Gangguan Bipolar Picu Bunuh Diri
A
A
A
JAKARTA - Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan mental yang ditandai dengan adanya perubahan suasana perasaan yang cenderung labil. GB biasanya berulang dalam rentang waktu tertentu serta dapat berlangsung seumur hidup. Perubahan suasana perasaan (mood) pada GB terjadi dengan sangat cepat.
"Prevalensi gangguan bipolar secara umum diperkirakan sekitar 1%, namun bukti terbaru mengungkapkan bahwa terdapat sub-tipe dari gangguan ini yang tidak terwakili dari angka tersebut, sehingga kemungkinan besar prevalensi aktualnya mendekati angka 3,5%," papar psikiater FKUI-RSCM, dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K) Mpd.Ked dalam Seminar Media Kenali dan Pahami Peningkatan Libido pada Gangguan Bipolar di Hotel Shagri-La, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Parahnya, GB merupakan salah satu penyakit kronis dimana sebanyak 15% dari jumlah pasien berakhir dengan bunuh diri. "Selain itu, GB juga berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian akibat adanya penyalahgunaan zat, kerentanan terjadinya kecelakaan serta adanya risiko bunuh diri. Risiko bunuh diri merupakan penyebab kematian tertinggi pada GB," tutur dia.
Natalia menuturkan, pentingnya peran keluarga untuk mendeteksi ide bunuh diri pada penderita GB. Pasalnya, kejadian bunuh diri pada penderita GB umumnya dipicu oleh adanya gangguan yang tidak menyenangkan.
"Prevalensi kejadian bunuh diri adalah 10-15% pada orang dengan GB. Lebih dari setengah kejadian bunuh diri pada GB berhubungan dengan kejadian yang tidak menyenangkan yang baru saja dialami oleh individu dengan GB," kata dia.
Sementara pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan (stresor) yang menjadi pencetus kejadian bunuh diri itu disebabkan oleh kondisi gangguan bipolar.
Aktor kondang Robin Williams yang tewas bunuh diri pada 11 Agustus 2014 lalu juga diduga menderita gangguan bipolar. Robin mengakhiri hidupnya setelah menderita depresi berat. Dia juga tidur di kamar yang terpisah dari istrinya karena kekesalan dan kecemasannya akibat penyakit Parkinson’s yang dia derita.
"Prevalensi gangguan bipolar secara umum diperkirakan sekitar 1%, namun bukti terbaru mengungkapkan bahwa terdapat sub-tipe dari gangguan ini yang tidak terwakili dari angka tersebut, sehingga kemungkinan besar prevalensi aktualnya mendekati angka 3,5%," papar psikiater FKUI-RSCM, dr. Natalia Widiasih, Sp.KJ (K) Mpd.Ked dalam Seminar Media Kenali dan Pahami Peningkatan Libido pada Gangguan Bipolar di Hotel Shagri-La, Jakarta, Rabu (19/8/2015).
Parahnya, GB merupakan salah satu penyakit kronis dimana sebanyak 15% dari jumlah pasien berakhir dengan bunuh diri. "Selain itu, GB juga berhubungan dengan meningkatnya risiko kematian akibat adanya penyalahgunaan zat, kerentanan terjadinya kecelakaan serta adanya risiko bunuh diri. Risiko bunuh diri merupakan penyebab kematian tertinggi pada GB," tutur dia.
Natalia menuturkan, pentingnya peran keluarga untuk mendeteksi ide bunuh diri pada penderita GB. Pasalnya, kejadian bunuh diri pada penderita GB umumnya dipicu oleh adanya gangguan yang tidak menyenangkan.
"Prevalensi kejadian bunuh diri adalah 10-15% pada orang dengan GB. Lebih dari setengah kejadian bunuh diri pada GB berhubungan dengan kejadian yang tidak menyenangkan yang baru saja dialami oleh individu dengan GB," kata dia.
Sementara pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan (stresor) yang menjadi pencetus kejadian bunuh diri itu disebabkan oleh kondisi gangguan bipolar.
Aktor kondang Robin Williams yang tewas bunuh diri pada 11 Agustus 2014 lalu juga diduga menderita gangguan bipolar. Robin mengakhiri hidupnya setelah menderita depresi berat. Dia juga tidur di kamar yang terpisah dari istrinya karena kekesalan dan kecemasannya akibat penyakit Parkinson’s yang dia derita.
(alv)