Kota Terlarang di Guilin

Jum'at, 31 Juli 2015 - 08:17 WIB
Kota Terlarang di Guilin
Kota Terlarang di Guilin
A A A
FORBIDDEN City atau Kota Terlarang bukan hanya ada di Beijing. Kota Guilin juga memilikinya, bahkan usianya jauh lebih tua dari yang ada di Beijing. Juga, belum banyak turis yang mengetahuinya.

Guilin memang diberkati oleh keindahan alam. Kota yang terletak di Provinsi Guangxi, China selatan ini dikelilingi tanah pertanian hijau dan dihiasi bukit-bukit karst yang dilewati Sungai Li liku.

Ini keajaiban alam yang menarik jutaan wisatawan yang berduyun-duyun datang ke Guilin setiap tahun, menggunakan kapal pesiar sungai dan menjelajahi sawah bertingkat di dekat Longsheng. Tapi hanya sedikit dari mereka yang menyadari keberadaan lokasi-lokasi sejarah Kerajaan Yang Mulia Guilin hingga sepi dari kerumunan orang .

Kota Ratu Jingjiang

Kompleks mewah di Kota Ratu Jingjiang, atau Jingjiang Palace, terletak di tengah Guilin dan memiliki sejarah lebih panjang dari Kota Terlarang Beijing. Dibangun pada abad ke-14 di zaman Zhu Shouqian, keponakan kaisar pertama Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang. Lebih dari dua setengah abad, mansion ini menjadi rumah bagi 14 pangeran Ming.

Kemudian menjadi basis Sun Yat-sen, revolusioner yang membentuk China modern dengan membantu menggulingkan Dinasti Qing. Lebih dari 50 bangunan bergaya klasik berada di dalam dinding perimeter sepanjang 1,5 kilometer ini. Tempat ini didominasi Solitary Beauty Peak (Duxiu Feng), yakni batu kapur setinggi 216 meter yang di atasnya didirikan sebuah kuil.

Pengunjung yang naik puncak sebanyak 306 langkah ini akan “dihargai” oleh pemandangan Kota Guilin dan pedesaan sekitarnya. Selain sebagai objek wisata, Jingjiang merupakan bagian dari kampus Universitas Normal Guangxi. Tak heran banyak mahasiswa yang terlihat sedang bersantai di atas rerumputan saat beberapa wisatawan lewat di sana.

Istana Chengyun

Istana ini mengikuti gaya arsitektur Dinasti Ming dan memiliki tata letak simetris dengan bangunan utamanya yang membentuk tulang situs. Mungkin yang paling ikonik dari struktur ini adalah Gerbang Chengyun yang menandai pintu masuk selatan ke Jingjiang. Gerbang ini sangat mencolok karena memiliki atap berwarna emas dan berjenjang yang mengisyaratkan keagungan dalam kompleks.

Saat mereka melewati di bawah lengkungan tinggi, pengunjung akan menemui Tempat Khusus Ratu. Berjalan di sepanjang jalan batu yang sempit, diapit oleh pagar terawat dan deretan lentera merah, Anda bisa membayangkan prosesi kerajaan yang indah pada zaman dahulu kala.

Direnovasi pada tahun 1947 sesuai dengan desain aslinya, rel batu berukir istana memberikan bukti terakhir dari pengerjaan yang luar biasa yang terlibat dalam pembangunan asli Jingjiang. Tak heran istana ini sekarang menjadi rumah, sekaligus museum yang merinci sejarah Jingjiang, dan juga menawarkan demonstrasi tarian tradisional Dinasti Qing.

Puisi tertua dalam gua

Di sisi lain istana, terdapat tiga jalur besar yang akan mengantarkan Anda ke Solitary Beauty Peak yang letaknya berdekatan dengan Royal Quarters. Royal Quarters tidak selalu terbuka untuk umum sehingga kurang menarik perhatian pengunjung. Sebuah batu prasasti bisa ditemukan di antara dua gua yang terletak di atas bukit batu.

Nah yang menarik, di dinding gua tertulis sebuah puisi yang diduga diukir pada 1.600 tahun yang lalu, membuatnya sebagai puisi tertua yang pernah ditemukan di Guilin. Rupanya, puisi tentang keindahan tersebut terinspirasi dari indahnya pemandangan alam yang terbentang di luar gua jika kita melihatnya dari atas bukit.

Kini, banyak seniman yang datang ke gua yang ditemukan saat Dinasti Qing dan Ming berkuasa ini untuk mengabadikan keindahan katakata dalam puisi tersebut, sekaligus menuangkannya dalam kanvas.

Kehancuran dan pemulihan

Tak satu pun dari bangunan utama situs abad ke-14 ini terkena dampak ketika Jingjiang rusak parah dua kali selama Dinasti Qing (yang berlangsung 1644-1912) dan selama invasi Jepang dalam Perang Dunia II. Beberapa bagian tangga batu sedikit tetap berasal dari kompleks asli dan dibangun sebagai pusat kota untuk melindungi pangeran, keluarga mereka, dan pejabat lainnya.

Untungnya, bangunan ini sudah dibangun kembali selama abad terakhir dan akan dijaga berkat status perlindungan nasional yang diberikan pada tahun 1993 silam. Meskipun kerusakan telah terjadi, bangunan ini masih dianggap yang terbaik dari Dinasti Ming.

Susi susanti
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5437 seconds (0.1#10.140)