Indahnya Tenun Silungkang

Senin, 10 Oktober 2016 - 20:23 WIB
Indahnya Tenun Silungkang
Indahnya Tenun Silungkang
A A A
SAWAHLUNTO - Pemanfaatan budaya lokal dalam industri fashion tengah menjadi tren. Pasalnya, tak hanya unik, tapi juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. Seperti halnya tenun Silungkang asal Sawahlunto, Padang, Sumatera Barat.

Desainer busana yang tergabung dalam program Inovatif dan Kretaif Melalui Kolaborasi Nusantara (IKKON) 2016 Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, Bunga Natasya memaparkan, tenun Silungkang memiliki motif yang indah. Khususnya pada motif tua.

"Kami banyak menemukan motif-motif tua yang sangat indah. Umumnya tenun dikerjakan oleh wanita di rumah yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan eknomi. Membantu suaminya dalam mencari uang," papar Bunga kepada Sindonews saat acara IKKON Sawahlunto di Sawahlunto, Padang.

Keanekaragaman motif itu pun menambah keistimewaan pada setiap tenun yang dihasilkan. Di mana motif yang dihasilkan merupakan berasal dari lingkungan alami. Seperti rabuang pucuak, bunga, motif burung, sirangkak dan balah katupek.

"Balah katupek sendiri artinya seperti potongan dodol makanan yang lengket. Di artikan kebersamaan atau keakraban. Bentuknya cukup sederhana jika dibandingkan dengan songket Pandai sikek dan tidak begitu rumit dalam proses tersebut sehingga dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat," ungkapnya.

Namun seiring waktu, tenun Silungkang mengalami perkembangan. Khususnya pada motif yang bisa dipesan sesuai dengan keinginan. Selain itu ada juga kombinasi antara teknik tenun ikat dengan teknik songket dengan berbagai motif songket.

"Ada juga perajin yang buat sesuai pesanan. Mereka bikin motif seperti Chanel. Bahan yang digunakan hari ini kecuali kapas, ada juga dihias dengan benang sutra, benang makau dan benang kapas berwarna," kata dia.

Sementara untuk warna, umumnya tenun Silungkang didominasi oleh warna hitam kuning dan merah. Ketiga warna tersebut juga menjadi ciri khas tenun Silungkang. Bahkan, sejumlah kelompok pengrajin kini telah menerapkan pewarnaan alami yang bahan-bahannya bisa didapat di sekitar rumah.

"Warnanya dimoninasi dengan merah, kuning dan hitam. Di sini lebih ke klasik. Motif lamanya jarang banget ada yang cerah tapi lebih ke soft. Pemerintah setempat juga telah menerapkan pewarnaan alami dan itu udah dijalankan oleh beberapa kelompok perajin. Bahan-bahannya pun mudah didapat. Seperti putri malu, jati juga," jelasnya.

Sebagai wastra yang harus dilestarikan, tenun Silungkang memiliki kualitas tinggi. Tidak hanya karena keindahan kilau benang emas dalam berbagai motif yang unik, tetapi juga sebagai fungsi sosial untuk alat kelengkapan kostum tradisional. Kendati demikian, hasil produksi yang sudah ada sebagian besar kain kini tidak hanya dimanfaatkan sangat tebatas.

Berkat program IKKON yang digelar oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di sejumlah kota, kini pengrajin telah membuka pandangan baru terhadap potensi lokal tanpa menghilangkan ciri kedaerahannya. Mereka membuat kerajinan dalam bentuk dan manfaat baru. Cara ini pun dinilai bisa meningkatkan pendapatan para pengrajin.

"Dulu mungkin pengrajin buat tenun hanya berbentuk kain dan dijual. Kalau nggak laku disimpan di lemari sampai rusak. Hadirnya IKKON ini bisa membantu kalau tenun itu bisa dimanfaatkan menjadi hal lainnya. Seperti diaplikasikan ke kaus, kimono bahkan jadi pelengkap rumah tangga lainnya. Dengan begitu, target pasarnya bisa luas," pungkasnya.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1153 seconds (0.1#10.140)