Komunitas Save Janda Tepis Stigma Negatif Janda di Medsos

Jum'at, 03 Juli 2020 - 16:06 WIB
loading...
Komunitas Save Janda...
komunitas Save Janda berusaha menepis stigama negatif kata janda yang marak di media sosial. Hal ini untuk melindungi mereka dari hal yang tak diinginkan. Foto/Istimewa.
A A A
JAKARTA - Berdasarkan data dari mesin pencarian Google, dalam waktu 0.49 detik, ada 31.800.000 pencarian terhadap kata janda. Suatu angka pencarian yang fantastis sehingga membuat banyak tulisan di media daring menggunakan kata janda.

Sementara, akun resmi Instagram komunitas Save Janda, @save_janda dipalsukan. Kata ini pun cukup populer. Sayangnya, masih banyak orang yang tak mengerti dengan penggunaan kata tersebut dan masih menganggapnya miring. Myrna Soeryo, praktisi humas, content creator isu pemberdayaan perempuan sekaligus satu satu co-founder komunitas Save Janda mengatakan pembentukan stigma negative terhadap janda harus dihentikan.

“Sudah saatnya, kita bersama-sama menghentikan pembentukan stigma negatif terhadap kata janda. Banyak janda-janda muda di daerah-daerah yang kesulitan mencari nafkah akibat stigma negatif tersebut. Dagangannya menjadi tidak laku, hanya karena ia berstatus seorang janda. Atau ia dijauhi oleh tetangga-tetangga perempuannya, karena takut suaminya bakal direbut karena janda dianggap sebagai pelakor (perebut laki orang), hanya karena ia berstatus janda,” kata Myrna.

Menurutnya, sebagai anggota masyarakat yang baik, seharusnya masyarakat membantu para janda agar dapat menjadi perempuan yang berdaya sehingga mereka dapat memberikan penghidupan yang layak bagi keluarganya.

“Jadi, tidak ada lagi seorang janda pun yang takut diberi label kata janda karena janda hanyalah sebuah status,” ujarnya.

Sementara, merujuk KBBI kata janda hanyalah sebuah status dan tidak ada makna negatif di balik kata tersebut.

“Namun, karena pandangan misogini serta tatanan sosial patriarki, kata janda banyak dilekatkan dengan padanan kata yang bermakna negatif sehingga membentuk persepsi tidak baik di mata masyarakat terhadap kata janda. Sangat disayangkan seorang penulis buku terkenal yang memiliki perhatian besar terhadap isu-isu kesetaraan perempuan, justru juga bisa membuat pernyataan yang salah mengenai kata janda dan ikut serta menambah pembentukan persepsi negatif terhadap janda,” terang Myrna.

Di media social, kata janda juga marak. Mutiara Proehoeman yang merupakan founder dari komunitas Save Janda pun angkat bicara.

“Di saat kami dan teman-teman di @SaveJanda sedang berusaha untuk meminimalisir stigma janda di masyarakat, anda justru menambah beban kami atas apa yang sedang kami perjuangkan. Preloved sama saja kata kerennya untuk bekas #lawanstigmajanda,” tulis Mutiara.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2040 seconds (0.1#10.140)