Pesona Perkebunan Teh Boseong
A
A
A
Korea Selatan mungkin bukan tempat yang ideal untuk dikunjungi saat ini akibat wabah MERS. Namun, ada tempat yang wajib dikunjungi jika Anda pencinta teh, yaitu Kota Boseong yang merupakan penghasil teh hijau terbesar di negeri ginseng ini.
Pada awalnya saya tidak pernah ingin pergi ke daerah selatan Korea Selatan. Hal ini tidak lain karena jauhnya tempat tersebut dari daerah saya tinggal, yaitu di Kota Daejeon. Meski demikian, saya selalu penasaran setiap kali melihat poster atau foto kebun teh yang berlapis-lapis membentuk lanskap yang indah.
Akhirnya setelah mencari informasi, saya baru tahu bahwa tempat tersebut ada di bagian selatan wilayah Korea, tepatnya di Boseong. Daerah Boseong terletak di provinsi Jeolannam-do. Kota kecil berpenduduk kurang lebih 500 jiwa ini tidak pernah sepi karena banyaknya orang yang selalu ingin berkunjung ke sini.
Walaupun transportasi sangat bagus di Korea Selatan untuk pergi ke tempat ini, setidaknya Anda harus merencanakan dan mengaturnya dengan baik. Dari Kota Seoul, Anda bisa naik bis selama lima jam. Anda juga bisa naik kereta ke Stasiun Gwangju, kemudian berganti bis di sana. Setiap tahunnya di kota ini selalu digelar acara Boseong Green Tea Festival .
Tahun ini, pergelaran tersebut memasuki tahun ke-41 yang berlangsung pada 22-26 Mei lalu. Ribuan masyarakat, baik warga Korea maupun asing, selalu hadir dalam acara ini. Cuaca pada Mei sangat menyenangkan karena di Korea Selatan sedang berlangsung musim semi. Pada musim ini banyak sekali festival yang digelar, di antaranya Cherry Blossom Festival yang berlangsung pada April.
Musim semi di Korea identik dengan pergi ke luar rumah dan menikmati indahnya bunga-bunga yang bermekaran. Korea Selatan menjelma menjadi negara seribu bunga. Di depan pintu masuk Boseong Anda bisa melihat peta lokasi Boseong. Ada dua tempat yang biasanya dikunjungi wisatawan, yaitu Boseong Plantation Tea atau dikenal dengan nama Daehan Daewon Tourist Plantation dan Korean Tea Museum.
Untuk masuk ke area Boseong, Anda harus membayar sebesar KRW3.000 atau sekitar Rp35.000. Sayang sekali, saya sampai di sana pada siang hari. Mungkin jika pagi hari saya bisa hiking dan lebih dapat menjelajahi Boseong. Kebiasaan hiking atau naik gunung sudah menjadi budaya di negeri berpenduduk 50 juta jiwa ini.
Gununggunung atau perkebunan teh seperti ini akan selalu ramai dikunjungi masyarakat Korea. Tidaklah mengherankan jika penduduk di Korea sangat sehat dan mempunyai tingkat umur hidup yang paling lama di dunia. Pemerintah Korea juga secara aktif mendukung kegiatan ini dengan membangun infrastruktur yang baik.
Gunung-gunung yang tinggi atau tempat yang sulit dijangkau menjadi mudah dijangkau. Sebelum sampai di tempat pembelian teh, saya dapat melihat banyak sekali pedagang yang menjajakan teh Boseong, baik yang bersifat fresh maupun yang sudah diolah. Tujuan pertama saya adalah Daehan Daewon Field. Anda akan melewati gugusan pohon pinus di sepanjang jalan.
Pohon-pohon ini berjejer dengan rapi dan membentuk pola yang indah. Berdasarkan informasi yang saya baca, gugusan pohon pinus di Boseong adalah satu yang paling indah di Korea. Saya sangat kagum bagaimana orang di sini merencanakan membuat pohonpohon ini. Matahari yang bersinar di selasela pohon juga membuat suasana menjadi lebih indah.
Bagi Anda penggemar fotografi, tentunya hal ini akan menarik sekali. Selama di jalan, saya juga melihat beberapa orang mengantre untuk membeli es krim green tea di beberapa warung. Produk-produk teh di sini sudah dibuat dan dikemas secara modern. Korea Selatan memang terkenal dengan industri teknologi makanannya.
Bahkan saat ini pemerintah Korea Selatan secara serius dan aktif mengglobalkan makanan Korea ke dunia internasional. Ginseng, kimchi , dan bibimbab merupakanbeberapa contoh produk makanan Korea yang mengglobal. Jalanan yang datar berangsur-angsur mulai menanjak.
Orang mulai antre menuju ke Daehan Daewon Field. Ada beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat istirahat. Kurang lebih 15 menit sampailah saya di tempat pemberhentian pertama. Suasana siang yang sedikit panas menjadi sejuk karena adanya pohon besar di tempat pemberhentian tersebut.
Kebun teh dengan daun-daun yang berwarna hijau terbentang di hadapan saya. Sinar matahari yang menyinari daundaun tersebut membuat warna menjadi sedikit keemasan. Pohon-pohon teh tersebut mengular dan membentuk “teras iring” yang sangat rapi dan menarik. Saat ini diperkirakan luas area perkebunan teh ini mencapai 1.200 hektare.
Berdasarkan informasi dari beberapa literatur, perkebunan Daehan Daewon Field sudah ada sejak zaman Dinasti Baekjae yang berkuasa pada 18 SM dan mencapai puncak kejayaan pada abad ke-4. Dinasti ini merupakan salah satu dinasti terbesar di Korea Selatan. Para biksu umat Buddha di temple Daewon mulai menanam teh ini sejak 400 tahun sebelum masehi.
Mereka juga melibatkan penduduk setempat untuk menanam teh. Semakin lama industri ini berkembang dengan baik dan saat ini penduduk di sini dapat membuat perkebunan teh ini menjadi sebuah industri besar di Korea Selatan. Kualitas teh di sini sangat bagus karena cuaca, udara, dan tekstur tanah yang sangat mendukung.
Tidaklah berlebihan jika pada 2008, teh Boseong menjadi minuman kesehatan bagi para astronot Rusia. Saat ini hampir kurang lebih 40% teh hijau Korea berasal dari kota ini. Saya berharap bisa kembali ke tempat ini suatu saat nanti untuk belajar lebih banyak dan menggali industri teh di Korea Selatan.
Ony Jamhari
Kontributor Koran sindo di Korea Selatan
Pada awalnya saya tidak pernah ingin pergi ke daerah selatan Korea Selatan. Hal ini tidak lain karena jauhnya tempat tersebut dari daerah saya tinggal, yaitu di Kota Daejeon. Meski demikian, saya selalu penasaran setiap kali melihat poster atau foto kebun teh yang berlapis-lapis membentuk lanskap yang indah.
Akhirnya setelah mencari informasi, saya baru tahu bahwa tempat tersebut ada di bagian selatan wilayah Korea, tepatnya di Boseong. Daerah Boseong terletak di provinsi Jeolannam-do. Kota kecil berpenduduk kurang lebih 500 jiwa ini tidak pernah sepi karena banyaknya orang yang selalu ingin berkunjung ke sini.
Walaupun transportasi sangat bagus di Korea Selatan untuk pergi ke tempat ini, setidaknya Anda harus merencanakan dan mengaturnya dengan baik. Dari Kota Seoul, Anda bisa naik bis selama lima jam. Anda juga bisa naik kereta ke Stasiun Gwangju, kemudian berganti bis di sana. Setiap tahunnya di kota ini selalu digelar acara Boseong Green Tea Festival .
Tahun ini, pergelaran tersebut memasuki tahun ke-41 yang berlangsung pada 22-26 Mei lalu. Ribuan masyarakat, baik warga Korea maupun asing, selalu hadir dalam acara ini. Cuaca pada Mei sangat menyenangkan karena di Korea Selatan sedang berlangsung musim semi. Pada musim ini banyak sekali festival yang digelar, di antaranya Cherry Blossom Festival yang berlangsung pada April.
Musim semi di Korea identik dengan pergi ke luar rumah dan menikmati indahnya bunga-bunga yang bermekaran. Korea Selatan menjelma menjadi negara seribu bunga. Di depan pintu masuk Boseong Anda bisa melihat peta lokasi Boseong. Ada dua tempat yang biasanya dikunjungi wisatawan, yaitu Boseong Plantation Tea atau dikenal dengan nama Daehan Daewon Tourist Plantation dan Korean Tea Museum.
Untuk masuk ke area Boseong, Anda harus membayar sebesar KRW3.000 atau sekitar Rp35.000. Sayang sekali, saya sampai di sana pada siang hari. Mungkin jika pagi hari saya bisa hiking dan lebih dapat menjelajahi Boseong. Kebiasaan hiking atau naik gunung sudah menjadi budaya di negeri berpenduduk 50 juta jiwa ini.
Gununggunung atau perkebunan teh seperti ini akan selalu ramai dikunjungi masyarakat Korea. Tidaklah mengherankan jika penduduk di Korea sangat sehat dan mempunyai tingkat umur hidup yang paling lama di dunia. Pemerintah Korea juga secara aktif mendukung kegiatan ini dengan membangun infrastruktur yang baik.
Gunung-gunung yang tinggi atau tempat yang sulit dijangkau menjadi mudah dijangkau. Sebelum sampai di tempat pembelian teh, saya dapat melihat banyak sekali pedagang yang menjajakan teh Boseong, baik yang bersifat fresh maupun yang sudah diolah. Tujuan pertama saya adalah Daehan Daewon Field. Anda akan melewati gugusan pohon pinus di sepanjang jalan.
Pohon-pohon ini berjejer dengan rapi dan membentuk pola yang indah. Berdasarkan informasi yang saya baca, gugusan pohon pinus di Boseong adalah satu yang paling indah di Korea. Saya sangat kagum bagaimana orang di sini merencanakan membuat pohonpohon ini. Matahari yang bersinar di selasela pohon juga membuat suasana menjadi lebih indah.
Bagi Anda penggemar fotografi, tentunya hal ini akan menarik sekali. Selama di jalan, saya juga melihat beberapa orang mengantre untuk membeli es krim green tea di beberapa warung. Produk-produk teh di sini sudah dibuat dan dikemas secara modern. Korea Selatan memang terkenal dengan industri teknologi makanannya.
Bahkan saat ini pemerintah Korea Selatan secara serius dan aktif mengglobalkan makanan Korea ke dunia internasional. Ginseng, kimchi , dan bibimbab merupakanbeberapa contoh produk makanan Korea yang mengglobal. Jalanan yang datar berangsur-angsur mulai menanjak.
Orang mulai antre menuju ke Daehan Daewon Field. Ada beberapa tempat yang digunakan sebagai tempat istirahat. Kurang lebih 15 menit sampailah saya di tempat pemberhentian pertama. Suasana siang yang sedikit panas menjadi sejuk karena adanya pohon besar di tempat pemberhentian tersebut.
Kebun teh dengan daun-daun yang berwarna hijau terbentang di hadapan saya. Sinar matahari yang menyinari daundaun tersebut membuat warna menjadi sedikit keemasan. Pohon-pohon teh tersebut mengular dan membentuk “teras iring” yang sangat rapi dan menarik. Saat ini diperkirakan luas area perkebunan teh ini mencapai 1.200 hektare.
Berdasarkan informasi dari beberapa literatur, perkebunan Daehan Daewon Field sudah ada sejak zaman Dinasti Baekjae yang berkuasa pada 18 SM dan mencapai puncak kejayaan pada abad ke-4. Dinasti ini merupakan salah satu dinasti terbesar di Korea Selatan. Para biksu umat Buddha di temple Daewon mulai menanam teh ini sejak 400 tahun sebelum masehi.
Mereka juga melibatkan penduduk setempat untuk menanam teh. Semakin lama industri ini berkembang dengan baik dan saat ini penduduk di sini dapat membuat perkebunan teh ini menjadi sebuah industri besar di Korea Selatan. Kualitas teh di sini sangat bagus karena cuaca, udara, dan tekstur tanah yang sangat mendukung.
Tidaklah berlebihan jika pada 2008, teh Boseong menjadi minuman kesehatan bagi para astronot Rusia. Saat ini hampir kurang lebih 40% teh hijau Korea berasal dari kota ini. Saya berharap bisa kembali ke tempat ini suatu saat nanti untuk belajar lebih banyak dan menggali industri teh di Korea Selatan.
Ony Jamhari
Kontributor Koran sindo di Korea Selatan
(bbg)