Lewat Media Sosial, Dokter Abelina Ajak Masyarakat Lebih Peduli Kesehatan Kulit

Kamis, 05 Januari 2023 - 19:41 WIB
loading...
Lewat Media Sosial, Dokter Abelina Ajak Masyarakat Lebih Peduli Kesehatan Kulit
Dokter Abelina mengungkapkan bahwa banyak pasien remaja yang kulitnya hancur karena mengikuti tips kecantikan di media sosial. / Foto: Instagram @abelina_md
A A A
JAKARTA - Media sosial memiliki cukup banyak dampak positif terhadap kehidupan manusia. Seperti mempermudah komunikasi, memperluas pergaulan, serta beberapa manfaat baik lainnya.

Namun, di balik itu, media sosial juga mempunyai pengaruh yang buruk juga. Karena mudahnya arus informasi di medsos, seringkali masyarakat terjerat dalam informasi yang menyesatkan.

Akun-akun anonim kerap menyebarkan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Termasuk juga dalam hal kecantikan atau perawatan kulit.

Baca juga: 5 Obat Alami Perbaiki Menstruasi yang Tak Teratur, Mudah Ditemukan

Ini salah satu hal yang pernah dijumpai fenomenologi dan dokter estetika, dr. Abelina D Fitria, Dpl AAAM, MM, MARS. Menurutnya, dia banyak menemukan tren perawatan kulit yang menyesatkan di media sosial. Contohnya memakai micin sebagai perawatan kulit.

"Itu sungguh tidak masuk akal, tetapi karena penggunanya polos, tidak kritis, jadinya diikuti saja. Mereka tidak berpikir jangka panjang," ungkap dokter yang akrab disapa dr. Abel itu di Jakarta, baru-baru ini.

Dia mengungkapkan bahwa banyak pasien remaja yang kulitnya hancur karena mengikuti tips kecantikan di media sosial. "Juga banyak orang tua yang menghabiskan puluhan juta rupiah untuk produk yang tidak ada efeknya ke kulit," lanjutnya.

Selain itu, dia juga pernah menemukan informasi sesat lainnya yang sudah cukup lama, namun kini kembali hadir di permukaan, yakni pasta gigi untuk mengatasi jerawat.

"Banyak juga pengguna radikal yang tidak memiliki basis medis atau melakukan penelitian seperti gerakan antilasik yang mengatakan bahwa lasik adalah penipuan, berdasarkan pengalaman pribadi dirinya saja," tutur dokter lulusan Universitas Pelita Harapan dengan predikat Summa Cum Laude.

Menurutnya, sampel hanya seorang tapi yang percaya informasi seperti itu sungguh banyak. "Padahal, alternatif yang diberikan oleh pengguna itu lebih berbahaya, karena menggunakan teknologi koreksi visus baru yang tidak ada penelitiannya," terang dokter yang juga berprofesi sebagai model profesional ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1527 seconds (0.1#10.140)