Bos Penuntut Bikin Kesehatan Karyawan Tambah Buruk

Senin, 25 April 2016 - 09:30 WIB
Bos Penuntut Bikin Kesehatan...
Bos Penuntut Bikin Kesehatan Karyawan Tambah Buruk
A A A
JAKARTA - Kalau Anda mengira bahwa bos Anda yang sangat menuntut selalu mengarahkan Anda untuk bekerja ekstra keras untuk memenuhi deadline, waspadalah. Perilaku di tempat kerja seperti ini akan memperburuk kesehatan Anda dalam periode jangka panjang.

Menurut para periset, senior di kantor yang menginspirasi staf mereka untuk bekerja di atas dan melebihi jam kerja sebenarnya membahayakan kesehatan para pekerjanya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa tekanan konstan dari “pemimpin transformasional” ini bisa meningkatkan level ketidakhadiran karyawan di kantor karena sakit.

“Mungkin kalau harapan performa tinggi menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan karyawan yang rapuh dan aspek motivasional kepemimpinan transformasional bisa menjadi bumerang,” papar Karina Nielsen, dosen psikologi kerja dan organisasi di University of East Anglia (UEA) Norwich, yang dikutip IANS.

Kajian yang dipublikasikan di jurnal Work & Stress ini untuk kali pertama melihat pada hubungan antara kehadiran, kepemimpinan transformasional dan rata-rata absen karena sakit. Sebelumnya, kepemimpinan transformasional dikaitkan dengan kesejahteraan positif karyawan dan mengurangi ketidakhadiran umum dalam jangka pendek.

Tapi, kajian baru ini mengindikasikan bahwa pemimpin transformasional yang mendorong kelompoknya untuk melakukan usaha ekstra di tempat kerja mungkin telah meningkatkan ketidakhadiran karena sakit karena tingginya level kehadiran mungkin mengakibatkan berkurangnya peluang untuk pemulihan diri bersamaan dengan risiko menyebarkan kondisi kesehatan yang menular. Pola ini mungkin jadi masalah di organisasi dimana para manajer diukur pada kemampuan mereka untuk mengendalkan level ketidakhadiran karena sakit.

“Pemimpin transformasional mungkin mempromosikan pengorbanan diri para karyawan yang lemah untuk kebaikan yang lebih baik di dalam grup dengan mendorong mereka mengabaikan sakit dan memaksakan diri. Pemimpin semacam ini mengekspresikan nilai performa di atas dan melampaui jam kerja dengan mengorbankan kesehatan karyawan karena mereka punya ketertarikan untuk memamerkan rendahnya ketidakhadiran karena sakit di kelompok kerjanya,” tutur Nielsen.

Riset ini difokuskan pada pekerja kantor pos dan manajernya di Denmark selama tiga tahun. Total, ada 155 partisipan di 22 kelompok kerja.

Para karyawan menilai manajer langsung mereka pada awal kajian dan ditanya tentang ketidakhadiran mereka karena sakit dan kehadiran mereka saat sedang sakit di tahun sebelumnya. Ketidakhadiran karena sakit dikaji lagi di tahun kedua dan ketiga.

Para peneliti lalu menemukan, kepemimpinan transformasional meningkatkan ketidakhadiran karena sakit ketika para pekerja memperlihatkan 14 hari lebih kehadiran ketimbang kolega mereka. Penemuan ini mengindikasikan, efek jangka pendek dan cepat bisa dtemukan di antara para staf, tapi bagi pekerja yang rapuh, seperti mereka yang memiliki level kehadiran saat sedang sakit yang tinggi, efek sampingnya lebih lama terasa.

Kurangnya waktu untuk memulihkan diri juga menjelaskan efek ini. Ini menyebabkan mereka pada akhirnya sering tidak masuk kerja karena mereka tidak bisa lagi mengabaikan gejalanya.
(alv)
Copyright ©2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6860 seconds (0.1#10.173)