Menyingkap Kuliner Vietnam

Selasa, 14 Juli 2015 - 11:08 WIB
Menyingkap Kuliner Vietnam
Menyingkap Kuliner Vietnam
A A A
Ada beberapa keistimewaan dari restoran Vietnam ini. Menu-menu yang disajikan halal, menggunakan sayuran segar dari perkebunan sendiri, dan ada beberapa makanan yang diadopsi dari Prancis. Masakan Vietnam yang ditampilkan juga kaya ragam.

Dengan segenap kelebihan tersebut, menjadikan Yeu Saigon Cafe berbeda dengan restoran Vietnam lainnya yang sudah muncul lebih dulu di Tanah Air. Terlebih, masakan Vietnam dipandang sehat dan minim masakan yang digoreng. Kendati pendatang baru, persiapan yang dilakukan restoran khas Vietnam ini sudah amat matang yang membuatnya siap berkompetisi dengan restoran lain.

Praba Madhavani, pemilik, menilai restoran Vietnam yang ada di Jakarta kurang memuaskan. “Cita rasanya kurang autentik dan menunya juga tidak banyak. Lebih penting lagi, beberapa di antara restoran Vietnam tersebut menyajikan masakan nonhalal,” ujar pria yang pernah tinggal di negara beribu kota Hanoi itu.

Alhasil, dia bersama rekannya Le Thi Tuyet Mai memutuskan berbisnis kuliner dengan mengangkat hidangan dari negara yang berbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah utara tersebut. Mereka memboyong beberapa koki dari Vietnam langsung dan menghadirkan sayuran organik segar sebagai bahan masakan yang ditanam di perkebunan sendiri di daerah Cimanggis.

Ngo gai, wasabi , taoge, kemangi, dan beberapa dedaunan lainnya merupakan hasil perkebunannya. Sajian autentik yang mungkin tidak bisa ditemukan di restoran lain juga menjadi keunggulan Yeu Saigon Cafe. Sebut saja banh trang nuong , Praba bercerita sedikit soal kultur masyarakat Vietnam di mana makanan tidak boleh ada yang terbuang.

“Sebab, pada zaman penjajahan dulu makanan susah, maka makanan yang ada harus dimanfaatkan,” ujarnya. Jadilah kerak nasi diolah kembali hingga menjadi makanan yang bisa disajikan kepada tamu istimewa sekalipun. Dibentuk bulat datar macam piza, banh tran nuong kemudian diberi topping seperti udang, telur, daun bawang, dan bawang goreng.

Kerak nasi tersebut setelah diolah kembali menjadi garing. Pengaruh penjajahan Prancis juga tampak dari banh mi sai gon , ini adalah roti baguette atau roti khas Prancis yang lalu diberi hati ayam dan dioles mentega di dalamnya. Daging ayam panggang ataupun ikan menjadi isian roti semacam sandwich ini.

Yang tak boleh dilewatkan di restoran Vietnam adalah sajian berkuah hangat pho dengan potongan daging sapi tipis nan lezat. Yang membuat hidangan ini enak adalah kaldunya yang gurih. Terang saja, kaldunya dimasak cukup lama. “Kaldu pho dimasak minimal delapan jam, bahkan sampai 24 jam,” sebut Mai yang asli Vietnam.

Usai ditata di mangkuk dengan mi dan irisan daging, selanjutnya ditaburi taoge, ngo gai , dan kemangi yang langsung menimbulkan aroma harum yang menggoda selera. Mai menuturkan, di Vietnam ada banyak versi pho , masing-masing daerah memiliki karakteristik tersendiri.

“Tapi di sini, kami ambil yang versi Hanoi,” imbuh Mai. Untuk side dish, Mai mengenalkan ga nuong xoi chen , ini semacam ketan yang merupakan campuran beras ketan dan kacang hijau serta santan yang digoreng. Chao tom banh hoi , menu lain adalah olahan udang yang dipanggang kemudian ditusuk dengan batang tebu.

Di negeri asalnya, lantaran udang cukup mahal, maka dicampur dengan bahan nonhalal untuk menghemat biaya. Tapi di sini, Mai menjamin hanya udang sebagai campurannya. Di samping bercita rasa pedas, beberapa makanan Vietnam juga menggunakan taburan kacang. Pada Ramadan ini, restoran menyediakan paket menu berbuka puasa mulai Rp150.000 hingga Rp200.000.

Adapun untuk minuman ice preserved kumquat dan jus lidah buaya jadi andalan restoran yang bertempat di Generali Tower Gran Rubina Business Park lantai satu unit B, kawasan Epicentrum, HR Rasuna Said, Jakarta Selatan. Banyak pelanggan yang kembali hanya untuk menikmati racikan kopi ala barista di sini. Kopinya mengambil dari Vietnam dengan kadar keasaman yang rendah.

Vietnamese white coffee yang paling favorit. Restoran ini mengangkat desain neoklasik dengan tegel yang biasa di pakai di rumah-rumah pada 1950-an. Banyak dipajang foto kerajaan berwarna hitam putih dan beberapa vas secara khusus dibawa dari Vietnam.

Terdapat ruang privat dengan 14 kursi. Siapkan bujet Rp150.000 per orang. Pada Agustus mendatang, restoran ini berencana membuka cabang di Bellagio, Jakarta.

Sri Noviarni
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6124 seconds (0.1#10.140)