Bakteri Pemakan Daging di Jepang Ancam Dunia, Ini Fakta Baru yang Perlu Anda Ketahui

Senin, 24 Juni 2024 - 16:01 WIB
loading...
Bakteri Pemakan Daging...
Bakteri pemakan daging di Jepang menjadi ancaman serius dunia. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Bakteri pemakan daging di Jepang menjadi ancaman serius dunia. Kasus kematian akibat infeksi bakteri itu mencapai 77 kasus dari 997 kasus per 2 Juni 2024.

Kasus bakteri pemakan daging di Jepang dalam dunia medis disebut infeksi sindrom syok toksik streptokokus (STSS). Infeksi STSS adalah komplikasi parah dari Streptokokus Grup A (GAS), khususnya varian Streptococcus pyogenes yang merupakan bakteri yang sama penyebab radang tenggorokan.

"Potensi mematikan dari infeksi ini bisa melebihi 30%," ungkap laporan Healthline, dikutip Senin (24/6/2024).



Lantas, bagaimana seseorang bisa terinfeksi STSS?

Secara umum, kasus STSS jarang terjadi, tapi dampaknya sangat serius. Seseorang bisa terinfeksi STSS ketika bakteri pemakan daging itu mencapai aliran darah dan menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik.

Gejala yang ditimbulkan cenderung mengancam nyawa, seperti tekanan darah rendah, kegagalan organ, dan hilang kesadaran.

Fakta Baru STSS di Jepang

Pada kasus di Jepang, STSS semakin serius diduga karena adanya komplikasi dari fasciitis nekrotikans, yang sering disebut penyakit pemakan daging.

"Fasciitis nekrotikans menyebar di dalam fasia atau lapisan kulit bagian bawah dan menyebabkan nekrosis yang secara harfiah berarti kematian jaringan," ungkap laporan tersebut.



"Ini adalah kondisi parah yang mengancam jiwa yang memerlukan pembedahan darurat dan dapat menyebabkan kematian," tambah laporan itu.

Banyak Menyerang Anak Usia Sekolah

Di sisi lain, William Schaffner, seorang Profesor Penyakit Menular dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt menjelaskan bahwa GAS umumnya tidak selalu menimbulkan dampak ekstrem seperti yang terjadi di Jepang.

Penyakit ini seringnya ditularkan antaranak-anak usia sekolah. Gejala yang dilaporkan antara lain pembengkakan, nyeri dan ruam, serta radang tenggorokan.

"GAS dapat dengan mudah ditularkan dari orang ke orang melalui kontak dekat, dan dapat menyebar tanpa gejala di tenggorokan. Tapi, pada beberapa kasus GAS bisa menyebabkan gejala radang tenggorokan," papar Prof William.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1503 seconds (0.1#10.140)