Teaterikal Glamor
A
A
A
PADA tahun kesebelasnya berkarya dalam industri mode, desainer Hian Tjen memberanikan diri untuk menampilkan 50 koleksi utamanya dalam peragaan busana tunggal.
Bertemakan Haute Couture 2016 Collection , pria kela hiran Pemangkat, 9 Febru ari 1985 ini mema merkan kepiawaiannya dalam mendesain gaun perempuan dengan berbagai warna.
Pada pergelaran perdananya, Rabu, 19 Agustus 2015 lalu, Hian Tjen mempersem bah kan gaya peragaan yang terkesan bergaya teaterikal. Berlatar belakang sebuah kastil yang usang sebagai runway , para model berlenggak-lenggok bak menggambarkan lakon. Terdapat dua jenis lakon yang diperankan pada penampilan selama 1,5 jam tersebut. Pertama, mengambil judul “Evil Stalked The Night”, pemera gaan busana disulap bagai ratu dengan balutan gaun berwarna merah dan hitam.
Sebagai gambaran dari sisi buruk sifat manusia, warna merah di anggap mengandung kebengisan. Adapun hitam menjadi representasi dari hal yang jahat. Setiap potong bu sana yang ditampilkan, memunculkan sisi hati yang palsu dari perempuan. “Karena melalui kejahatan sekalipun, keindahan tetap terpancar dari kemolekan tubuh perempuan walau siluetnya sederhana,” ucap Hian Tjien.
Dongeng si cantik bertabiat buruk ini menurutnya begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa jenis gaun yang ditampilkan pada sesi pertama, yaitu gaun pendek maupun panjang, terusan bervolume kaya wiru, busana yang lekat di tubuh, hingga ballgown . Meskibusananya didominasi payet, manik-manik, dan kristal, Hian tak pernah abai untuk tetap mengokohkan kekuatan konstruksi busananya.
Dengan begitu, berkat teknik jahit dan detail gaun yang sangat kompleks, hasil rancangannya menjadi begitu memukau saat dinikmati khususnya dari jarak dekat. Gaun-gaun tersebut dijadikan sebagai unjuk keunggulan berciri khas perancang generasi muda. Adapun aksesori yang menambah anggun para model di sesi pertama ini secara umum mengambil karakter dari serangga.
Seperti kumbang yang menjadi pelengkap penampilan, berwarna legam dengan jumbai bulu-bulu, seolah membungkus sifat buruk para manusia itu sendiri. Untuk melengkapi pergelaran ini, Hian mempersembahkan sesi kedua yang bernuansakan perempuan-perempuan berwatak baik dengan masih mengambil latar panggung yang muram. Berjudul “Love Will Bring The Joy”, desainer andal lulusan Esmod Jakarta ini mengungkapkan karyanya melalui palet warna pastel.
Busananya bersiluetkan jubah, gaun panjang, bermode volume, terusan pendek, hingga busana berwarna baby blue , krem, warna keemasan, dan putih. Di bagian ini, Hian menuangkan de sain nya pada materi bulu-bulu. “Terdapat tekstur yang unik dan mampu mem bang kitkan imajinasi tanpa batas dari sang desainer melalui aplikasi bulu-bulu,” tuturnya.
Salah satu busana pamung kasnya di sesi kedua tersebut, yaitu terusan panjang berwarna krem dengan susunan manik satu per satu hingga mem - bentuk garis-garis berbasis lurus tegak.
Rabia edra
Bertemakan Haute Couture 2016 Collection , pria kela hiran Pemangkat, 9 Febru ari 1985 ini mema merkan kepiawaiannya dalam mendesain gaun perempuan dengan berbagai warna.
Pada pergelaran perdananya, Rabu, 19 Agustus 2015 lalu, Hian Tjen mempersem bah kan gaya peragaan yang terkesan bergaya teaterikal. Berlatar belakang sebuah kastil yang usang sebagai runway , para model berlenggak-lenggok bak menggambarkan lakon. Terdapat dua jenis lakon yang diperankan pada penampilan selama 1,5 jam tersebut. Pertama, mengambil judul “Evil Stalked The Night”, pemera gaan busana disulap bagai ratu dengan balutan gaun berwarna merah dan hitam.
Sebagai gambaran dari sisi buruk sifat manusia, warna merah di anggap mengandung kebengisan. Adapun hitam menjadi representasi dari hal yang jahat. Setiap potong bu sana yang ditampilkan, memunculkan sisi hati yang palsu dari perempuan. “Karena melalui kejahatan sekalipun, keindahan tetap terpancar dari kemolekan tubuh perempuan walau siluetnya sederhana,” ucap Hian Tjien.
Dongeng si cantik bertabiat buruk ini menurutnya begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Beberapa jenis gaun yang ditampilkan pada sesi pertama, yaitu gaun pendek maupun panjang, terusan bervolume kaya wiru, busana yang lekat di tubuh, hingga ballgown . Meskibusananya didominasi payet, manik-manik, dan kristal, Hian tak pernah abai untuk tetap mengokohkan kekuatan konstruksi busananya.
Dengan begitu, berkat teknik jahit dan detail gaun yang sangat kompleks, hasil rancangannya menjadi begitu memukau saat dinikmati khususnya dari jarak dekat. Gaun-gaun tersebut dijadikan sebagai unjuk keunggulan berciri khas perancang generasi muda. Adapun aksesori yang menambah anggun para model di sesi pertama ini secara umum mengambil karakter dari serangga.
Seperti kumbang yang menjadi pelengkap penampilan, berwarna legam dengan jumbai bulu-bulu, seolah membungkus sifat buruk para manusia itu sendiri. Untuk melengkapi pergelaran ini, Hian mempersembahkan sesi kedua yang bernuansakan perempuan-perempuan berwatak baik dengan masih mengambil latar panggung yang muram. Berjudul “Love Will Bring The Joy”, desainer andal lulusan Esmod Jakarta ini mengungkapkan karyanya melalui palet warna pastel.
Busananya bersiluetkan jubah, gaun panjang, bermode volume, terusan pendek, hingga busana berwarna baby blue , krem, warna keemasan, dan putih. Di bagian ini, Hian menuangkan de sain nya pada materi bulu-bulu. “Terdapat tekstur yang unik dan mampu mem bang kitkan imajinasi tanpa batas dari sang desainer melalui aplikasi bulu-bulu,” tuturnya.
Salah satu busana pamung kasnya di sesi kedua tersebut, yaitu terusan panjang berwarna krem dengan susunan manik satu per satu hingga mem - bentuk garis-garis berbasis lurus tegak.
Rabia edra
(ars)