Dodol Khas Sabang dengan Varian Rasa Kopi, Coklat, Durian, Nangka, dan Jahe Diburu Wisatawan
loading...
A
A
A
SABANG - Berkunjung dan berwisata ke Sabang , kurang lengkap rasanya jika tidak mencicipi oleh-oleh khas pulau tersebut. Dodol halia dengan berbagai varian rasa menjadi makanan khas yang diburu wisatawan. Dodol halia diproduksi UMKM binaan kantor cabang Bea Cukai Kota Sabang.
UMKM sentra halia yang memproduksi dodol khas Kota Sabang yang terletak di Kecamatan Suka Karya tersebut kini mulai dibanjiri pesanan dari berbagai daerah di nusantara. Baca Juga: Harga Kedelai Naik Hingga Rp700 Ribu Perkarung, Perajin Tahu Mogok Produksi
Jika sebelumnya usaha dodol khas ini diproduksi dengan cara manual, namun sejak Covid-19, usaha ini mulai menggunakan mesin pengaduk. Ini dilakukan untuk mempermudah sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan.
Hanida, wisatawan mengakui, oeh-oleh dodol halia khas sabang memiliki berbagai varian rasa seperti rasa kopi, durian, nangka, jahe dan coklat. "Dodol ini memiliki tekstur yang lembut dengan rasa manis yang pas di mulut," ungkapnya.
Berkat rasa yang enak dan harga yang ekonomis, dodol halia ini kerap diburu wisatawan yang sedang menghabiskan liburan di pulau paling barat Indonesia tersebut.
Pemilik UMKM dodol halia Sayed Murshid kini mulai merasakan dampak dari kegigihannya mengelola umkm tersebut. Dengan memanfaatkan 30 pekerja wanita, setiap harinya ia mampu memproduksi ribuan dodol siap edar yang masih dikemas dengan cara manual.
"Kegigihan pemilik dan pekerja sentra UMKM di Sabang mendorong Bea Sukai Sabang untuk berkontribusi membantu proses pemasaran hingga keluar daerah," Emi Ludiyanto, Kepala Bea Cukai Sabang.
Meski memiliki omset hingga Rp30 juta per bulannya, namun sejumlah kendala masih dirasakan pemilik, mulai dari kendala transportasi hingga bencana alam. "Sehinggga proses pengiriman sedikit terhambat," pungkasnya.
Lihat Juga: Menjelajah Nusantara melalui Cita Rasa, Saksikan Program Terbaru 'Jejak Rasa Authentic' di MNCTV
UMKM sentra halia yang memproduksi dodol khas Kota Sabang yang terletak di Kecamatan Suka Karya tersebut kini mulai dibanjiri pesanan dari berbagai daerah di nusantara. Baca Juga: Harga Kedelai Naik Hingga Rp700 Ribu Perkarung, Perajin Tahu Mogok Produksi
Jika sebelumnya usaha dodol khas ini diproduksi dengan cara manual, namun sejak Covid-19, usaha ini mulai menggunakan mesin pengaduk. Ini dilakukan untuk mempermudah sekaligus mengurangi biaya yang harus dikeluarkan.
Hanida, wisatawan mengakui, oeh-oleh dodol halia khas sabang memiliki berbagai varian rasa seperti rasa kopi, durian, nangka, jahe dan coklat. "Dodol ini memiliki tekstur yang lembut dengan rasa manis yang pas di mulut," ungkapnya.
Berkat rasa yang enak dan harga yang ekonomis, dodol halia ini kerap diburu wisatawan yang sedang menghabiskan liburan di pulau paling barat Indonesia tersebut.
Baca Juga
Pemilik UMKM dodol halia Sayed Murshid kini mulai merasakan dampak dari kegigihannya mengelola umkm tersebut. Dengan memanfaatkan 30 pekerja wanita, setiap harinya ia mampu memproduksi ribuan dodol siap edar yang masih dikemas dengan cara manual.
"Kegigihan pemilik dan pekerja sentra UMKM di Sabang mendorong Bea Sukai Sabang untuk berkontribusi membantu proses pemasaran hingga keluar daerah," Emi Ludiyanto, Kepala Bea Cukai Sabang.
Meski memiliki omset hingga Rp30 juta per bulannya, namun sejumlah kendala masih dirasakan pemilik, mulai dari kendala transportasi hingga bencana alam. "Sehinggga proses pengiriman sedikit terhambat," pungkasnya.
Lihat Juga: Menjelajah Nusantara melalui Cita Rasa, Saksikan Program Terbaru 'Jejak Rasa Authentic' di MNCTV
(don)