Nasi Uwet H Zarkasi, Satu-Satunya yang Ada di Pekalongan
A
A
A
PEKALONGAN - Mungkin bagi warga Pekalongan dan sekitarnya, Nasi Uwet sudah tidak asing di telinga. Namun, bagi warga daerah lain seperti Koran Sindo, baru kali ini mendengar kuliner Nasi Uwet.
Di Pekalongan, yang terkenal dengan kuliner olahan daging kambing tersebut dan merupakan satu-satunya, yakni Nasi Uwet H. Zarkasi. Warung nasi uwet ini terletak di Jalan Sulawesi No 25 Kelurahan Bendan Kergon, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.
Nasi Uwet H. Zarkasi kini dikelola tiga orang anaknya, yaitu Zaenudin, 59, Zaini, 50, dan Solikhin, 48. Zaenudin mengatakan, Nasi Uwet H Zarkasi hanya ada satu di Pekalongan. Kedua orang tuanya maupun para generasi penerusnya tidak membuka cabang.
"Hanya ada satu Nasi Uwet Zarkasi di Pekalongan. Kalau ada yang lain, itu berati KW (tiruan). Kami sejak dulu juga tidak membuka cabang," katanya saat ditemui Koran Sindo, Sabtu (25/3/2017).
Menurut Zaenudin, Nasi Uwet H Zarkasi tersebut dirintis oleh ayah dan ibunya yakni H Zarkasi dan Hj Arsidah. Keduanya merintis usaha Nasi Uwet tersebut sejak 1959.
"Kalau bapak (H Zarkasi) sudah meninggal pada 2010, dan ibu (Hj Arsidah) meninggal tahun 2004. Kemudian yang meneruskan usaha ini saya dan dua adik saya," katanya.
Zaenudin menuturkan, awalnya pada tahun 1959 warung Nasi Uwet H Zarkasi tersebut berada di Pasar Anyar Kota Pekalongan. Namun pada 1971, warung Nasi Uwet H Zarkasi tersebut pindah sekitar 20 meter di sisi selatan Pasar Anyar.
Zaenudin mengatakan, istilah nasi uwet sebenarnya merupakan nasi olahan daging kambing yang biasa disajikan untuk orang yang punya hajat. Namun, makanan ini menjadi lain karena disajikan dalam bentuk kental tanpa kuah.
"Ceritanya, nasi uwet dulunya biasa digunakan untuk orang yang punya gawe atau hajatan. Namun bumbunya kental tidak ada kuahnya. Istilah orang Pekalongannya meluget (kental). Dibuat kental karena untuk memudahkan dalam penyajiannya. Sebab, biasanya Nasi Uwet ini diwadahi menggunakan besek (wadah anyaman kulit bambu yang berbentuk kotak seukuran kardus nasi kotak jaman sekarang). Jadi kalau ada kuahnya kan tidak bisa," beber dia.
Setelah itu, kedua orang tuanya melakukan inovasi dengan membuatnya lebih encer dan berkuah. Seiring berjalannya waktu, Nasi Uwet encer dengan kuah malah lebih banyak disukai pelanggan.
"Jadi setelah bapak (H Zarkasi) melakukan inovasi Nasi Uwet encer dan berkuah, malah lebih banyak yang sudak. Kata pelanggan lebih seger. Sehingga yang meluget atau kental tadi tidak dibuat lagi," kata dia.
Bagaimana membuat nasi uwet? Ternyata prosesnya tidak begitu rumit. Setelah daging kambing dicuci bersih, kemudian direbus hingga empuk. Setelah empuk, baru bumbu-bumbu serta rempah dimasukkan. "Tunggu sebentar dan siap santap. Bumbu-bumbunya umum saja, seperti merica, lada, bawang goreng, bawang merah, putih, dan jahe," papar dia.
Bumbu nasi uwet ternyata mirip bumbu untuk membuat gulai. "Bedanya, bumbu Nasi Uwet tidak menggunakan santan, tidak pakai kunyit, tidak pakai serai, dan diganti dengan kecap," ujar Zaenudin.
Zaenudin mengklaim, pelanggannya lebih menyukai daging kambing dibanding jeroan. Namun, dia tetap menyediakan jeroan bagi masyarakat yang menginginkannya.
"Peminat lebih banyak daging, tapi kami juga siapkan jeroan. Biasanya Nasi Uwet kami berisi daging, paru, babat dan diikat menggunakan usus kambing. Tapi kami juga menyediakan olahan lain seperti sate kambing, rendang sapi, sambal goreng, garangasem/rawon, urat sapi, kikil sapi, hingga lidah sapi. Itu kami sediakan bagi warga yang kurang suka daging kambing. Tapi andalan sini tetap Nasi Uwet," urai dia.
Pelanggannya dari berbagai kalangan, baik bawah, menengah hingga kalangan atas. Bahkan, sejumlah artis dan pejabat pemerintah pusat pernah merasakan gurihnya Nasi Uwet tersebut.
"Pelanggan dari sini (Pekalongan) juga banyak. Biasanya setiap ada Kapolres baru juga ke sini. Pelanggan eks Karisidenan Pekalongan, seperti Tegal, Brebes, Pemalang yang mau ke Semarang, biasanya mampir sini dulu. Orang Jakarta juga banyak. Pelawak Basuki (almarhum) juga pernah ke sini, Rhoma Irama, Elvi Sukaesih. Bahkan diterjemahkan oleh Basuki Nasi Uwet itu artinya Ulam Wedus Enak Tenan (daging kambing sangat nikmat). Pak JK (Jusuf Kalla) saat jadi Wapresnya Pak SBY (Susilo Bambang Yudoyono) juga pernah merasakan Nasi Uwet Kami. Tapi beliau (JK) tidak ke sini, Nasi Uwet kami yang dibawa ke rumah dinas Wali Kota untuk Pak JK," kata dia.
Setiap hari, dirinya bisa mengholah sekitar 5—6 kg daging kambing untuk olahan Nasi Uwet tersebut. Dalam sehari, biasanya Nasi Uwet tersebut bisa laku 50—60 porsi. "Mungkin kalau warungnya persis di Jalur Pantura bisa lebih ramai lagi. Kami biasanya buka setiap hari dari jam 07.00—16.00 WIB. Kemudian malam sekitar jam 18.00 WIB buka lagi sampai pukul 22.00 WIB. Tapi kalau hari Jumat tutup," ujar dia.
Sementara itu, Zaini, 50, menandaskan, bahwa Nasi Uwet H Zarkasi tak pernah menggunakan bumbu-bumbu instan atau pabrikan. Sehingga pihaknya lebih mengandalkan bumbu tradisional.
"Jadi sejak awal dari bapak kami tidak pernah pakai penyedap rasa. Bumbu tradisional semua. Sebab kalau pakai penyedap rasa, tidak baik untuk kesehatan. Selain itu, rasa daging olahannya mudah berubah. Jadi saat dihangatkan, rasanya tidak akan berubah kalau menggunakan bumbu tradisional," kata dia.
Usaha Nasi Uwet tersebut tak begitu banyak mengalami kendala. Salah satunya terjadi saat pasokan daging di pasaran langka. "Pas harga bumbu atau daging naik ya agak repot. Seperti saat menjelang Idul Adha, daging kambing lamah sering langka. Jadi kami harus menyiapkan pasokan. Selain itu ya seperti pedagang pada umumnya, kadang untung kadan pas," tutur Zaini.
Koran Sindo tak mau ketinggalan untuk merasakan kuliner yang sudah ternama di Kota Batik dan sejumlah kota lainnya itu. Dalam satu porsi Nasi Uwet H Zarkasi, terdapat tiga ikat daging atau jeroan kambing. Rasanya memang segar, apalagi jika disantap dengan megono khas Pekalongan. Selain gurih, juga ada rasa pedas seperti rempah pada bumbunya. Biasanya disajikan sambal kecap juga, bagi pelanggan yang ingin merasakah lebih pedas. Harga yang terjangkau, juga membuat banyak warga yang melintas Kota Pekalongan memburunya.
Satu porsi ukuran normal, Nasi Uwet H Zarkasi ini dibandrol Rp17.000 saja. Sedangkan untuk paket kecil, Nasi Uwet H Zarkasi hanya dibandrol Rp10.000. Terjangkau bukan? Bagi Anda yang sedang plesiran dan melintas di Kota Batik, rugi jika tidak sempat merasakan nikmatnya Nasi Uwet H Zarkasi tersebut.
Di Pekalongan, yang terkenal dengan kuliner olahan daging kambing tersebut dan merupakan satu-satunya, yakni Nasi Uwet H. Zarkasi. Warung nasi uwet ini terletak di Jalan Sulawesi No 25 Kelurahan Bendan Kergon, Kecamatan Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.
Nasi Uwet H. Zarkasi kini dikelola tiga orang anaknya, yaitu Zaenudin, 59, Zaini, 50, dan Solikhin, 48. Zaenudin mengatakan, Nasi Uwet H Zarkasi hanya ada satu di Pekalongan. Kedua orang tuanya maupun para generasi penerusnya tidak membuka cabang.
"Hanya ada satu Nasi Uwet Zarkasi di Pekalongan. Kalau ada yang lain, itu berati KW (tiruan). Kami sejak dulu juga tidak membuka cabang," katanya saat ditemui Koran Sindo, Sabtu (25/3/2017).
Menurut Zaenudin, Nasi Uwet H Zarkasi tersebut dirintis oleh ayah dan ibunya yakni H Zarkasi dan Hj Arsidah. Keduanya merintis usaha Nasi Uwet tersebut sejak 1959.
"Kalau bapak (H Zarkasi) sudah meninggal pada 2010, dan ibu (Hj Arsidah) meninggal tahun 2004. Kemudian yang meneruskan usaha ini saya dan dua adik saya," katanya.
Zaenudin menuturkan, awalnya pada tahun 1959 warung Nasi Uwet H Zarkasi tersebut berada di Pasar Anyar Kota Pekalongan. Namun pada 1971, warung Nasi Uwet H Zarkasi tersebut pindah sekitar 20 meter di sisi selatan Pasar Anyar.
Zaenudin mengatakan, istilah nasi uwet sebenarnya merupakan nasi olahan daging kambing yang biasa disajikan untuk orang yang punya hajat. Namun, makanan ini menjadi lain karena disajikan dalam bentuk kental tanpa kuah.
"Ceritanya, nasi uwet dulunya biasa digunakan untuk orang yang punya gawe atau hajatan. Namun bumbunya kental tidak ada kuahnya. Istilah orang Pekalongannya meluget (kental). Dibuat kental karena untuk memudahkan dalam penyajiannya. Sebab, biasanya Nasi Uwet ini diwadahi menggunakan besek (wadah anyaman kulit bambu yang berbentuk kotak seukuran kardus nasi kotak jaman sekarang). Jadi kalau ada kuahnya kan tidak bisa," beber dia.
Setelah itu, kedua orang tuanya melakukan inovasi dengan membuatnya lebih encer dan berkuah. Seiring berjalannya waktu, Nasi Uwet encer dengan kuah malah lebih banyak disukai pelanggan.
"Jadi setelah bapak (H Zarkasi) melakukan inovasi Nasi Uwet encer dan berkuah, malah lebih banyak yang sudak. Kata pelanggan lebih seger. Sehingga yang meluget atau kental tadi tidak dibuat lagi," kata dia.
Bagaimana membuat nasi uwet? Ternyata prosesnya tidak begitu rumit. Setelah daging kambing dicuci bersih, kemudian direbus hingga empuk. Setelah empuk, baru bumbu-bumbu serta rempah dimasukkan. "Tunggu sebentar dan siap santap. Bumbu-bumbunya umum saja, seperti merica, lada, bawang goreng, bawang merah, putih, dan jahe," papar dia.
Bumbu nasi uwet ternyata mirip bumbu untuk membuat gulai. "Bedanya, bumbu Nasi Uwet tidak menggunakan santan, tidak pakai kunyit, tidak pakai serai, dan diganti dengan kecap," ujar Zaenudin.
Zaenudin mengklaim, pelanggannya lebih menyukai daging kambing dibanding jeroan. Namun, dia tetap menyediakan jeroan bagi masyarakat yang menginginkannya.
"Peminat lebih banyak daging, tapi kami juga siapkan jeroan. Biasanya Nasi Uwet kami berisi daging, paru, babat dan diikat menggunakan usus kambing. Tapi kami juga menyediakan olahan lain seperti sate kambing, rendang sapi, sambal goreng, garangasem/rawon, urat sapi, kikil sapi, hingga lidah sapi. Itu kami sediakan bagi warga yang kurang suka daging kambing. Tapi andalan sini tetap Nasi Uwet," urai dia.
Pelanggannya dari berbagai kalangan, baik bawah, menengah hingga kalangan atas. Bahkan, sejumlah artis dan pejabat pemerintah pusat pernah merasakan gurihnya Nasi Uwet tersebut.
"Pelanggan dari sini (Pekalongan) juga banyak. Biasanya setiap ada Kapolres baru juga ke sini. Pelanggan eks Karisidenan Pekalongan, seperti Tegal, Brebes, Pemalang yang mau ke Semarang, biasanya mampir sini dulu. Orang Jakarta juga banyak. Pelawak Basuki (almarhum) juga pernah ke sini, Rhoma Irama, Elvi Sukaesih. Bahkan diterjemahkan oleh Basuki Nasi Uwet itu artinya Ulam Wedus Enak Tenan (daging kambing sangat nikmat). Pak JK (Jusuf Kalla) saat jadi Wapresnya Pak SBY (Susilo Bambang Yudoyono) juga pernah merasakan Nasi Uwet Kami. Tapi beliau (JK) tidak ke sini, Nasi Uwet kami yang dibawa ke rumah dinas Wali Kota untuk Pak JK," kata dia.
Setiap hari, dirinya bisa mengholah sekitar 5—6 kg daging kambing untuk olahan Nasi Uwet tersebut. Dalam sehari, biasanya Nasi Uwet tersebut bisa laku 50—60 porsi. "Mungkin kalau warungnya persis di Jalur Pantura bisa lebih ramai lagi. Kami biasanya buka setiap hari dari jam 07.00—16.00 WIB. Kemudian malam sekitar jam 18.00 WIB buka lagi sampai pukul 22.00 WIB. Tapi kalau hari Jumat tutup," ujar dia.
Sementara itu, Zaini, 50, menandaskan, bahwa Nasi Uwet H Zarkasi tak pernah menggunakan bumbu-bumbu instan atau pabrikan. Sehingga pihaknya lebih mengandalkan bumbu tradisional.
"Jadi sejak awal dari bapak kami tidak pernah pakai penyedap rasa. Bumbu tradisional semua. Sebab kalau pakai penyedap rasa, tidak baik untuk kesehatan. Selain itu, rasa daging olahannya mudah berubah. Jadi saat dihangatkan, rasanya tidak akan berubah kalau menggunakan bumbu tradisional," kata dia.
Usaha Nasi Uwet tersebut tak begitu banyak mengalami kendala. Salah satunya terjadi saat pasokan daging di pasaran langka. "Pas harga bumbu atau daging naik ya agak repot. Seperti saat menjelang Idul Adha, daging kambing lamah sering langka. Jadi kami harus menyiapkan pasokan. Selain itu ya seperti pedagang pada umumnya, kadang untung kadan pas," tutur Zaini.
Koran Sindo tak mau ketinggalan untuk merasakan kuliner yang sudah ternama di Kota Batik dan sejumlah kota lainnya itu. Dalam satu porsi Nasi Uwet H Zarkasi, terdapat tiga ikat daging atau jeroan kambing. Rasanya memang segar, apalagi jika disantap dengan megono khas Pekalongan. Selain gurih, juga ada rasa pedas seperti rempah pada bumbunya. Biasanya disajikan sambal kecap juga, bagi pelanggan yang ingin merasakah lebih pedas. Harga yang terjangkau, juga membuat banyak warga yang melintas Kota Pekalongan memburunya.
Satu porsi ukuran normal, Nasi Uwet H Zarkasi ini dibandrol Rp17.000 saja. Sedangkan untuk paket kecil, Nasi Uwet H Zarkasi hanya dibandrol Rp10.000. Terjangkau bukan? Bagi Anda yang sedang plesiran dan melintas di Kota Batik, rugi jika tidak sempat merasakan nikmatnya Nasi Uwet H Zarkasi tersebut.
(alv)