketiga aspek tersebut terdapat di esports. Hasil riset juga menunjukkan bahwa grit dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi melalui esports," jelas Agnes.
Dari hasil penelitian ini pula didapati bahwa Competitive Gamers menggunakan esports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas. Dyah menjelaskan dalam fase Perkembangan Psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif.
CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan pun menilai bahwa wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Pasalnya, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.
Pada gim kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
"Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan," papar Aziz.
Baca juga: Ambil Bagian dalam Original Vision+ Piknik Pesona, Wisnu Surya Pratama Angkat Isu Patriarki
Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi UI dan MABAR.com berharap riset ini memberikan inspirasi kepada penelitian-penelitian lanjutan terkait pengembangan pelajar melalui esports.
Lihat Juga: Benarkah Wanita Butuh Lebih Sedikit Olahraga Dibandingkan Pria? Ini Faktanya Berdasarkan Penelitian
Dari hasil penelitian ini pula didapati bahwa Competitive Gamers menggunakan esports sebagai wadah aktualisasi diri dan pembentukan identitas. Dyah menjelaskan dalam fase Perkembangan Psikososial, mewadahi minat pelajar di masa remajanya berperan penting membantu mereka membentuk identitas yang lebih positif.
CEO dan Co-Founder MABAR.com Aziz Hasibuan pun menilai bahwa wadah esports dapat menjawab kekhawatiran orang tua maupun guru terkait dampak bermain gim. Pasalnya, ada sejumlah perbedaan mendasar dari bermain gim secara kompetitif dan kasual.
Pada gim kompetitif atau esports, sebuah tim pelajar perlu bekerja sama, menjalankan strategi, mengasah akurasi, sementara untuk pemain kasual aspek tersebut kurang terasa.
"Dari hasil riset ini, kami merekomendasikan agar sekolah melakukan intervensi pada minat bermain gim pelajar dengan memfasilitasi dan menjadikan sekolah sebagai Esports Development Center untuk Student Athlete. Dengan demikian, pelajar bisa memahami bagaimana mengarahkan hobinya bermain gim untuk mengembangkan karakternya, bukan sekadar kebutuhan hiburan," papar Aziz.
Baca juga: Ambil Bagian dalam Original Vision+ Piknik Pesona, Wisnu Surya Pratama Angkat Isu Patriarki
Tim Peneliti dari CAW Lab Fakultas Psikologi UI dan MABAR.com berharap riset ini memberikan inspirasi kepada penelitian-penelitian lanjutan terkait pengembangan pelajar melalui esports.
Lihat Juga: Benarkah Wanita Butuh Lebih Sedikit Olahraga Dibandingkan Pria? Ini Faktanya Berdasarkan Penelitian
(nug)