Malnutrisi Sebabkan Anak Alami Stunting
A
A
A
JAKARTA - Kurang gizi atau malnutrisi masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. Bahkan berdasarkan data National Basic Health Research, Indonesia memiliki 5,3% balita yang menderita gizi kurang dan 6,8% balita gizi buruk pada tahun 2013.
Padahal dampak malnutrisi pada 1.000 hari pertama anak tidak dapat diperbaiki. Anak yang mengalamai malnutrisi akan lebih berpotensi memiliki IQ rendah dan menderita stunting.
"Stunting itu perawakan pendek karena kekurangan makanan atau gizi," papar Dokter Spesialis Anak Konsultasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dr. dr. Damayanti R. Syarif, Sp.A(K) di Hotel Intercontinental, Kamis (2/7/2015).
Sementara menurut data WHO, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2013 presentase penderita stunting sebesar 37,2%.
Damayanti menjelaskan, stunting memiliki gejala jangka pendek (masa anak-anak) dan gejala jangka panjang (masa dewasa).
"Gejala stunting pada jangka pendek yaitu hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sementara jangka panjang, obesitas, penurunan toleransi glukosa, jantung koroner, hipertensi dan osteoporosis," ujar dia.
Padahal dampak malnutrisi pada 1.000 hari pertama anak tidak dapat diperbaiki. Anak yang mengalamai malnutrisi akan lebih berpotensi memiliki IQ rendah dan menderita stunting.
"Stunting itu perawakan pendek karena kekurangan makanan atau gizi," papar Dokter Spesialis Anak Konsultasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dr. dr. Damayanti R. Syarif, Sp.A(K) di Hotel Intercontinental, Kamis (2/7/2015).
Sementara menurut data WHO, kasus stunting di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2013 presentase penderita stunting sebesar 37,2%.
Damayanti menjelaskan, stunting memiliki gejala jangka pendek (masa anak-anak) dan gejala jangka panjang (masa dewasa).
"Gejala stunting pada jangka pendek yaitu hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sementara jangka panjang, obesitas, penurunan toleransi glukosa, jantung koroner, hipertensi dan osteoporosis," ujar dia.
(alv)