Studi Terbaru: Produk Berbasis Nabati Lebih Sehat dan Berkelanjutan Dibanding Produk Hewani
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menurut sebuah kajian penelitian terbaru yang dilakukan oleh psikolog dari University of Bath di Inggris, alternatif produk berbasis nabati lebih sehat dan ramah lingkungan daripada produk hewani.
Peneliti tersebut meninjau 43 penelitian mengenai dampak makanan berbasis nabati terhadap kesehatan manusia dan lingkungan —khususnya makanan yang diformulasikan “meniru” rasa produk hewani—, serta sikap konsumen terhadap produk ini.
“Hasil kajian menunjukkan produk berbasis nabati yang diformulasi terutama sebagai alternatif produk hewani tidak hanya jauh lebih sehat dan berkelanjutan daripada produk hewani, tetapi juga lebih menarik bagi mereka yang mencoba mengurangi asupan daging dan susu,” ungkap Among Prakosa, Manajer Tantangan 21 Hari Vegan di Act For Farmed Animals (AFFA).
Tantangan 21 Hari Vegan merupakan kampanye bersama yang dijalankan oleh Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal untuk mempromosikan pemilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan hewan di Indonesia.
Daging “hijau” versus daging merah
Ketika membandingkan dampak lingkungan antara burger berbasis nabati dan burger dari daging sapi, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh penggunaan lahan dan air dari pengolahan burger nabati mendekati nol, yang berbanding terbalik terhadap dampak yang dihasilkan oleh produk hewani. Penelitian ini mengungkapkan bahwa burger nabati mengandung 98% emisi GRK yang lebih sedikit dibandingkan dengan burger daging sapi.
“Temuan ini penting karena menurut ahli, kita perlu menjauhkan diri dari produk hewani demi masa depan bumi dan kesehatan masyarakat,” tambah Among. “Industri peternakan merupakan salah satu industri yang memiliki dampak paling buruk terhadap lingkungan serta menyumbang 57% dari semua emisi GRK dari produksi pangan global,” jelasnya.
Menurut Klasifikasi Profil Gizi Inggris yang digunakan sebagai salah satu analisis dalam penelitian, 40% produk daging diklasifikasikan 'kurang sehat' dibandingkan dengan alternatif nabati sebanyak 14%
“Sekali lagi, kesimpulan ini hanya menguatkan apa yang telah ditemukan oleh banyak penelitian lain tentang dampak produk hewani terhadap kesehatan kita. Konsumsi daging merah dan susu dikaitkan dengan perkembangan banyak penyakit serius seperti berbagai jenis kanker dan diabetes tipe 2, sementara itu penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berbasis nabati dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan kita,” ungkap Among.
Piring dan rak yang lebih “hijau”
Selain pemilihan variasi makanan memiliki dampak pada lingkungan dan kesehatan manusia, peneliti juga menganalisis sikap konsumen mengenai alternatif nabati. Penelitian ini menunjukkan hampir 90% konsumen alternatif nabati, seperti burger nabati, sosis nabati, dan daging giling nabati, juga masih mengonsumsi daging hewani.
“Meskipun pilihan ini tidak sesehat mengonsumsi makanan nabati secara keseluruhan, mengonsumsi produk berbasis nabati yang masih diselingi konsumsi produk hewani ini tidak hanya jauh lebih sehat daripada hanya mengonsumsi produk hewani saja, seperti ditunjukkan oleh penelitian tersebut, juga memfasilitasi transisi “rasa” bagi banyak orang yang berusaha untuk sepenuhnya menerapkan pola makan yang lebih sehat dan tidak melibatkan penderitaan hewan,” jelas Among.
Menurut penelitian, 49% konsumen burger nabati akan memilih daging sapi biasa jika alternatif nabati tidak tersedia untuk mereka.
“Di Indonesia, program Tantangan 21 Hari Vegan mendorong dan membantu mereka yang ingin mengadopsi pola makan nabati dengan bantuan ahli gizi profesional secara gratis,” kata Among.
Peneliti tersebut meninjau 43 penelitian mengenai dampak makanan berbasis nabati terhadap kesehatan manusia dan lingkungan —khususnya makanan yang diformulasikan “meniru” rasa produk hewani—, serta sikap konsumen terhadap produk ini.
“Hasil kajian menunjukkan produk berbasis nabati yang diformulasi terutama sebagai alternatif produk hewani tidak hanya jauh lebih sehat dan berkelanjutan daripada produk hewani, tetapi juga lebih menarik bagi mereka yang mencoba mengurangi asupan daging dan susu,” ungkap Among Prakosa, Manajer Tantangan 21 Hari Vegan di Act For Farmed Animals (AFFA).
Tantangan 21 Hari Vegan merupakan kampanye bersama yang dijalankan oleh Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal untuk mempromosikan pemilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan hewan di Indonesia.
Daging “hijau” versus daging merah
Ketika membandingkan dampak lingkungan antara burger berbasis nabati dan burger dari daging sapi, penelitian tersebut mengungkapkan bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh penggunaan lahan dan air dari pengolahan burger nabati mendekati nol, yang berbanding terbalik terhadap dampak yang dihasilkan oleh produk hewani. Penelitian ini mengungkapkan bahwa burger nabati mengandung 98% emisi GRK yang lebih sedikit dibandingkan dengan burger daging sapi.
“Temuan ini penting karena menurut ahli, kita perlu menjauhkan diri dari produk hewani demi masa depan bumi dan kesehatan masyarakat,” tambah Among. “Industri peternakan merupakan salah satu industri yang memiliki dampak paling buruk terhadap lingkungan serta menyumbang 57% dari semua emisi GRK dari produksi pangan global,” jelasnya.
Menurut Klasifikasi Profil Gizi Inggris yang digunakan sebagai salah satu analisis dalam penelitian, 40% produk daging diklasifikasikan 'kurang sehat' dibandingkan dengan alternatif nabati sebanyak 14%
“Sekali lagi, kesimpulan ini hanya menguatkan apa yang telah ditemukan oleh banyak penelitian lain tentang dampak produk hewani terhadap kesehatan kita. Konsumsi daging merah dan susu dikaitkan dengan perkembangan banyak penyakit serius seperti berbagai jenis kanker dan diabetes tipe 2, sementara itu penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berbasis nabati dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan kita,” ungkap Among.
Piring dan rak yang lebih “hijau”
Selain pemilihan variasi makanan memiliki dampak pada lingkungan dan kesehatan manusia, peneliti juga menganalisis sikap konsumen mengenai alternatif nabati. Penelitian ini menunjukkan hampir 90% konsumen alternatif nabati, seperti burger nabati, sosis nabati, dan daging giling nabati, juga masih mengonsumsi daging hewani.
“Meskipun pilihan ini tidak sesehat mengonsumsi makanan nabati secara keseluruhan, mengonsumsi produk berbasis nabati yang masih diselingi konsumsi produk hewani ini tidak hanya jauh lebih sehat daripada hanya mengonsumsi produk hewani saja, seperti ditunjukkan oleh penelitian tersebut, juga memfasilitasi transisi “rasa” bagi banyak orang yang berusaha untuk sepenuhnya menerapkan pola makan yang lebih sehat dan tidak melibatkan penderitaan hewan,” jelas Among.
Menurut penelitian, 49% konsumen burger nabati akan memilih daging sapi biasa jika alternatif nabati tidak tersedia untuk mereka.
“Di Indonesia, program Tantangan 21 Hari Vegan mendorong dan membantu mereka yang ingin mengadopsi pola makan nabati dengan bantuan ahli gizi profesional secara gratis,” kata Among.
(hri)