5 Alasan Bon Jovi Layak Masuk Rock and Roll Hall of Fame
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah nama rocker, band kondang dan penyanyi hip hop legendaris masuk nominasi untuk diabadikan di Rock and Roll Hall of Fame tahun depan. Tahun ini, para nominasinya didominasin mereka yang punya nama besar di era 90an seperti Bon Jovi, Radiohead, Rage Against The Machine, LL Cool J, Nina Simone hingga Judas Priest.
Di antara nama-nama itu, Bon Jovi adalah satu nama yang paling mencuat. Band ini sudah pernah dinominasikan pada 2011 setelah dinyatakan berhak mendapatkan nominasi pada 2008. Artis baru bisa dinominasikan masuk Rock and Roll Hall of Fame 25 tahun setelah album pertama mereka dirilis dan Komisi Nominasi akan memilih siapa yang akan masuk.
Fans bisa memberikan suara untuk memilih band favorit mereka agar bisa masuk Hall of Fame pada 5 Oktober—5 Desember di rockhall.com/vote. Voting memerlukan login Facebook dan pemberian suara dibatasi satu suara per hari.
Ketika gagal masuk Hall of Fame pada 2011, frontman Bon Jovi, Jon Bon Jovi mengklaim masalah hubungan personal adalah penyebab kegagalan itu. Dan, tak dimungkiri bahwa Bon Jovi adalah favorit fan untuk bisa masuk Hall of Fame tahun depan.
Mungkin, tahun depan adalah milik Bon Jovi. Semua itu bisa diketahui pada Desember mendatang ketika pemenang Rock and Roll Hall of Fame diumumkan.
Lantas mengapa Bon Jovi layak masuk Hall of Fame? Dikutip dari Ultimate Classic Rock, berikut 5 alasan mengapa band asal New Jersey itu harus masuk Hall of Fame.
1. Tekad bulat
Sejumlah artis meroket namanya karenaa aksi singkat, menggebrak dengan album klasik pertama lalu menghabiskan sisa karier mereka dengan berusaha keluar dari bayangannya. Tapi, itu tidak terjadi pada Bon Jovi.
Frontman mereka, Jon Bon Jovi, bekerja di bisnis musik selama bertahun-tahun meski hanya sebagai pekerja kasar—bahkan fakta bahwa sepupunya adalah pemilik saham studio Power Station hanya membuat Jon mendapatkan pekerjaan kasar. Demi pertamanya mendapatkan penolakan. Bahkan setelah meraih prestasi dengan hit Runaway dari debut berjudul sama dengan band itu, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di angka bawah Top 40 dan berhasil meraih nama besar dengan touring tanpa istirahat dan pendekatan komersil pada penulisan lagu mereka.
2. Mendefinisikan sebuah era
Beberapa album pertama mereka terjual dengan baik, tapi, para personel Bon Jovi berniat untuk mendapatkan hit mainstream—dan mereka mendapatkannya dengan Slippery When Wet (1986). Jon dan mitra menulis lagunya, gitaris Bon Jovi Richie Sambora, bekerja sama dengan produser Bruce Fainbairn dan Desmond Child untuk mencocokkan suara mereka ke essence ramah radio dan hasilnya adalah album yang meluncurkan mereka ke arena permainan, mengokohkan tempat mereka di rotasi MTV selama bertahun-tahun dan membantu menyolidkan template untuk Top 40 rock n roll. Ini bukanlah gebrakan, tapi ada audiens masif yang menantikannya—jutaan dari mereka terus mengikuti grup ini selama bertahun-tahun.
3. Berubah seiring waktu
Awal 90an ada peristiwa kepunahan bagi banyak aksi rock populer dari dekade sebelumnya. Tapi, Bon Jovi tetap bertahan dengan kombinasi untuk tahu kapan harus pergi—mereka hiatus selama lima tahun antara These Days (1995) sampai Crush (2000)—dan mengidentifikasikan bagaimana mengutak atik sound mereka agar tetap relevan dengan radio. Mereka sendirian di antara rekan-rekan sejawatnya dalam berusaha mencocokkan diri dengan waktu tapi mereka selalu terlihat lebih baik.
4. Lagunya bertahan
Penjualan dan airplay bukanlah segalanya. Sementara rasa jelas subjektif, jelas ada sesuatu yang bisa dikatakan bagi artis yang mendorong batasan sementara memberikan karya yang secara konsisten memuaskan. Kekuatan terbesar Bon Jovi tidak terletak di area ini. Tapi, hal yang lucu terjadi ketika mereka menghabiskan 30 tahun terakhir di tengah jalan: mereka merakit diskografi yang dipenuhi lagu yang diketahui seluruh generasi. Sementara kita bisa mendebatkan artistik rekaman mereka, musik mereka dicintai jutaan orang. Rock selalu menjadi musik rakyat, dan ketika itu adalah Bon Jovi, mereka mengungkapkannya dengan jelas.
5. Terus lapar
Saaat banyak rekan seangkatan mereka berhenti dengan hit terbesar mereka, Bon Jovi justru terus muncul dengan karya baru—dan membawanya ke set list mereka yang padat—secara reguler.
Di antara nama-nama itu, Bon Jovi adalah satu nama yang paling mencuat. Band ini sudah pernah dinominasikan pada 2011 setelah dinyatakan berhak mendapatkan nominasi pada 2008. Artis baru bisa dinominasikan masuk Rock and Roll Hall of Fame 25 tahun setelah album pertama mereka dirilis dan Komisi Nominasi akan memilih siapa yang akan masuk.
Fans bisa memberikan suara untuk memilih band favorit mereka agar bisa masuk Hall of Fame pada 5 Oktober—5 Desember di rockhall.com/vote. Voting memerlukan login Facebook dan pemberian suara dibatasi satu suara per hari.
Ketika gagal masuk Hall of Fame pada 2011, frontman Bon Jovi, Jon Bon Jovi mengklaim masalah hubungan personal adalah penyebab kegagalan itu. Dan, tak dimungkiri bahwa Bon Jovi adalah favorit fan untuk bisa masuk Hall of Fame tahun depan.
Mungkin, tahun depan adalah milik Bon Jovi. Semua itu bisa diketahui pada Desember mendatang ketika pemenang Rock and Roll Hall of Fame diumumkan.
Lantas mengapa Bon Jovi layak masuk Hall of Fame? Dikutip dari Ultimate Classic Rock, berikut 5 alasan mengapa band asal New Jersey itu harus masuk Hall of Fame.
1. Tekad bulat
Sejumlah artis meroket namanya karenaa aksi singkat, menggebrak dengan album klasik pertama lalu menghabiskan sisa karier mereka dengan berusaha keluar dari bayangannya. Tapi, itu tidak terjadi pada Bon Jovi.
Frontman mereka, Jon Bon Jovi, bekerja di bisnis musik selama bertahun-tahun meski hanya sebagai pekerja kasar—bahkan fakta bahwa sepupunya adalah pemilik saham studio Power Station hanya membuat Jon mendapatkan pekerjaan kasar. Demi pertamanya mendapatkan penolakan. Bahkan setelah meraih prestasi dengan hit Runaway dari debut berjudul sama dengan band itu, mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun di angka bawah Top 40 dan berhasil meraih nama besar dengan touring tanpa istirahat dan pendekatan komersil pada penulisan lagu mereka.
2. Mendefinisikan sebuah era
Beberapa album pertama mereka terjual dengan baik, tapi, para personel Bon Jovi berniat untuk mendapatkan hit mainstream—dan mereka mendapatkannya dengan Slippery When Wet (1986). Jon dan mitra menulis lagunya, gitaris Bon Jovi Richie Sambora, bekerja sama dengan produser Bruce Fainbairn dan Desmond Child untuk mencocokkan suara mereka ke essence ramah radio dan hasilnya adalah album yang meluncurkan mereka ke arena permainan, mengokohkan tempat mereka di rotasi MTV selama bertahun-tahun dan membantu menyolidkan template untuk Top 40 rock n roll. Ini bukanlah gebrakan, tapi ada audiens masif yang menantikannya—jutaan dari mereka terus mengikuti grup ini selama bertahun-tahun.
3. Berubah seiring waktu
Awal 90an ada peristiwa kepunahan bagi banyak aksi rock populer dari dekade sebelumnya. Tapi, Bon Jovi tetap bertahan dengan kombinasi untuk tahu kapan harus pergi—mereka hiatus selama lima tahun antara These Days (1995) sampai Crush (2000)—dan mengidentifikasikan bagaimana mengutak atik sound mereka agar tetap relevan dengan radio. Mereka sendirian di antara rekan-rekan sejawatnya dalam berusaha mencocokkan diri dengan waktu tapi mereka selalu terlihat lebih baik.
4. Lagunya bertahan
Penjualan dan airplay bukanlah segalanya. Sementara rasa jelas subjektif, jelas ada sesuatu yang bisa dikatakan bagi artis yang mendorong batasan sementara memberikan karya yang secara konsisten memuaskan. Kekuatan terbesar Bon Jovi tidak terletak di area ini. Tapi, hal yang lucu terjadi ketika mereka menghabiskan 30 tahun terakhir di tengah jalan: mereka merakit diskografi yang dipenuhi lagu yang diketahui seluruh generasi. Sementara kita bisa mendebatkan artistik rekaman mereka, musik mereka dicintai jutaan orang. Rock selalu menjadi musik rakyat, dan ketika itu adalah Bon Jovi, mereka mengungkapkannya dengan jelas.
5. Terus lapar
Saaat banyak rekan seangkatan mereka berhenti dengan hit terbesar mereka, Bon Jovi justru terus muncul dengan karya baru—dan membawanya ke set list mereka yang padat—secara reguler.
(alv)