Hati-hati! Budaya Over Protektif Ampuh Membunuh Karakter Anak

Jum'at, 12 Mei 2017 - 12:20 WIB
Hati-hati! Budaya Over...
Hati-hati! Budaya Over Protektif Ampuh Membunuh Karakter Anak
A A A
JAKARTA - Sepasang suami istri pasti merindukan kehadiran anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka. Tanpa buah hati label sebagai orang tua pun tidak dapat disandang oleh pasangan tersebut.

Seringkali kehadiran anak menjadi tolok ukur kebahagiaan dalam sebuah pernikahan. Karena itu, anak bisa diibaratkan sebagai sebuah perhiasan yang tak ternilai harganya. Saking cintanya, orang tua ekstra menjaga titipan tersebut dengan sangat baik atau sebaik saat mereka dititipkan.

Karena tidak semua orang (pasangan suami istri) mempunyai kesempatan yang sama seperti orang tua lainnya. Mengingat anak merupakan anugerah yang diberikan sang pencipta, maka orang tua harus bisa merawatnya dengan sangat baik.

Mulai dari pola asuh, cara mendidik, hingga mengajarkan nilai-nilai positif yang ada di lingkungan sekitar. Sehingga wajar para orang tua akan melindungi dan mengawasi anak agar tidak ada hal buruk menimpanya.

Ini adalah gambaran tentang orang tua yang over protektif terhadap anak-anaknya. Seperti yang dikutip dari buku Ann Dunnewold Ph. D., tentang pengertian helicopter parenting.

Dalam pandangan penulis buku Even June Cleaver Would Forget the Juice Box, Helicopter Parenting diartikan bahwa orang tua berusaha selalu melindungi dan ingin anak mendapatkan yang terbaik dengan terlalu terlibat dalam kehidupan anak hingga mengarah ke overcontrolling, overprotecting, dan overperfecting.

Sikap over protektif inilah yang seringkali terlihat pada ibu-ibu ketimbang ayah. Sehingga tak heran jika Anda sering mendengar sebutan "anak mama".

Budaya berlindung di ketiak ibu masih sangat kental dalam kehidupan di Indonesia. Ibu terkadang bakal memarahi siapa pun yang berusaha menyakiti anaknya.

Ibu bahkan tak peduli siapa lawan yang dihadapinya, meskipun pada kenyataannya anaknya yang salah. Model pengasuhan over protektif seperti ini justru membuat anak kurang percaya diri dalam mengambil keputusan.

Fenomena inilah yang sering menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Lantas, bagaimana pendapat psikolog tentang hal ini?

Psikolog Tika Bisono menjelaskan, sikap over protektif ini tumbuh karena orang tua telah menerima budaya ini dari pola asuh sebelumnya. Artinya, tanpa disadari orang tua telah menularkannya pada anak dan ini akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.

Tika mencontohkan. Jika ada orang tua yang menganggap anaknya selalu benar dan anak lain salah, maka orang tua secara tidak langsung telah menghancurkan attitude dan karakter anaknya.

"Yang dilakukan orang tua secara tidak langsung telah 'membunuh' karakter anak. Sehingga anak dengan mudah kehilangan kepercayaan dirinya. Sifat egois akan dominan pada anak tersebut," jelas Tika kepada Sindonews, Kamis (11/5/2017).
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)