2050, Infeksi Bakteri Diprediksi Lebih Ganas Dibandingkan Kanker
A
A
A
JAKARTA - Sebuah studi terbaru memprediksi bahwa tahun 2050 infeksi bakteri diprediksi jauh lebih mematikan dibandingkan kanker. Studi ini dipublikasi dalam jurnal Antimicrobial Resistance pemimpin studi Jim O'Neill.
Dilansir dari Medical Daily, infeksi oleh mikroba yang kebal terhadap antibiotik dalam beberapa tahun ke depan diprediksi dapat membunuh banyak orang dibandingkan kanker. Beberapa jenis mikroba pun sudah menunjukkan kekebalannya.
Mulai dari E. coli, malaria, dan tuberkulosis. Sementara infeksi mikroba tersebut hingga saat ini telah berhasil membunuh sekitar 700 ribu orang per tahun. Namun pada tahun 2050, angka tersebut diprediksi akan terus bertambah menjadi 50 juta orang per tahun.
"Kita perlu mengurangi konsumsi antibiotik global secara drastis. Untuk bisa melakukannya para pemimpin dunia perlu mencapai kesepakatan, termasuk membatasi pemakaian antibiotik yang penting bagi manusia," papar Jim.
Pemakaian antibiotik yang tidak sesuai anjuran bisa mempercepat resistensi. Kondisi ini paling banyak terjadi pada praktik agrikultur. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengatakan bahwa penggunaan antibiotik pada ternak menjadi sumber munculnya resistensi bakteri salmonella, campylobacter, E. coli, hingga MRSA.
"Saya cukup terkejut ketika menemukan bahwa penggunaan antibiotik paling banyak justru pada hewan daripada manusia," pungkasnya.
Dilansir dari Medical Daily, infeksi oleh mikroba yang kebal terhadap antibiotik dalam beberapa tahun ke depan diprediksi dapat membunuh banyak orang dibandingkan kanker. Beberapa jenis mikroba pun sudah menunjukkan kekebalannya.
Mulai dari E. coli, malaria, dan tuberkulosis. Sementara infeksi mikroba tersebut hingga saat ini telah berhasil membunuh sekitar 700 ribu orang per tahun. Namun pada tahun 2050, angka tersebut diprediksi akan terus bertambah menjadi 50 juta orang per tahun.
"Kita perlu mengurangi konsumsi antibiotik global secara drastis. Untuk bisa melakukannya para pemimpin dunia perlu mencapai kesepakatan, termasuk membatasi pemakaian antibiotik yang penting bagi manusia," papar Jim.
Pemakaian antibiotik yang tidak sesuai anjuran bisa mempercepat resistensi. Kondisi ini paling banyak terjadi pada praktik agrikultur. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengatakan bahwa penggunaan antibiotik pada ternak menjadi sumber munculnya resistensi bakteri salmonella, campylobacter, E. coli, hingga MRSA.
"Saya cukup terkejut ketika menemukan bahwa penggunaan antibiotik paling banyak justru pada hewan daripada manusia," pungkasnya.
(nfl)