Seberapa Besar Putus Cinta Bisa Jadi Pemicu Bunuh Diri? Ini Penjelasan Psikolog

Sabtu, 10 September 2022 - 05:30 WIB
loading...
Seberapa Besar Putus...
Foto Ilustrasi/Hypnosis Philadelphia
A A A
JAKARTA - Belum lama ini, kabar dokter asal Gresik tewas gantung diri ramai jadi perbincangan publik. Kematian pria berinisial AR (29) itu diduga karena masalah asmara.

Kasus kematian bunuh diri yang diakibatkan karena putus cinta seringkali terjadi. Hal itu tentu menjadi perhatian. MNC Portal sempat menghubungi psikolog mengenai seberapa besar putus cinta dapat memicu bunuh diri?

Ketua Program Studi Terapan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Rose Mini Agoes Salim mengatakan ketika seseorang melakukan tindakan bunuh diri yang dipicu karena ada masalah sebelumnya.

“Misalnya dia punya masalah banyak dalam kehidupannya, stres pekerjaan, ada desakan dari keluarga, lingkungan dan sebagainya. Itu sudah jadi beban. Kalau dia putuscinta, berantem sama siapa, atau mengalami rasa nggak nyaman dengan lingkungan tertentu bisa jadi trigger bunuh diri. Tapi potensinya sudah punya,” ujar Rose Mini kepada MNC Portal saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (9/9/2022).



Rose Mini mengatakan setiap manusia memiliki banyak masalah. Tetapi ada yang bisa bertemu dengan masalah dan menganalisis, ada juga yang kabur dari masalah.

“Kalau nggak berani menyelasaikan masalahnya, ketika tidur atau sedang main, masalah yang dihadapi akan hilang sesaat, tapi sebenarnya masalah itu masa ada dan kalau ditumpuk akan muncul masalah kesehatan mental dan itu nggal baik,” jelasnya.

Menurutnya, masalah yang terlalu lama disimpan dan tidak diselesaikan bisa memicu stres. Bila stres berkepanjangan bisa menyebabkan depresi dan membuat seseorang ingin bunuh diri.

“Misalnya dia punya masalah banuak dan si pacar selau ada dan bantudia, tapi ketika dia sudah tidak ada atau katakanlah putus, itu juga bisa jadi pencetus keinginan untuk mengakhiri hidup,” tuturnya.

Menurutnya salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah dengan life skill atau keterampilan hidup. Bila ada masalah, sebaiknya melakukan analisis, membuat target, dan perilaku apa yang ditunjukan untuk menyelesaikan masalah.

“Misalnya orang di PHK nggak punya uang, analisis nggak punya uang tapi bisa masak. Terus dianalisis harus gimana dan cari target cara cari uang, misalnya buka PO nasi bakar. Cara itu bisa menjadi solusi sehingga bisa menghsilkan uang,” jelasnya.

Dan yang tak kalah penting, lanjut Bunda Romi, mendapat support dari lingkungan. Misalnya ketika perilaku seseorang berubah, menarik diri, tidak mau makan dan berada di kamar terus, itu harus cari tahu ada apa.

“Anggota keluarga harus peka melihat perubahan ini sehingga mencoba mendekati dia yang sedang memiliki perubahan dalam hidupnya,” pungkasnya.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1944 seconds (0.1#10.140)