Berpuasa di Negeri Seberang
A
A
A
INGGRIS menjadi salah satu negara dengan waktu siang hari yang panjang, sekitar 18 jam. Karena itu, tidak mudah menjalani ibadah puasa di negeri Pangeran William ini. Vidi Aldiano begitu merasakannya. Beberapa selebriti Indonesia pun mempunyai pengalaman menarik saat menjalani Ramadan di negara lain. Seperti apa?
Berpuasa menjadi salah satu kewajiban bagi seorang muslim, di mana pun mereka berada. Hal itu yang ditanamkan dalam diri Vidi Aldiano ketika menjalani puasa di Inggris, tepatnya di Manchester. Saat di Manchester, pelantun tembang Nuansa Bening ini tidak merasakan getaran Ramadan. Saat sahur atau berbuka, Vidi hanya ditemani beberapa sahabatnya yang juga tengah menjalani kuliah di sana.
Vidi sangat gembira bisa pulang ke Indonesia selama beberapa hari pada Ramadan ini. Artinya, dia bisa menikmati tradisi puasa bersama keluarganya, seperti berkumpul saat sahur dan berbuka. Berbeda saat dia berpuasa di Inggris. Vidi yang tengah menjalani masa kuliah mengaku sering kali merindukan suasana puasa di Indonesia, baik suara azan yang terus berkumandang, buka puasa bersama, maupun tarawih di masjid.
“Setiap Ramadan, pasti ada hawa-hawa gitu , terutama di Indonesia. Suasana Ramadan pasti langsung terasa di seluruh penjuru kota. Jadi, kesannya kalau mau beribadah lebih, gimana gitu , dan kayaknya ibadahibadah yang sunah itu jadi lebih sering dikerjakan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya,” kata Vidi di sela-sela acara Syiar Ramadan RCTI , Kamis (2/7).
Sementara, untuk menu makan berbuka puasa dan sahur, Vidi tidak terlalu banyak memilih makanan. Dia hanya mementingkan makanan berbuka dengan sesuatu yang manis dan makanan yang mampu menjaga stamina. Maklum, puasa di Inggris mempunyai waktu yang lebih lama daripada di Indonesia yang hanya sekitar 13 jam berpuasa.
Akhir pekan ini, Vidi dengan berat hati harus kembali ke Manchester untuk wisuda. Artinya, dia juga harus mengikuti puasa dengan waktu Inggris. Namun, itu menjadi tantangan untuknya, khususnya untuk meningkatkan ketakwaan. Begitu pun Alika, pelantun tembang Tunggu Aku ini baru saja menjalani puasa di luar negeri.
Alika yang saat ini sedang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini baru saja pulang dari Australia dalam program pertukaran pelajar. Alika merasakan menjalani ibadah puasa di sana. Banyak pengalaman menarik yang didapat. Jika Vidi berpuasa sekitar 18 jam, Alika merasakan waktu berpuasa di Austra-lia lebih pendek, sekitar 11 jam.
“Sempat ngerasain puasa saat cuacadingin, terus puasa dengan negara yang ada daylights karena di sana cuma sampai pukul 17.00 doang puasanya, dan subuhnya itu baru pukul 05.15. Jadi, memang terasa lebih sebentar sih,” kata Alika.
Puasa di negara lain ini menjadi pengalaman pertamanya tanpa keluarga sehingga dia harus melakukan segala sesuatunya sendirian. “Its actually really interesting sih karena aku jadi harus masak sendiri dan kebetulan teman-teman serumahku juga pada puasa. Jadi kita benar-benar stay up sampai sahur, enggak tidur. Kadang kita masak, masak nasi dan kita juga bikin lauknya segala macam. Baru tidurnya setelah salat subuh,” katanya.
“Aku ingat banget hari pertama aku masak chicken katsu buat sahur karena aku suka dan itits actually not easy karena prosesnya lumayan lama, mesti kayak di-marinated dulu, kemudian dikasih tepung, dan dikasih kayak panko -nya, baru digoreng. Jadi, ya seru sih, seru banget,” imbuhnya.
Selama 10 hari berpuasa di Australia, Alika benar-benar merasakan perbedaan yang mencolok, baik waktu berpuasa, suasana, cuaca dan yang paling menarik adalah dia harus mandiri. Semua keperluannya dipersiapkan sendiri.
“Tapi aku suka banget ngelakuinnya karena its a whole new thing , masak sih especially karena aku di Jakarta tuh enggak pernah masak. Aku memang tidak bisa memasak. Jadi, aku itu bisa masak karena terpaksa harus bisa masak, aku belajar sesuatu yang baru setiap hari,” ujarnya.
Meski di Australia, Alika mengaku harus tetap makan nasi dan diakhiri dengan makanan manis sebagai menu penutup. Dia tidak bisa mengonsumsi makanan Australia.
“Aku tuh orangnya laperan, jadi memang kalau sahur aku harus makan yang kenyang. Setelah makan sahur, aku selalu ada desert -nya juga, kayak makan cokelat atau minum susu cokelat. Pokoknya yang manis-manis deh,” tuturnya.
Fatturahman hakim
Berpuasa menjadi salah satu kewajiban bagi seorang muslim, di mana pun mereka berada. Hal itu yang ditanamkan dalam diri Vidi Aldiano ketika menjalani puasa di Inggris, tepatnya di Manchester. Saat di Manchester, pelantun tembang Nuansa Bening ini tidak merasakan getaran Ramadan. Saat sahur atau berbuka, Vidi hanya ditemani beberapa sahabatnya yang juga tengah menjalani kuliah di sana.
Vidi sangat gembira bisa pulang ke Indonesia selama beberapa hari pada Ramadan ini. Artinya, dia bisa menikmati tradisi puasa bersama keluarganya, seperti berkumpul saat sahur dan berbuka. Berbeda saat dia berpuasa di Inggris. Vidi yang tengah menjalani masa kuliah mengaku sering kali merindukan suasana puasa di Indonesia, baik suara azan yang terus berkumandang, buka puasa bersama, maupun tarawih di masjid.
“Setiap Ramadan, pasti ada hawa-hawa gitu , terutama di Indonesia. Suasana Ramadan pasti langsung terasa di seluruh penjuru kota. Jadi, kesannya kalau mau beribadah lebih, gimana gitu , dan kayaknya ibadahibadah yang sunah itu jadi lebih sering dikerjakan dibandingkan pada bulan-bulan lainnya,” kata Vidi di sela-sela acara Syiar Ramadan RCTI , Kamis (2/7).
Sementara, untuk menu makan berbuka puasa dan sahur, Vidi tidak terlalu banyak memilih makanan. Dia hanya mementingkan makanan berbuka dengan sesuatu yang manis dan makanan yang mampu menjaga stamina. Maklum, puasa di Inggris mempunyai waktu yang lebih lama daripada di Indonesia yang hanya sekitar 13 jam berpuasa.
Akhir pekan ini, Vidi dengan berat hati harus kembali ke Manchester untuk wisuda. Artinya, dia juga harus mengikuti puasa dengan waktu Inggris. Namun, itu menjadi tantangan untuknya, khususnya untuk meningkatkan ketakwaan. Begitu pun Alika, pelantun tembang Tunggu Aku ini baru saja menjalani puasa di luar negeri.
Alika yang saat ini sedang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini baru saja pulang dari Australia dalam program pertukaran pelajar. Alika merasakan menjalani ibadah puasa di sana. Banyak pengalaman menarik yang didapat. Jika Vidi berpuasa sekitar 18 jam, Alika merasakan waktu berpuasa di Austra-lia lebih pendek, sekitar 11 jam.
“Sempat ngerasain puasa saat cuacadingin, terus puasa dengan negara yang ada daylights karena di sana cuma sampai pukul 17.00 doang puasanya, dan subuhnya itu baru pukul 05.15. Jadi, memang terasa lebih sebentar sih,” kata Alika.
Puasa di negara lain ini menjadi pengalaman pertamanya tanpa keluarga sehingga dia harus melakukan segala sesuatunya sendirian. “Its actually really interesting sih karena aku jadi harus masak sendiri dan kebetulan teman-teman serumahku juga pada puasa. Jadi kita benar-benar stay up sampai sahur, enggak tidur. Kadang kita masak, masak nasi dan kita juga bikin lauknya segala macam. Baru tidurnya setelah salat subuh,” katanya.
“Aku ingat banget hari pertama aku masak chicken katsu buat sahur karena aku suka dan itits actually not easy karena prosesnya lumayan lama, mesti kayak di-marinated dulu, kemudian dikasih tepung, dan dikasih kayak panko -nya, baru digoreng. Jadi, ya seru sih, seru banget,” imbuhnya.
Selama 10 hari berpuasa di Australia, Alika benar-benar merasakan perbedaan yang mencolok, baik waktu berpuasa, suasana, cuaca dan yang paling menarik adalah dia harus mandiri. Semua keperluannya dipersiapkan sendiri.
“Tapi aku suka banget ngelakuinnya karena its a whole new thing , masak sih especially karena aku di Jakarta tuh enggak pernah masak. Aku memang tidak bisa memasak. Jadi, aku itu bisa masak karena terpaksa harus bisa masak, aku belajar sesuatu yang baru setiap hari,” ujarnya.
Meski di Australia, Alika mengaku harus tetap makan nasi dan diakhiri dengan makanan manis sebagai menu penutup. Dia tidak bisa mengonsumsi makanan Australia.
“Aku tuh orangnya laperan, jadi memang kalau sahur aku harus makan yang kenyang. Setelah makan sahur, aku selalu ada desert -nya juga, kayak makan cokelat atau minum susu cokelat. Pokoknya yang manis-manis deh,” tuturnya.
Fatturahman hakim
(ftr)