Kebaya Encim oleh LaSalle
A
A
A
SEBANYAK26 koleksi cantik rancangan para siswa LaSalle College Jakarta ditampilkan dengan tema “Heirloom” di ajang Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF ) di La Piazza, Mal Kelapa Gading Jakarta, beberapa waktu lalu.
Arti dari Heirloom, yakni merayakan kekayaan warisan budaya dengan perpaduan budaya Jawa dan China. Pergelaran Heirloom tersebut berusaha mendefinisikan keindahan batik peranakan dan kebaya encim yang dituangkan dalam perspektif model baru. Dalam rancangan kali ini, beberapa desainer mencoba untuk menafsirkan motif batik peranakan dengan tiga teknik border dimensi.
Sementara beberapa desainer lain berusaha memberikan format alternatif untuk kebaya tradisional yang sudah dikenal luas, yaitu kebaya encim. Beberapa desainer muda tersebut, antara lain Ursulla Priscilia Robert, Aprilyanti Wienli, Nicole Kristabella Boenawan, Winda Puspita, dan Chrestella Hartawan. Pergelaran tersebut juga terinspirasi dari perjalanan dan penelitian terbaru di beberapa kota, yakni Pekalongan, Semarang, dan Lasem.
“Koleksi Lasalle ini memang hampir sama dengan koleksi yang bertema akulturasi karena kita mengangkat budaya Jawa dan pihak JFFF juga mengusung tema Jawa. Jadi Lasalle memberikan koleksi yang terbuat dari batik Pekalongan untuk dipamerkan kali ini,” ujar Ferry Halim, fashion design lecturer LaSalle College Jakarta. Siluet tumpuk dengan banyak layering menjadi fokus utama untuk busana kebaya kali ini. “Kami mencoba untuk keluar dari jalur yang ada. Itu karena kalau terus berada di jalur yang sama akan terasa sangat bosan,” ucap Ferry.
Warna yang powerfull seperti pink , biru, dan kuning menjadi warna yang paling dominan. Atasan yang colorfull ditambah dengan bawahan yang terbuat dari kain batik Pekalongan menjadi perpanduan yang sangat menarik dan eksentrik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh semua pengunjung yang datang.
Andari novianti
Arti dari Heirloom, yakni merayakan kekayaan warisan budaya dengan perpaduan budaya Jawa dan China. Pergelaran Heirloom tersebut berusaha mendefinisikan keindahan batik peranakan dan kebaya encim yang dituangkan dalam perspektif model baru. Dalam rancangan kali ini, beberapa desainer mencoba untuk menafsirkan motif batik peranakan dengan tiga teknik border dimensi.
Sementara beberapa desainer lain berusaha memberikan format alternatif untuk kebaya tradisional yang sudah dikenal luas, yaitu kebaya encim. Beberapa desainer muda tersebut, antara lain Ursulla Priscilia Robert, Aprilyanti Wienli, Nicole Kristabella Boenawan, Winda Puspita, dan Chrestella Hartawan. Pergelaran tersebut juga terinspirasi dari perjalanan dan penelitian terbaru di beberapa kota, yakni Pekalongan, Semarang, dan Lasem.
“Koleksi Lasalle ini memang hampir sama dengan koleksi yang bertema akulturasi karena kita mengangkat budaya Jawa dan pihak JFFF juga mengusung tema Jawa. Jadi Lasalle memberikan koleksi yang terbuat dari batik Pekalongan untuk dipamerkan kali ini,” ujar Ferry Halim, fashion design lecturer LaSalle College Jakarta. Siluet tumpuk dengan banyak layering menjadi fokus utama untuk busana kebaya kali ini. “Kami mencoba untuk keluar dari jalur yang ada. Itu karena kalau terus berada di jalur yang sama akan terasa sangat bosan,” ucap Ferry.
Warna yang powerfull seperti pink , biru, dan kuning menjadi warna yang paling dominan. Atasan yang colorfull ditambah dengan bawahan yang terbuat dari kain batik Pekalongan menjadi perpanduan yang sangat menarik dan eksentrik yang dapat dilihat dan dinikmati oleh semua pengunjung yang datang.
Andari novianti
(ars)