Terapi Musik dapat Obati Penyakit Paru Kronik

Kamis, 31 Desember 2015 - 01:25 WIB
Terapi Musik dapat Obati Penyakit Paru Kronik
Terapi Musik dapat Obati Penyakit Paru Kronik
A A A
JAKARTA - Penelitian terbaru mengatakan, terapi musik dapat meningkatkan efektivitas rehabilitasi standar untuk pasien yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK atau dalam bahasa Inggris COPD) dan gangguan pernapasan kronis lainnya.

PPOK adalah penyakit paru -paru progresif yang ditandai dengan sesak nafas, nafas berburu (mengi), batuk terus menerus, sering flu dan terasa sesak di dada.

Temuan baru ini menunjukkan bahwa penyakit PPOK dapat dilakukan dengan terapi musik yang efektif untuk pengobatan tradisional.

"Hasil penelitian ini memberikan landasan komprehensif untuk pembentukan intervensi terapi musik sebagai bagian dari perawatan rehabilitasi paru," kata Jonathan Raskin selaku rekan penulis studi dari Gunung Sanai Beth Israel disebuah rumah sakit di New York, AS, seperti dilansir dari situs Times of India.

Terdapat 68 persen peserta penelitian yang didiagnosis dengan penyakit penapasan kronis, termasuk yang menderita penyakit PPOK.

Selama enam minggu, kelompok yang dilakukan secara acak dari pasian ini menghadiri sesi terapi musik di setiap minggunya.

Setiap sesi musik, visualisasi, angin instrumen bermain dan bernyanyi yang memasukkan alat pengontrol pernapasan.

Program penelitian musik ini telah disediakan alat musik-psikoterapi. Musik-musik yang disediakan melainkan musik yang disukai pasien yang mendorong
ekspresi diri dan meningkatkan keterlibatan dalam kegiatan terapi, sekaligus mengatasi permasalahan dari penyakit kronis tersebut.

"Perawatan penyakit kronis sengaja diubah dari penilaian tradisional yang ketat bahwa sekali difokuskan terutama pada diagnosis, morbiditas dan kematian," kata Joanne Loewy dari catatan MSBI.

Dilanjutkan olehnya. "Sebaliknya, perawatan sakit kronis bergerak menuju metode yang bertujuan untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas hidup pasien dan aktivitas hidup kita sehari-hari melalui identifikasi budaya, motivasi, pengasuh/tren rumah mereka dan persepsi dari rutinitas kesehatan sehari-hari," tandas Loewy.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Respiratory Medicine.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7997 seconds (0.1#10.140)