Ajarkan Anak Puasa Sejak Dini
A
A
A
TIDAK mudah memang mengajari anak berpuasa. Perlu pendekatan dan pemberian pemahaman yang tepat agar anak nyaman menjalani puasa. Bagaimana caranya?
Berpuasa memberikan kebahagiaan tersendiri jika dijalani bersama keluarga, termasuk si buah hati. Sayangnya, tidak mudah mengajak anak berpuasa. Apalagi mengajak anak untuk berpuasa yang sehat. Pada dasarnya, ada dua sisi puasa yang harus diperkenalkan kepada anak. Pertama sisi konkret, misalnya tidak boleh makan dan minum, tidak boleh bicara kasar atau marah.
“Jadi, orang tua ketika membangunkan sahur anaknya jangan marah-marah, lalu harus tahan godaan. Nah ini sisi konkret dari puasa yang anak-anak tahu, mereka belum ngerti yang sisi abstraknya,” kata psikolog anak Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana K Hadiwidjojo, dalam acara ajak anak belajar puasa sehat di Torino Osteria, Jakarta, Selasa (23/6).
Sementara, sisi abstrak adalah puasa itu mensucikan diri. Puasa itu dapat pahala. Kalau tidak puasa, itu dosa. Itu sisi abstrak yang anak belum paham. Dia menilai justru orang dewasa kuat menahan lapar dan haus kan karena mengerti sisi abstrak itu, seperti dengan puasa kita ingin masuk surga.
“Buat anak-anak itu masih mengawang-ngawang, pahala itu apa sih. Itu sesuai dengan tahapan perkembangan pemikiran dari anak. Dalam usia 11-12 tahun anak baru ngerti konsep abstrak dari puasa. Di bawah usia tersebut, anak bukan berarti tidak bisa diajarkan berpuasa, bisa diajarkan dengan cara yang khusus, dan yang lebih penting lagi adalah mengajarkan anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan,” ujar Vera.
Vera menyebutkan, jika si anak belum bisa mengerti konsep abstrak dari puasa, jangan khawatir, yang bisa dilakukan adalah perkenalkan momenmomen menyenangkan saat Ramadan. Buat suasananya menyenangkan, ajak bangun sahur, salat tarawih, berbuka dengan berbagai macam makanan kesukaan anak-anak. Ajak si kecil mengunjungi sanak saudara sebelum datangnya Ramadan.
Buatlah suasana Ramadan itu khas dan menyenangkan buat anak. Dalam mengajarkan anak berpuasa, sebaiknya lakukan secara bertahap. Jadi tidak usah dipaksa, biarkan anak melakukannya secara bertahap.
Misalnya tidak kuat setengah hari tidak apa-apa puasa dua jam dulu. Lalu sejam lagi, kemudian sampai belajar puasa seharian penuh. “Lalu ajarkan anak tanpa paksaan, juga tanpa ancaman, seperti kalau tidak puasa, nanti tidak diajak mudik, nanti tidak dibelikan sesuatu, itu mengancam, tidak boleh,” kata Vera.
Bantu anak jalani puasa secara sehat juga penting. Pastikan asupan makanan mencukupi kebutuhannya sehari-hari, termasuk dalam buah dan sayur. Para orang tua pun harus mencontohkan, “Saya percaya daripada kita ceramah di depan anak, lebih baik contohkan saja, gimanapuasa yang sehat, sahurnya apa saja, bukanya apa saja. Contohkan saja, anak akan lihat. Apalagi kebanyakan anak belajarnya melalui visual. Perlu juga ada rewardharusnya dalam mengajarkan anak berpuasa,” sebut Vera.
ntuk memotivasi, berikan motivasi eksternal bagi anak-anak, “Salah satunya adalah dengan memberi rewards. Dalam bentuk apa? Sebaiknya jangan memberikan dalam bentuk uang. Misalnya kalau puasanya setengah hari, menu buka puasanya biasa saja. Tapi kalau puasanya full,nanti dibuatkan makanan kesukaannya,” kata Vera.
Jangan lupa juga untuk tetap menanamkan pola makan sehat saat puasa. Untuk buka puasa, biasanya anak lebih cenderung memilih makanan yang manis-manis dan makanan yang digoreng. Sebaliknya, anak kurang suka makan buah dan sayur. Nah untuk itu perlu cara yang menyenangkan dan mudah untuk mengajak dan mengenalkan manfaat buah, terutama saat si anak berpuasa.
Vera mengatakan, menyuruh anak makan buah dan sayur, itu merupakan tantangan tersendiri. Nah yang harus dilakukan adalah ajarkan secara konkret. Cukup contohkan saja dan perlihatkan nikmatnya makan buah dan sayur. Lalu jadikan kebiasaan. Buah itu setiap hari harus ada di meja makan supaya menjadi bagian keseharian dari keluarga. Sajikan buah dengan kreatif. Tampilan yang menarik akan membuat anak untuk mencoba.
Menurut Vera, libatkan anak juga dalam menyiapkan buah, mulai mengajaknya ke toko buah, memilih buah, mencuci, mengupasnya, sambil bercerita kandungan gizi apa yang terkandung dalam buah tersebut.
Iman firmansyah
Berpuasa memberikan kebahagiaan tersendiri jika dijalani bersama keluarga, termasuk si buah hati. Sayangnya, tidak mudah mengajak anak berpuasa. Apalagi mengajak anak untuk berpuasa yang sehat. Pada dasarnya, ada dua sisi puasa yang harus diperkenalkan kepada anak. Pertama sisi konkret, misalnya tidak boleh makan dan minum, tidak boleh bicara kasar atau marah.
“Jadi, orang tua ketika membangunkan sahur anaknya jangan marah-marah, lalu harus tahan godaan. Nah ini sisi konkret dari puasa yang anak-anak tahu, mereka belum ngerti yang sisi abstraknya,” kata psikolog anak Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana K Hadiwidjojo, dalam acara ajak anak belajar puasa sehat di Torino Osteria, Jakarta, Selasa (23/6).
Sementara, sisi abstrak adalah puasa itu mensucikan diri. Puasa itu dapat pahala. Kalau tidak puasa, itu dosa. Itu sisi abstrak yang anak belum paham. Dia menilai justru orang dewasa kuat menahan lapar dan haus kan karena mengerti sisi abstrak itu, seperti dengan puasa kita ingin masuk surga.
“Buat anak-anak itu masih mengawang-ngawang, pahala itu apa sih. Itu sesuai dengan tahapan perkembangan pemikiran dari anak. Dalam usia 11-12 tahun anak baru ngerti konsep abstrak dari puasa. Di bawah usia tersebut, anak bukan berarti tidak bisa diajarkan berpuasa, bisa diajarkan dengan cara yang khusus, dan yang lebih penting lagi adalah mengajarkan anak berpuasa dengan cara yang menyenangkan,” ujar Vera.
Vera menyebutkan, jika si anak belum bisa mengerti konsep abstrak dari puasa, jangan khawatir, yang bisa dilakukan adalah perkenalkan momenmomen menyenangkan saat Ramadan. Buat suasananya menyenangkan, ajak bangun sahur, salat tarawih, berbuka dengan berbagai macam makanan kesukaan anak-anak. Ajak si kecil mengunjungi sanak saudara sebelum datangnya Ramadan.
Buatlah suasana Ramadan itu khas dan menyenangkan buat anak. Dalam mengajarkan anak berpuasa, sebaiknya lakukan secara bertahap. Jadi tidak usah dipaksa, biarkan anak melakukannya secara bertahap.
Misalnya tidak kuat setengah hari tidak apa-apa puasa dua jam dulu. Lalu sejam lagi, kemudian sampai belajar puasa seharian penuh. “Lalu ajarkan anak tanpa paksaan, juga tanpa ancaman, seperti kalau tidak puasa, nanti tidak diajak mudik, nanti tidak dibelikan sesuatu, itu mengancam, tidak boleh,” kata Vera.
Bantu anak jalani puasa secara sehat juga penting. Pastikan asupan makanan mencukupi kebutuhannya sehari-hari, termasuk dalam buah dan sayur. Para orang tua pun harus mencontohkan, “Saya percaya daripada kita ceramah di depan anak, lebih baik contohkan saja, gimanapuasa yang sehat, sahurnya apa saja, bukanya apa saja. Contohkan saja, anak akan lihat. Apalagi kebanyakan anak belajarnya melalui visual. Perlu juga ada rewardharusnya dalam mengajarkan anak berpuasa,” sebut Vera.
ntuk memotivasi, berikan motivasi eksternal bagi anak-anak, “Salah satunya adalah dengan memberi rewards. Dalam bentuk apa? Sebaiknya jangan memberikan dalam bentuk uang. Misalnya kalau puasanya setengah hari, menu buka puasanya biasa saja. Tapi kalau puasanya full,nanti dibuatkan makanan kesukaannya,” kata Vera.
Jangan lupa juga untuk tetap menanamkan pola makan sehat saat puasa. Untuk buka puasa, biasanya anak lebih cenderung memilih makanan yang manis-manis dan makanan yang digoreng. Sebaliknya, anak kurang suka makan buah dan sayur. Nah untuk itu perlu cara yang menyenangkan dan mudah untuk mengajak dan mengenalkan manfaat buah, terutama saat si anak berpuasa.
Vera mengatakan, menyuruh anak makan buah dan sayur, itu merupakan tantangan tersendiri. Nah yang harus dilakukan adalah ajarkan secara konkret. Cukup contohkan saja dan perlihatkan nikmatnya makan buah dan sayur. Lalu jadikan kebiasaan. Buah itu setiap hari harus ada di meja makan supaya menjadi bagian keseharian dari keluarga. Sajikan buah dengan kreatif. Tampilan yang menarik akan membuat anak untuk mencoba.
Menurut Vera, libatkan anak juga dalam menyiapkan buah, mulai mengajaknya ke toko buah, memilih buah, mencuci, mengupasnya, sambil bercerita kandungan gizi apa yang terkandung dalam buah tersebut.
Iman firmansyah
(ftr)