Deteksi Dini Kanker Usus Besar dan Tindakan Pencegahan yang Bisa Dilakukan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kanker usus besar merupakan tumor ganas yang disebabkan oleh perubahan atau mutasi gen pada jaringan usus besar. Namun, penyebab mutasi gen ini belum diketahui secara pasti.
Kanker usus besar sering kali tidak menimbulkan gejala di awal. Namun, jika Anda sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit, dan memiliki keluarga yang menderita kanker usus besar, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Semakin awal terdeteksi, kemungkinan kanker usus besar untuk sembuh juga akan semakin besar.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo menjelaskan tentang beberapa opsi pengobatan kanker usus besar atau dalam istilah medis dikenal dengan kanker kolorektal. Mulai operasi, kemoterapi, terapi radiasi, terapi target, hingga imunoterapi kanker kolorektal, disesuaikan dengan kondisi dan lokasi kanker kolorektal.
“Jadi seiring dengan adanya kemajuan penanganan kanker kolorektal di Indonesia, khususnya dengan tersedianya terapi target dan pemeriksaan status penanda tumor RAS, diharapkan angka kematian karena kanker kolorektal dapat terus berkurang,” ujar Prof. Aru Sudoyo dalam webinar secara daring, Rabu (30/11/2022).
Prof. Aru Sudoyo mengatakan, dengan pilihan metode pengobatan personalized treatment membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat, memungkinkan pemberian obat yang tepat sehingga akan meminimalisir efek samping serta meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kesembuhan.
Perawatan Paliatif
Jika kanker kolorektal telah memasuki stadium IV dan berkembang ke banyak organ dan jaringan yang jauh, Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa pembedahan mungkin tidak membantu memperpanjang umur seseorang. Pasalnya, pilihan pengobatan lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menghasilkan gejala tambahan yang membuat kualitas hidup seseorang menjadi lebih buruk.
“Dalam kasus ini, orang mungkin memutuskan untuk tidak melakukan perawatan medis yang berupaya menyembuhkan kanker dan sebagai gantinya memilih perawatan paliatif untuk mencoba membuat hidup lebih nyaman,” ungkap Prof. Aru Sudoyo.
“Perawatan paliatif biasanya akan menemukan cara untuk mengelola rasa sakit dan mengurangi gejala seseorang sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman selama mungkin,” lanjutnya.
Menimbang panjangnya proses penyembuhan kanker kolorektal, Prof. Aru Sudoyo mengimbau masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker kolorektal sedini mungkin dengan berhenti merokok dan hindari alkohol.
“Selain itu, lakukan skrining untuk kanker kolorektal, makan banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, berolahraga secara teratur dan kendalikan berat badan. Karena pada dasarnya, kanker dapat disembuhkan jika dideteksi dan dirawat pada stadium awal,” tandasnya.
Kanker usus besar sering kali tidak menimbulkan gejala di awal. Namun, jika Anda sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit, dan memiliki keluarga yang menderita kanker usus besar, dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Semakin awal terdeteksi, kemungkinan kanker usus besar untuk sembuh juga akan semakin besar.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo menjelaskan tentang beberapa opsi pengobatan kanker usus besar atau dalam istilah medis dikenal dengan kanker kolorektal. Mulai operasi, kemoterapi, terapi radiasi, terapi target, hingga imunoterapi kanker kolorektal, disesuaikan dengan kondisi dan lokasi kanker kolorektal.
“Jadi seiring dengan adanya kemajuan penanganan kanker kolorektal di Indonesia, khususnya dengan tersedianya terapi target dan pemeriksaan status penanda tumor RAS, diharapkan angka kematian karena kanker kolorektal dapat terus berkurang,” ujar Prof. Aru Sudoyo dalam webinar secara daring, Rabu (30/11/2022).
Prof. Aru Sudoyo mengatakan, dengan pilihan metode pengobatan personalized treatment membantu menegakkan diagnosis yang lebih akurat, memungkinkan pemberian obat yang tepat sehingga akan meminimalisir efek samping serta meningkatkan keberhasilan pengobatan dan kesembuhan.
Perawatan Paliatif
Jika kanker kolorektal telah memasuki stadium IV dan berkembang ke banyak organ dan jaringan yang jauh, Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa pembedahan mungkin tidak membantu memperpanjang umur seseorang. Pasalnya, pilihan pengobatan lain dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan menghasilkan gejala tambahan yang membuat kualitas hidup seseorang menjadi lebih buruk.
“Dalam kasus ini, orang mungkin memutuskan untuk tidak melakukan perawatan medis yang berupaya menyembuhkan kanker dan sebagai gantinya memilih perawatan paliatif untuk mencoba membuat hidup lebih nyaman,” ungkap Prof. Aru Sudoyo.
“Perawatan paliatif biasanya akan menemukan cara untuk mengelola rasa sakit dan mengurangi gejala seseorang sehingga mereka dapat hidup dengan nyaman selama mungkin,” lanjutnya.
Menimbang panjangnya proses penyembuhan kanker kolorektal, Prof. Aru Sudoyo mengimbau masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker kolorektal sedini mungkin dengan berhenti merokok dan hindari alkohol.
“Selain itu, lakukan skrining untuk kanker kolorektal, makan banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian, berolahraga secara teratur dan kendalikan berat badan. Karena pada dasarnya, kanker dapat disembuhkan jika dideteksi dan dirawat pada stadium awal,” tandasnya.
(tsa)