Ini Kendala Wisata Halal di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia terkenal dengan tempat wisata yang memanjakan mata. Tak heran jika banyak tempat menjadi destinasi terbaik untuk berlibur, khususnya untuk wisata halal atau wisata muslim.
Wisatawan mancanegara pun tidak memungkiri pesona Indonesia. Tidak saja alamnya, juga kuliner. Sayang, masih ada kendala utama untuk menggaet wisatawan muslim ke Tanah Air.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut persoalan sertifikasi halal menjadi masalah yang harus diatasi, di mana hal tersebut dipicu oleh masih banyaknya tempat makan yang belum memiliki sertifikasi halal.
"Perihal sertifikasi halal jadi salah satu lemahnya kunjungan wisatawan Muslim ke Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin menikmati wisata halal. Padahal mereka butuh yang namanya sertifikasi halal. Hal ini tentu saja jadi pekerjaan rumah bagi kita untuk terus mensosialisasikannya," kata Arief Yahya saat jumpa pers di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
"Sederhananya saya pakai rumus 4P. Kita produk yang bagus, kita punya price yang bagus, tapi kita tidak pandai di sektor promotion. Kita tidak pandai mempromosikan, termasuk wisata halal, padahal Kemenpar sudah menetapkan 10 destinasi halal," tambahnya.
Hingga saat ini pemerintah terus mengembangkan wisata halal. Tercatat ada tiga provinsi yang tengah dikembangkan dan menjadi prioritas, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh.
"Dari tiga provinsi yang sedang dikembangkan itu, yang modalnya terbaik dan hasilnya sudah terlihat adalah NTB, Lombok. Itu growth-nya 50% dan occupany total sudah 80% di sana dan sekarang menjadi primer destinasi untuk wisata halal di sana," terangnya.
Berdasarkan riset Global Muslim Travel Index (GMTI) Mastercard-CrescentRating 2017, Indonesia naik satu peringkat menempati posisi ketiga sebagai tujuan wisata utama untuk pasar wisata muslim, menyusul Malaysia dan Uni Emirat Arab yang nilainya mencapai USD 220 miliar pada 2020.
Hasil studi itu menunjukkan kesuksesan Indonesia yang telah berhasil meningkatkan posisinya selama dua tahun berturut-turut.
Wisatawan mancanegara pun tidak memungkiri pesona Indonesia. Tidak saja alamnya, juga kuliner. Sayang, masih ada kendala utama untuk menggaet wisatawan muslim ke Tanah Air.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut persoalan sertifikasi halal menjadi masalah yang harus diatasi, di mana hal tersebut dipicu oleh masih banyaknya tempat makan yang belum memiliki sertifikasi halal.
"Perihal sertifikasi halal jadi salah satu lemahnya kunjungan wisatawan Muslim ke Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin menikmati wisata halal. Padahal mereka butuh yang namanya sertifikasi halal. Hal ini tentu saja jadi pekerjaan rumah bagi kita untuk terus mensosialisasikannya," kata Arief Yahya saat jumpa pers di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
"Sederhananya saya pakai rumus 4P. Kita produk yang bagus, kita punya price yang bagus, tapi kita tidak pandai di sektor promotion. Kita tidak pandai mempromosikan, termasuk wisata halal, padahal Kemenpar sudah menetapkan 10 destinasi halal," tambahnya.
Hingga saat ini pemerintah terus mengembangkan wisata halal. Tercatat ada tiga provinsi yang tengah dikembangkan dan menjadi prioritas, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Sumatera Barat (Sumbar), dan Aceh.
"Dari tiga provinsi yang sedang dikembangkan itu, yang modalnya terbaik dan hasilnya sudah terlihat adalah NTB, Lombok. Itu growth-nya 50% dan occupany total sudah 80% di sana dan sekarang menjadi primer destinasi untuk wisata halal di sana," terangnya.
Berdasarkan riset Global Muslim Travel Index (GMTI) Mastercard-CrescentRating 2017, Indonesia naik satu peringkat menempati posisi ketiga sebagai tujuan wisata utama untuk pasar wisata muslim, menyusul Malaysia dan Uni Emirat Arab yang nilainya mencapai USD 220 miliar pada 2020.
Hasil studi itu menunjukkan kesuksesan Indonesia yang telah berhasil meningkatkan posisinya selama dua tahun berturut-turut.
(tdy)