Apa Itu Resesi Seks yang Ikut Menghantui Negara Asia Timur? Kenali Penyebab dan Dampaknya

Senin, 28 November 2022 - 15:40 WIB
loading...
Apa Itu Resesi Seks yang Ikut Menghantui Negara Asia Timur? Kenali Penyebab dan Dampaknya
Baru-baru ini isu terkait resesi seks di beberapa negara Asia, khususnya di kawasan Asia Timur menjadi sorotan. Foto/Ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Baru-baru ini isu terkait resesi seks di beberapa negara Asia, khususnya di kawasan Asia Timur menjadi sorotan. Pasalnya, kondisi tersebut dapat berdampak besar terhadap populasi manusia yang pertumbuhannya bakal terancam.

Lantas, apa itu reseksi seks? Dan apa saja faktor penyebab beberapa negara seperti Korea, Jepang, hingga China akhirnya bisa dihantui resesi seks? Berikut ulasannya, dikutip dari beberapa sumber, Senin (28/11/2022).

Istilah resesi seks muncul karena dilatarbelakangi fenomena penurunan aktivitas seksual di sejumlah negara. Kondisi ini lantas kerap memunculkan kekhawatiran oleh sejumlah kalangan. Pasalnya, resesi seks dapat menyebabkan penurunan angka kelahiran yang akan berimbas pada banyak sektor.

Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab penurunan frekuensi hubungan seksual.



1. Terlalu Sibuk

Salah satu faktor utama dari resesi seks adalah rutinitas yang sangat padat. Kesibukan dalam bekerja dapat membuat seseorang tidak lagi memikirkan hubungan romantis.

Hal ini pun kemudian membuat mereka memilih untuk tetap melajang dan fokus pada karier. Kehidupan seks lantas terabaikan.

2. Ketidaksiapan Finansial

Masih berdasarkan survei yang telah banyak dilakukan, ketidaksiapan finansial dalam hal ini seperti biaya pernikahan dan tidak mau menanggung beban ekonomi akibat memiliki anak, menjadi salah satu alasan wanita di Cina tidak mau menikah.

Terlebih, selama masa pandemi Covid-19, Cina telah menerapkan kebijakan “Zero COVID” tanpa kompromi, demi mengatasi serangan penyakit tersebut. Hal itu membuat banyak warga di Cina kehilangan pendapatan.

3. Tingkat pernikahan yang menurun

Tak hanya masalah finansial. Sepertiga responden survei juga mengungkapkan bahwa mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan, presentase yang sama mengatakan bahwa mereka tidak pernah jatuh cinta.

Hal itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa jumlah pasangan yang menikah di Cina dalam tiga kuartal pertama menurun sebanyak 17,5 persen.

Pada bulan Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis Tiongkok mengeluarkan publikasi yang menyatakan, bahwa hampir setengah atau 50 persen wanita muda yang tinggal di daerah perkotaan negara tersebut tidak mau menikah.

4. Tingginya Tuntutan Pekerjaan

Alasan lain yang juga berpengaruh besar terhadap resesi seks di Cina adalah adanya budaya kerja 9-9-6. Artinya, pegawai dituntut bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, selama enam hari dalam seminggu.

Budaya kerja tersebut paling terlihat di perusahaan-perusahaan digital yang besar. Para pekerja di sana merasa tidak bebas untuk memulai sebuah keluarga. Kelelahan dan stres akibat jam kerja yang panjang juga bisa menurunkan gairah seksual.

5. Seks yang Menyakitkan

Berdasarkan sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington, menyebut bahwa penurunan aktivitas seksual dapat terjadi karena seks yang menyakitkan.

Dalam studinya, Herbenick mengungkap bahwa 30 persen wanita terakhir kali mengalami rasa sakit saat mereka melakukan hubungan seks vaginal. Sementara itu, sebanyak 72 persen terakhir kali mengalami rasa sakit ketika mereka melakukan seks anal.

6. Menemukan kesenangan dengan cara lain

Melansir dari The Atlantica, Kate menjelaskan bahwa dari tahun 1992 hingga 1994, pria Amerika Serikat (AS) lebih memilih masturbasi dibandingkan melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis.

Dalam laporannya tersebut dijelaskan bahwa masturbasi pada pria dewasa meningkat dua kali lipat, menjadi 54 persen. Sementara pada wanita, masturbasi meningkat lebih dari tiga kali lipat, menjadi 26 persen.

Bahkan, tidak hanya terjadi di AS, menurut artikel Economist, kaum remaja di Jepang memandang seks sebagai mendokusai, atau aktivitas melelahkan. Mereka lebih memilih untuk pergi ke toko onakura, yaitu tempat pria membayar untuk masturbasi di depan karyawan wanita.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2670 seconds (0.1#10.140)