Benturan di Kepala Bisa Picu Epilepsi
A
A
A
JAKARTA - Umumnya masyarakat mengenal penyakit epilepsi disebabkan oleh rusaknya jaringan otak. Namun faktanya ada beberapa hal yang juga dapat menyebabkan epilepsi.
Benturan di kepala saat kecelakaan salah satunya. Benturan tersebut dipercaya bisa merusak jaringan otak dan menjadi awal terjadinya epilepsi.
"Benturan di kepala bisa menyebabkan luka di otak. Mungkin awal cuma pingsan. Tapi beberapa tahun bisa menyebabkan rusaknya jaringan otak," papar dokter spesialis saraf, Irawati Hawari di RSU Bunda Jakarta, Jumat (26/6/2015).
Irawati menjelaskan, epilepsi terjadi karena aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Penderita epilepsi akan mengalami serangan berupa kejang atau perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran hingga perubahan lainnya.
"Gangguan listrik di otak ini juga bisa disebabkan oleh gejala sisa dari suatu penyakit, seperti infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, cacat lahir, kelainan genetika, dan sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya," tutur dia.
Epilepsi masih menjadi penyakit tertinggi di negara berkembang. Penyakit ini tidak mengenal batasan usia, gender, ras, sosial dan ekonomi. Di Indonesia diperkirakan terdapat penderita epilepsi sekitar 1,1—8,8 juta orang. Sementara jumlah insiden sekitar 50—70 kasus per 100.000 penduduk.
Benturan di kepala saat kecelakaan salah satunya. Benturan tersebut dipercaya bisa merusak jaringan otak dan menjadi awal terjadinya epilepsi.
"Benturan di kepala bisa menyebabkan luka di otak. Mungkin awal cuma pingsan. Tapi beberapa tahun bisa menyebabkan rusaknya jaringan otak," papar dokter spesialis saraf, Irawati Hawari di RSU Bunda Jakarta, Jumat (26/6/2015).
Irawati menjelaskan, epilepsi terjadi karena aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Penderita epilepsi akan mengalami serangan berupa kejang atau perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran hingga perubahan lainnya.
"Gangguan listrik di otak ini juga bisa disebabkan oleh gejala sisa dari suatu penyakit, seperti infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, cacat lahir, kelainan genetika, dan sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya," tutur dia.
Epilepsi masih menjadi penyakit tertinggi di negara berkembang. Penyakit ini tidak mengenal batasan usia, gender, ras, sosial dan ekonomi. Di Indonesia diperkirakan terdapat penderita epilepsi sekitar 1,1—8,8 juta orang. Sementara jumlah insiden sekitar 50—70 kasus per 100.000 penduduk.
(alv)