CERMIN: Pertikaian Gatotkaca dan Ayahnya
loading...

Film superhero Satria Dewa: Gatotkaca menceritakan hubungan ayah dan anak, persahabatan, juga cinta. Foto/Satria Dewa Studio
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2022. Saat dunia sedang memulihkan diri dari serangan pandemi selama dua tahun, kita kedatangan pahlawan asli Indonesia: Gatotkaca.
Saya yang asli Sulawesi perlu mengakui sedari awal bahwa saya tak paham soal pewayangan sedikit pun. Nama Gatotkaca hingga soal pertempuran Baratayudha juga hal yang samar terdengar di telinga. Namun mengenalkan tokoh pewayangan seperti Gatotkaca melalui film bagi yang awam seperti saya adalah cara terbaik.
Film adalah medium terbaik untuk bercerita. Mungkin saya tak jernih berpendapat karena saya juga pembuat film, tapi film memudahkan segala orang dari semua kalangan bisa mengakses film dan menontonnya kapan saja.
Film bioskop Satria Dewa: Gatotkacayang kini diputar di Netflix juga memungkinkan kita masuk ke semesta penceritaan tentang sosok tokoh perwayangan paling terkenal di bumi Nusantara ini.
Seperti Superman hingga Spiderman yang terus diremajakan, juga ada upaya sadar sepenuhnya dari pembuat Satria Dewa: Gatotkacauntuk membuat cerita yang relevan dan terasa kekinian bagi generasi sekarang. Karena itulah, film ini berpijak pada masa sekarang dan membuat kita percaya bahwa Gatotkaca bisa ada di sekitar kita, bahkan mungkin berwujud seperti Rizky Nazar.
![CERMIN: Pertikaian Gatotkaca dan Ayahnya]()
Foto: Satria Dewa Studio
Lupakan wayang dengan segala filosofinya yang mungkin mumet-njlimet bagi anak muda sekarang. Lupakan juga sosok Gatotkaca yang selalu dikesankan gagah dan berkumis. Hanung Bramantyo mencoba melahirkan sosok Gatotkaca yang terasa ideal untuk kondisi sekarang. Pilihan berani atas Rizky adalah sebuah pertaruhan.
Memproduksi genre superhero di Indonesia adalah sebuah pertaruhan besar. Skala produksinya sudah pasti masif dengan dukungan kapital yang tak main-main. Karena itu perlu memberi apresiasi kepada para perintis yang berani memproduksi film yang menelan biaya hingga puluhan miliar.
Baca Juga: CERMIN: Senjata dan Indonesia di Tangan Pelobi
Upaya rintisan ini kelak akan sangat berguna bagi penerus yang akan terus berjuang memperkenalkan tokoh-tokoh khas Indonesia, khususnya dari khazanah pewayangan, menjelma menjadi film layar lebar.
Saya yang asli Sulawesi perlu mengakui sedari awal bahwa saya tak paham soal pewayangan sedikit pun. Nama Gatotkaca hingga soal pertempuran Baratayudha juga hal yang samar terdengar di telinga. Namun mengenalkan tokoh pewayangan seperti Gatotkaca melalui film bagi yang awam seperti saya adalah cara terbaik.
Film adalah medium terbaik untuk bercerita. Mungkin saya tak jernih berpendapat karena saya juga pembuat film, tapi film memudahkan segala orang dari semua kalangan bisa mengakses film dan menontonnya kapan saja.
Film bioskop Satria Dewa: Gatotkacayang kini diputar di Netflix juga memungkinkan kita masuk ke semesta penceritaan tentang sosok tokoh perwayangan paling terkenal di bumi Nusantara ini.
Seperti Superman hingga Spiderman yang terus diremajakan, juga ada upaya sadar sepenuhnya dari pembuat Satria Dewa: Gatotkacauntuk membuat cerita yang relevan dan terasa kekinian bagi generasi sekarang. Karena itulah, film ini berpijak pada masa sekarang dan membuat kita percaya bahwa Gatotkaca bisa ada di sekitar kita, bahkan mungkin berwujud seperti Rizky Nazar.

Foto: Satria Dewa Studio
Lupakan wayang dengan segala filosofinya yang mungkin mumet-njlimet bagi anak muda sekarang. Lupakan juga sosok Gatotkaca yang selalu dikesankan gagah dan berkumis. Hanung Bramantyo mencoba melahirkan sosok Gatotkaca yang terasa ideal untuk kondisi sekarang. Pilihan berani atas Rizky adalah sebuah pertaruhan.
Memproduksi genre superhero di Indonesia adalah sebuah pertaruhan besar. Skala produksinya sudah pasti masif dengan dukungan kapital yang tak main-main. Karena itu perlu memberi apresiasi kepada para perintis yang berani memproduksi film yang menelan biaya hingga puluhan miliar.
Baca Juga: CERMIN: Senjata dan Indonesia di Tangan Pelobi
Upaya rintisan ini kelak akan sangat berguna bagi penerus yang akan terus berjuang memperkenalkan tokoh-tokoh khas Indonesia, khususnya dari khazanah pewayangan, menjelma menjadi film layar lebar.
Lihat Juga :