Pa'piong Ikan Mas, Santapan Lezat Khas Toraja yang Dimasak Bambu
A
A
A
TORAJA - Toraja sebagai salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan tidak hanya terkenal dengan budaya, seni, adat istiadat dan panorama alamnya. Kawasan ini juga memiliki berbagai masakan khas tradisional yang nikmat dan lezat. Salah satunya adalah pa’piong atau makanan yang dimasak dengan menggunakan bambu.
Tak sulit menemukan pa’piong ini di kawasan Toraja. Banyak rumah makan di Kota Makale, Kabupaten Tana Toraja dan Kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, yang menjual masakan tradisional ini. Selain itu, pa’piong juga dengan mudah dijumpai di warung-warung makan yang ada di desa-desa di wilayah Toraja.
Isi pa’piong bermacam-macam. Ada daging ayam kampung, babi dan juga ikan mas. Bagi mereka yang tak suka daging, pa’piong isi ikan mas bisa jadi pilihan. Rasanya pun tak kalah lezat dengan pa’piong isi daging ayam atau babi.
Untuk memasak pa’piong ikan mas, pertama-tama ikan mas di iris menjadi beberapa bagian/potong. Kemudian siapkan sayuran dan bumbu. Pada umumnya, warga Toraja menggunakan daun bulunangko atau mayana. Selain itu mereka juga biasa menggunakan burak atau batang pohon pisang yang masih muda.
Bumbu pa’piong juga tergolong sederhana, yaitu cabai, bawang merah, bawang putih, garam, potongan jahe, dan batang serai. Selanjutnya, ikan mas yang sudah di potong-potong dicampur dengan sayuran dan bumbu.
“Potongan ikan mas yang sudah bercampur dengan sayuran dan bumbu kemudian dimasukkan ke dalam ruas-ruas bambu yang berdiamater antara 8—10 centimeter. Ujung bambu bagian atas lalu ditutupi daun batang pisang dan siap untuk dimasak,” ujar Yuliana, 46, seorang warga Dusun Tanete, Kecamatan Sopai, Kabupaten Toraja Utara.
Yuliana mengatakan, cara memasak pa’piong pun juga unik. Ruas bambu yang berisi ikan mas itu dibakar di atas perapian yang ditengahnya terbentang batang kayu untuk menyandarkan bambu. Saat proses pembakaran, bambu harus sering-sering di bolak balik agar makanan di dalamnya merata masaknya dan tidak ada bagian yang mentah atau gosong.
Proses memasak pa’piong ini membutuhkan waktu sekitar 1—2 jam lamanya. Setelah permukaan bambu menghitam menandakan pa’piong sudah masak, kemudian diangkat dari perapian dan siap untuk disantap.
“Rasa pa’piong sangat renyah dan gurih ketika dikunyah. Pa’piong jauh lebih nikmat dibanding jika dimasak menggunakan wajan,” ujar Yuliana.
Dulunya, pa’piong disajikan saat acara-acara adat. Namun saat ini, pa’pion menjadi makanan yang bisa disajikan secara umum. Meski begitu, masyarakat Toraja masih mempertahankan tradisi jika pa’piong daging ayam hanya bisa dimakan atau disajikan saat acara Rambu Tuka atau syukuran dan pantang disajikan pada acara Rambu Solo (kedukaan) sebab, ayam melambangkan sukacita.
Tak sulit menemukan pa’piong ini di kawasan Toraja. Banyak rumah makan di Kota Makale, Kabupaten Tana Toraja dan Kota Rantepao, Kabupaten Toraja Utara, yang menjual masakan tradisional ini. Selain itu, pa’piong juga dengan mudah dijumpai di warung-warung makan yang ada di desa-desa di wilayah Toraja.
Isi pa’piong bermacam-macam. Ada daging ayam kampung, babi dan juga ikan mas. Bagi mereka yang tak suka daging, pa’piong isi ikan mas bisa jadi pilihan. Rasanya pun tak kalah lezat dengan pa’piong isi daging ayam atau babi.
Untuk memasak pa’piong ikan mas, pertama-tama ikan mas di iris menjadi beberapa bagian/potong. Kemudian siapkan sayuran dan bumbu. Pada umumnya, warga Toraja menggunakan daun bulunangko atau mayana. Selain itu mereka juga biasa menggunakan burak atau batang pohon pisang yang masih muda.
Bumbu pa’piong juga tergolong sederhana, yaitu cabai, bawang merah, bawang putih, garam, potongan jahe, dan batang serai. Selanjutnya, ikan mas yang sudah di potong-potong dicampur dengan sayuran dan bumbu.
“Potongan ikan mas yang sudah bercampur dengan sayuran dan bumbu kemudian dimasukkan ke dalam ruas-ruas bambu yang berdiamater antara 8—10 centimeter. Ujung bambu bagian atas lalu ditutupi daun batang pisang dan siap untuk dimasak,” ujar Yuliana, 46, seorang warga Dusun Tanete, Kecamatan Sopai, Kabupaten Toraja Utara.
Yuliana mengatakan, cara memasak pa’piong pun juga unik. Ruas bambu yang berisi ikan mas itu dibakar di atas perapian yang ditengahnya terbentang batang kayu untuk menyandarkan bambu. Saat proses pembakaran, bambu harus sering-sering di bolak balik agar makanan di dalamnya merata masaknya dan tidak ada bagian yang mentah atau gosong.
Proses memasak pa’piong ini membutuhkan waktu sekitar 1—2 jam lamanya. Setelah permukaan bambu menghitam menandakan pa’piong sudah masak, kemudian diangkat dari perapian dan siap untuk disantap.
“Rasa pa’piong sangat renyah dan gurih ketika dikunyah. Pa’piong jauh lebih nikmat dibanding jika dimasak menggunakan wajan,” ujar Yuliana.
Dulunya, pa’piong disajikan saat acara-acara adat. Namun saat ini, pa’pion menjadi makanan yang bisa disajikan secara umum. Meski begitu, masyarakat Toraja masih mempertahankan tradisi jika pa’piong daging ayam hanya bisa dimakan atau disajikan saat acara Rambu Tuka atau syukuran dan pantang disajikan pada acara Rambu Solo (kedukaan) sebab, ayam melambangkan sukacita.
(alv)