Lepas Gempa, Nepal Kembali Buka Situs Wisata
A
A
A
Hampir dua bulan setelah gempa bumi menewaskan hampir 9.000 orang dan desa-desa di sana nyaris rata dengan tanah, pemerintah Nepal kembali membuka tujuh situs warisan dunia yang juga ikut terkoyak.
Di antara situs yang dibuka, tiga bangunan Durbar Squares di Bhaktapur, Katmandu, dan Lalitpur, kota kuno dan rumah bagi peninggalan bersejarah berusia berabadabad, seperti candi bergaya pagoda yang unik. Departemen Arkeologi memiliki data 443 monumen arkeologi, termasuk candi, di tiga distrik di seluruh Lembah Katmandu yang terkena dampak gempa. Adapun tujuh situs yang dilindungi, yaitu monumen Durbar di Katmandu, Patan, dan Bhaktapur.
Stupa Buddha Swayambhunath dan Boudhanath. Serta Candi Hindu Pashupatinath dan Changu Narayan. Enam dari tujuh situs warisan dunia terpaksa ditutup akibat gempa dahsyat. Menurut laporan BBC , tak lama setelah gempa, Direktur Umum Unesco Irina Bokova menggambarkan kerusakan yang terjadi di Lembah Katmandu sebagai kerusakan yang begitu luas. Pihak UNESCO pun telah mengirimkan tim untuk menilai kerusakan dan terus memantau situasi.
Selain itu, pada Kamis (11/6) UNESCO mengeluarkan pernyataan meminta masyarakat untuk ekstra hati-hati di situs tersebut. Untuk lebih memastikan keadaan, pihak keamanan akan ditempatkan di sana. Para wisatawan pun akan diberikan tur khusus dan pengumuman akan dipasang untuk menunjukkan rute tertentu yang dapat dilewati. Dengan begitu, bisa meminimalkan gangguan struktur di situs.
Karena masih mengalami gempa susulan, tidak semua situs warisan dibuka pemerintah. Apalagi, masih ada bahaya runtuh di beberapa daerah kompleks candi. Durbar Square di Kota Tua Katmandu diketahui berada dalam kondisi hancur lebur. Termasuk istana, halaman istana, dan kuil-kuil di sekitarnya. Padahal, UNESCO menyebut situs ini sebagai pusat sosial, agama, dan perkotaan ibu kota Nepal.
PBB pun telah mendesak agar pasukan keamanan ditempatkan di sini. Sementara itu, proses menyelamatkan artefak di kompleks kuil Buddha di kompleks candi Swayambhunath yang didirikan pada abad ke-5 masih terus berlangsung. Satu hal yang cukup dikhawatirkan jika situs ini dibuka, bisa terjadi risiko pencurian benda seni dan budaya.
Candi utama di Durbar Square Bhaktapur ini kehilangan atapnya, sedangkan Candi Vatsala Durga yang berusia 16 abad, yang terkenal dengan dinding batu pasir dan pagoda emas di atasnya, telah hancur tak bersisa. Kemudian Durbar Square di Patan yang berasal dari abad ke-3 yang terletak di antara Sungai Bagmati di sebelah timur Katmandu telah dibuka untuk umum minggu lalu.
Pemerintah juga berencana untuk merekonstruksi, merenovasi, dan melestarikan semua monumen yang rusak akibat gempa dalam jangka waktu lima sampai tujuh tahun, dengan biaya USD70 juta hingga USD100 juta. “Dengan membuka situs ini, kami berusaha untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa hidup normal telah kembali.
Kami berharap dengan kembalinya wisatawan akan mengembalikan kehidupan masyarakat yang bergantung pada pariwisata,” papar Sarad Pradhan, konsultan media Nepal Tourism Board.
Susi susanti
Di antara situs yang dibuka, tiga bangunan Durbar Squares di Bhaktapur, Katmandu, dan Lalitpur, kota kuno dan rumah bagi peninggalan bersejarah berusia berabadabad, seperti candi bergaya pagoda yang unik. Departemen Arkeologi memiliki data 443 monumen arkeologi, termasuk candi, di tiga distrik di seluruh Lembah Katmandu yang terkena dampak gempa. Adapun tujuh situs yang dilindungi, yaitu monumen Durbar di Katmandu, Patan, dan Bhaktapur.
Stupa Buddha Swayambhunath dan Boudhanath. Serta Candi Hindu Pashupatinath dan Changu Narayan. Enam dari tujuh situs warisan dunia terpaksa ditutup akibat gempa dahsyat. Menurut laporan BBC , tak lama setelah gempa, Direktur Umum Unesco Irina Bokova menggambarkan kerusakan yang terjadi di Lembah Katmandu sebagai kerusakan yang begitu luas. Pihak UNESCO pun telah mengirimkan tim untuk menilai kerusakan dan terus memantau situasi.
Selain itu, pada Kamis (11/6) UNESCO mengeluarkan pernyataan meminta masyarakat untuk ekstra hati-hati di situs tersebut. Untuk lebih memastikan keadaan, pihak keamanan akan ditempatkan di sana. Para wisatawan pun akan diberikan tur khusus dan pengumuman akan dipasang untuk menunjukkan rute tertentu yang dapat dilewati. Dengan begitu, bisa meminimalkan gangguan struktur di situs.
Karena masih mengalami gempa susulan, tidak semua situs warisan dibuka pemerintah. Apalagi, masih ada bahaya runtuh di beberapa daerah kompleks candi. Durbar Square di Kota Tua Katmandu diketahui berada dalam kondisi hancur lebur. Termasuk istana, halaman istana, dan kuil-kuil di sekitarnya. Padahal, UNESCO menyebut situs ini sebagai pusat sosial, agama, dan perkotaan ibu kota Nepal.
PBB pun telah mendesak agar pasukan keamanan ditempatkan di sini. Sementara itu, proses menyelamatkan artefak di kompleks kuil Buddha di kompleks candi Swayambhunath yang didirikan pada abad ke-5 masih terus berlangsung. Satu hal yang cukup dikhawatirkan jika situs ini dibuka, bisa terjadi risiko pencurian benda seni dan budaya.
Candi utama di Durbar Square Bhaktapur ini kehilangan atapnya, sedangkan Candi Vatsala Durga yang berusia 16 abad, yang terkenal dengan dinding batu pasir dan pagoda emas di atasnya, telah hancur tak bersisa. Kemudian Durbar Square di Patan yang berasal dari abad ke-3 yang terletak di antara Sungai Bagmati di sebelah timur Katmandu telah dibuka untuk umum minggu lalu.
Pemerintah juga berencana untuk merekonstruksi, merenovasi, dan melestarikan semua monumen yang rusak akibat gempa dalam jangka waktu lima sampai tujuh tahun, dengan biaya USD70 juta hingga USD100 juta. “Dengan membuka situs ini, kami berusaha untuk memberikan pesan kepada dunia bahwa hidup normal telah kembali.
Kami berharap dengan kembalinya wisatawan akan mengembalikan kehidupan masyarakat yang bergantung pada pariwisata,” papar Sarad Pradhan, konsultan media Nepal Tourism Board.
Susi susanti
(bbg)