Cerita di Balik Cangkir Teh
A
A
A
BAGI sebagian orang, cangkir teh bukan hanya wadah untuk menikmati minuman pada pagi atau sore hari. Lebih dari itu, ada nilai dan cerita tersendiri di dalamnya, yang membuat mereka rela berburu hingga ke pelosok dunia.
Sore itu Lies Haraguchi mengadakan jamuan afternoon teadengan mengundang kedua orang teman karibnya. Salad buah segar ditata menarik di sebuah piring lonjong porselen, sementara kudapan manis diletakkan di cake tier plateatau piring kue susun. Bungabunga warna-warni menambah semarak meja makan. Ketiganya bercengkerama sambil menyesap teh di cangkir masing-masing.
Wileman Foley –cangkir teh yang digunakan– hanya satu dari puluhan bahkan ratusan koleksi cangkir teh milik Lies. Bersuamikan orang Jepang, membuat Lies dan keluarga melestarikan budaya minum teh di rumah mereka. Ketika KORAN SINDOmenyambangi kediamannya di bilangan Pondok Indah, dia menyajikan teh hijau dalam cangkir tanpa gagang produksi Masiko dari Jepang yang beralaskan chatakudari kayu.
Sudah 30 tahun Lies mengoleksi cangkir dan terus berlanjut hingga kini. Rumahnya seperti galeri dengan banyak lemari hias memajang koleksinya yang disusun apik. Royal Winton dari Inggris, Herend dari Hongaria, Imari dan Arita Yaki dari Jepang, serta masih banyak lagi merek cangkir teh kenamaan dari negara lain sampai yang antik dengan usia kurang lebih 100 tahun, tersusun rapi sekaligus menarik hati di lemari kayunya.
“Dulu satu set cangkir teh yang terdiri dari cangkir, tatakan, dan sebuah side plateharganya masih murah sekitar Rp250.000. Namun, sekarang bisa sampai sepuluh juta rupiah ke atas untuk Wileman Foley misalnya,” ujar ibu dua anak yang bisa dibilang pelopor kolektor cangkir teh di Indonesia.
Bukan hanya cangkir teh dan tatakannya, Lies juga memiliki koleksi saringan teh, pot teh, dan beberapa porselen lain dari berbagai mancanegara termasuk sendok dan garpu makan baik berbahan stainless steelmaupun kayu. Lies untuk keseharian lebih menyenangi memakai cangkir teh dengan motif yang sederhana.
Namun, bukan berarti koleksi cangkir tehnya hanya berakhir di lemari pajangan, dia tak ragu untuk menyeruput teh dari koleksinya yang mahal sekalipun ataupun untuk menjamu tamunya.
“Buat apa kalau hanya dipajang. Saya suka minum teh dari koleksi cangkir teh saya. Jadi, saya bisa menikmati seutuhnya. Dari situ saya kenang kembali cangkir ini belinya di mana dan upaya saya ketika mendapatkannya. Saya cari di toko barang loak sampai di daerah-daerah kecil di luar negeri, seperti di Jepang, Inggris, Jerman, dan sebagainya,” kata wanita yang memiliki akun Instagram @liesharaguchiini.
Hobinya tersebut dia tularkan di media sosial. Instagram-nya mengundang banyak perhatian dan membuat Lies akhirnya menjadi referensi bagi kalangan kolektor lainnya. Hingga dia akhirnya bertemu dengan Lingga dan Meiyana yang beberapa bulan belakangan juga tengah mendalami ilmu soal cangkir teh sekaligus menambah koleksi cangkir mereka.
Meiyana secara khusus berburu cangkir teh di Inggris senada dengan Lingga yang juga hobi traveling. “Saya juga beli di Mamitoko dan kebetulan anak saya juga punya toko teacups, Gudang Mama namanya,” ujar Lingga. Mamitoko yang disebut Lingga adalah milik Desiree Sitompul yang baru-baru ini meluncurkan buku berjudul “SophisTEAcation: An Anthology of Porcelain Teacup Collecting”.
Buku setebal 200 halaman tersebut menguraikan perkembangan sejarah cangkir teh, koleksi cangkir teh terbaik dari berbagai negara yang pernah dikunjunginya, dan memberikan saran yang aman dan kreatif bagi para kolektor cangkir teh. Bahkan buka tersebut juga dirilis pada saat London Book Fairdi Inggris pada April silam. Inggris dipilih karena negara tersebut sangat kental budaya minum teh.
“London saya nilai tepat untuk launching buku dan di sana tradisinya sudahturun menurun. Ditambah dengan event internasional book fairtersebut yang sudah mendunia,” ungkap ibu dari Bams Samson ini. Desiree menceritakan, kebiasaan mengoleksi ini didapatkan dari sang ibunda. “Ibu saya sudah suka mengoleksi bendabenda antik, termasuk teacup, tapi karena kesibukan kerja saya acuhkan. Sekitar 10 tahun lalu, saya mulai menyukainya lagi,” katanya.
Awalnya, dia mengoleksi cangkir teh Wileman yang motifnya sederhana. Saat itu, dia membelinya hanya puluhan dolar, tapi kini harganya melambung tinggi menjadi ratusan dan ribuan dolar. Sementara itu, di dunia selebriti namanama seperti Tamara Geraldine dan Sarah Sechan juga tak mau kalah berburu cangkir teh dari penjuru dunia. Tertarik mengikuti jejak mereka?
Sri noviarni
Sore itu Lies Haraguchi mengadakan jamuan afternoon teadengan mengundang kedua orang teman karibnya. Salad buah segar ditata menarik di sebuah piring lonjong porselen, sementara kudapan manis diletakkan di cake tier plateatau piring kue susun. Bungabunga warna-warni menambah semarak meja makan. Ketiganya bercengkerama sambil menyesap teh di cangkir masing-masing.
Wileman Foley –cangkir teh yang digunakan– hanya satu dari puluhan bahkan ratusan koleksi cangkir teh milik Lies. Bersuamikan orang Jepang, membuat Lies dan keluarga melestarikan budaya minum teh di rumah mereka. Ketika KORAN SINDOmenyambangi kediamannya di bilangan Pondok Indah, dia menyajikan teh hijau dalam cangkir tanpa gagang produksi Masiko dari Jepang yang beralaskan chatakudari kayu.
Sudah 30 tahun Lies mengoleksi cangkir dan terus berlanjut hingga kini. Rumahnya seperti galeri dengan banyak lemari hias memajang koleksinya yang disusun apik. Royal Winton dari Inggris, Herend dari Hongaria, Imari dan Arita Yaki dari Jepang, serta masih banyak lagi merek cangkir teh kenamaan dari negara lain sampai yang antik dengan usia kurang lebih 100 tahun, tersusun rapi sekaligus menarik hati di lemari kayunya.
“Dulu satu set cangkir teh yang terdiri dari cangkir, tatakan, dan sebuah side plateharganya masih murah sekitar Rp250.000. Namun, sekarang bisa sampai sepuluh juta rupiah ke atas untuk Wileman Foley misalnya,” ujar ibu dua anak yang bisa dibilang pelopor kolektor cangkir teh di Indonesia.
Bukan hanya cangkir teh dan tatakannya, Lies juga memiliki koleksi saringan teh, pot teh, dan beberapa porselen lain dari berbagai mancanegara termasuk sendok dan garpu makan baik berbahan stainless steelmaupun kayu. Lies untuk keseharian lebih menyenangi memakai cangkir teh dengan motif yang sederhana.
Namun, bukan berarti koleksi cangkir tehnya hanya berakhir di lemari pajangan, dia tak ragu untuk menyeruput teh dari koleksinya yang mahal sekalipun ataupun untuk menjamu tamunya.
“Buat apa kalau hanya dipajang. Saya suka minum teh dari koleksi cangkir teh saya. Jadi, saya bisa menikmati seutuhnya. Dari situ saya kenang kembali cangkir ini belinya di mana dan upaya saya ketika mendapatkannya. Saya cari di toko barang loak sampai di daerah-daerah kecil di luar negeri, seperti di Jepang, Inggris, Jerman, dan sebagainya,” kata wanita yang memiliki akun Instagram @liesharaguchiini.
Hobinya tersebut dia tularkan di media sosial. Instagram-nya mengundang banyak perhatian dan membuat Lies akhirnya menjadi referensi bagi kalangan kolektor lainnya. Hingga dia akhirnya bertemu dengan Lingga dan Meiyana yang beberapa bulan belakangan juga tengah mendalami ilmu soal cangkir teh sekaligus menambah koleksi cangkir mereka.
Meiyana secara khusus berburu cangkir teh di Inggris senada dengan Lingga yang juga hobi traveling. “Saya juga beli di Mamitoko dan kebetulan anak saya juga punya toko teacups, Gudang Mama namanya,” ujar Lingga. Mamitoko yang disebut Lingga adalah milik Desiree Sitompul yang baru-baru ini meluncurkan buku berjudul “SophisTEAcation: An Anthology of Porcelain Teacup Collecting”.
Buku setebal 200 halaman tersebut menguraikan perkembangan sejarah cangkir teh, koleksi cangkir teh terbaik dari berbagai negara yang pernah dikunjunginya, dan memberikan saran yang aman dan kreatif bagi para kolektor cangkir teh. Bahkan buka tersebut juga dirilis pada saat London Book Fairdi Inggris pada April silam. Inggris dipilih karena negara tersebut sangat kental budaya minum teh.
“London saya nilai tepat untuk launching buku dan di sana tradisinya sudahturun menurun. Ditambah dengan event internasional book fairtersebut yang sudah mendunia,” ungkap ibu dari Bams Samson ini. Desiree menceritakan, kebiasaan mengoleksi ini didapatkan dari sang ibunda. “Ibu saya sudah suka mengoleksi bendabenda antik, termasuk teacup, tapi karena kesibukan kerja saya acuhkan. Sekitar 10 tahun lalu, saya mulai menyukainya lagi,” katanya.
Awalnya, dia mengoleksi cangkir teh Wileman yang motifnya sederhana. Saat itu, dia membelinya hanya puluhan dolar, tapi kini harganya melambung tinggi menjadi ratusan dan ribuan dolar. Sementara itu, di dunia selebriti namanama seperti Tamara Geraldine dan Sarah Sechan juga tak mau kalah berburu cangkir teh dari penjuru dunia. Tertarik mengikuti jejak mereka?
Sri noviarni
(ftr)