PERKI dan PIKI Update Kemampuan Atasi Penyakit Kardiovaskular
A
A
A
JAKARTA - Penyakit kardiovaskular seperti jantung, pembuluh darah dan stroke yang merenggut 17,3 juta nyawa setiap tahun di seluruh dunia menjadi tantangan para dokter kardiologi. Terlebih pada 2030, angka tersebut diprediksi meningkat mencapai 23 juta jiwa.
Di Indonesia, penyakit kardiovaskular memicu penyebab kematian tertinggi yaitu sebesar 37%. Fakta tersebut menuntut langkah komprehensif untuk mengatasi penyakit kardiovaskular baik pada aspek pencegahan maupun dalam aspek terapeutik termasuk tindakan intervensi jantung baik bedah maupun nonbedah.
Tindakan intervensi nonbedah dalam penyakit kardiovaskular saat ini di dunia telah mengalami kemajuan luar biasa dan terbukti bermanfaat mengurangi keluhan sakit dan meningkatkan harapan hidup penderita.
Perkembangan teknologi intervensi nonbedah dalam penyakit kardiovaskular inilah yang menjadi konsentrasi para dokter kardiologi yang tergabung dalam Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI). Karena itu, PIKI yang merupakan Kelompok Kerja Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) kembali menyelenggarakan pertemuan ilmiah tahunan “ISICAM – InaLIVE” pada 13–15 Oktober 2017.
Dalam ISICAM-InaLIVE edisi kesembilan kali ini diadakan secara bersamaan dengan pertemuan ilmiah Jakarta Cardiovascular Summit 2017 dengan tema “Integrative Strategies in Cardiovascular Intervention”.''Tujuan ISICAM-InaLIVE untuk meng-update perkembangan teknologi dan keterampilan kardiologi intervensi di Indonesia,''kata Ketua PIKI, dr. A. Sunarya Soerianata, Sp.JP(K), FIHA, di Jakarta, Sabtu (14/10/2017).
Sunarya menjelaskan, intervensi nonbedah penyakit jantung di Indonesia dimulai sejak lebih dari tiga dekade lalu. Dalam kurun waktu tersebut, kini, kardiologi Indonesia telah mampu melakukan berbagai jenis tindakan intervensi jantung nonbedah dan pembuluh darah. Yaitu, intervensi pembuluh koroner, pembuluh darah besar (aorta) hingga pembuluh darah tungkai. Intervensi nonbedah ini juga dilakukan pada katup jantung dan penyakit jantung bawaan, penyakit gagal jantung dan bahkan intervensi jantung untuk pencegahan stroke.
''Para ahli intervensi jantung Indonesia telah berkontribusi menyumbangkan pemikiran dan keterampilan dalam berbagai pertemuan ahli intervensi jantung di negara-negara regional maupun tingkat dunia,''kata Sunarya.
Setiap tahun PIKI telah mengirim sejumlah delegasi yang terlibat pada joint symposium di berbagai pertemuan tingkat dunia.
Kemajuan intervensi jantung ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas seiring dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat kemampuan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan intervensi jantung melalui program Jaminan Kesehatan Nasional. Hal tersebut dimungkinkan oleh pertumbuhan laboratorium kateterisasi jantung di berbagai tempat di tanah air.
Memandang potensi kemaslahatan masyarakat tersebut maka PIKI terus mendorong peningkatan jumlah tenaga intervensi jantung di Indonesia yang profesional dan berintegritas. Saat ini, PIKI beranggotakan 125 ahli intervensi jantung. Jumlah ini masih sangat terbatas dalam melayani jumlah penderita yang begitu banyak di tanah air.
Untuk meningkatkan jumlah tenaga tersebut maka PIKI memandang pelatihan intervensi jantung berbasis rumah sakit (hospital-based) merupakan solusi praktis dan efektif dalam menjembatani kebutuhan masyarakat, ketersediaan fasilitas dan keterbatasan tenaga. Sejumlah rumah sakit pusat rujukan di tanah air saat ini telah menyelenggarakan pelatihan intervensi jantung tersebut. Untuk akselerasi ketersediaan tenaga, PIKI telah mengembangkan kerja sama dengan berbagai pusat jantung di dunia untuk turut berperan melatih putra-putri Indonesia sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat terlayani secara merata dengan standar pelayananan berkualitas dunia (world class services).
Sementara itu, ketua panitia pelaksana ISICAM – InaLIVE kesembilan, dr. Achmad Fauzi Yahya, Sp.JP(K), FIHA mengatakan bahwa tema ISICAM-InaLIVE kali ini merefleksikan perlunya mengintegrasikan temuan klinis, pemeriksaan noninvasif dan invasif dalam memilih teknik strategi intervensi jantung dan pembuluh darah yang paling tepat.
Pada acara ISICAM-InaLIVE kesembilan diselenggarakan sejumlah workshop simposium, kuliah, sesi teknik intervensi, dan presentasi kasus. Beragam bidang intervensi kardiovaskular akan menjadi topik pembahasan dalam berbagai spektrum mulai dari pemahaman dasar hingga penanganan kasus kompleks serta pencitraan dalam intervensi jantung.
Acara ini juga akan menampilkan 11 sesi live demo. Acara live demo adalah demonstrasi tindakan intervensi jantung oleh para ahli yang dipancarkan secara langsung dari ruang kateterisasi RS Jantung Harapan Kita ke lokasi pertemuan ilmiah (venue). Pada acara live demo ini dimungkinkan adanya interaksi ilmiah langsung antara operator, para panelis dan peserta terkait dengan strategi tindakan.
Dalam kesempatan kali ini, PIKI mendapat kehormatan dengan kehadiran mantan Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Mantan Menristek tersebut menyampaikan pesan-pesan amanah kemajuan kardiovaskular di Indonesia pada seluruh ahli intervensi jantung Indonesia.
Di Indonesia, penyakit kardiovaskular memicu penyebab kematian tertinggi yaitu sebesar 37%. Fakta tersebut menuntut langkah komprehensif untuk mengatasi penyakit kardiovaskular baik pada aspek pencegahan maupun dalam aspek terapeutik termasuk tindakan intervensi jantung baik bedah maupun nonbedah.
Tindakan intervensi nonbedah dalam penyakit kardiovaskular saat ini di dunia telah mengalami kemajuan luar biasa dan terbukti bermanfaat mengurangi keluhan sakit dan meningkatkan harapan hidup penderita.
Perkembangan teknologi intervensi nonbedah dalam penyakit kardiovaskular inilah yang menjadi konsentrasi para dokter kardiologi yang tergabung dalam Perhimpunan Intervensi Kardiologi Indonesia (PIKI). Karena itu, PIKI yang merupakan Kelompok Kerja Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) kembali menyelenggarakan pertemuan ilmiah tahunan “ISICAM – InaLIVE” pada 13–15 Oktober 2017.
Dalam ISICAM-InaLIVE edisi kesembilan kali ini diadakan secara bersamaan dengan pertemuan ilmiah Jakarta Cardiovascular Summit 2017 dengan tema “Integrative Strategies in Cardiovascular Intervention”.''Tujuan ISICAM-InaLIVE untuk meng-update perkembangan teknologi dan keterampilan kardiologi intervensi di Indonesia,''kata Ketua PIKI, dr. A. Sunarya Soerianata, Sp.JP(K), FIHA, di Jakarta, Sabtu (14/10/2017).
Sunarya menjelaskan, intervensi nonbedah penyakit jantung di Indonesia dimulai sejak lebih dari tiga dekade lalu. Dalam kurun waktu tersebut, kini, kardiologi Indonesia telah mampu melakukan berbagai jenis tindakan intervensi jantung nonbedah dan pembuluh darah. Yaitu, intervensi pembuluh koroner, pembuluh darah besar (aorta) hingga pembuluh darah tungkai. Intervensi nonbedah ini juga dilakukan pada katup jantung dan penyakit jantung bawaan, penyakit gagal jantung dan bahkan intervensi jantung untuk pencegahan stroke.
''Para ahli intervensi jantung Indonesia telah berkontribusi menyumbangkan pemikiran dan keterampilan dalam berbagai pertemuan ahli intervensi jantung di negara-negara regional maupun tingkat dunia,''kata Sunarya.
Setiap tahun PIKI telah mengirim sejumlah delegasi yang terlibat pada joint symposium di berbagai pertemuan tingkat dunia.
Kemajuan intervensi jantung ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat luas seiring dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat kemampuan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan termasuk pelayanan intervensi jantung melalui program Jaminan Kesehatan Nasional. Hal tersebut dimungkinkan oleh pertumbuhan laboratorium kateterisasi jantung di berbagai tempat di tanah air.
Memandang potensi kemaslahatan masyarakat tersebut maka PIKI terus mendorong peningkatan jumlah tenaga intervensi jantung di Indonesia yang profesional dan berintegritas. Saat ini, PIKI beranggotakan 125 ahli intervensi jantung. Jumlah ini masih sangat terbatas dalam melayani jumlah penderita yang begitu banyak di tanah air.
Untuk meningkatkan jumlah tenaga tersebut maka PIKI memandang pelatihan intervensi jantung berbasis rumah sakit (hospital-based) merupakan solusi praktis dan efektif dalam menjembatani kebutuhan masyarakat, ketersediaan fasilitas dan keterbatasan tenaga. Sejumlah rumah sakit pusat rujukan di tanah air saat ini telah menyelenggarakan pelatihan intervensi jantung tersebut. Untuk akselerasi ketersediaan tenaga, PIKI telah mengembangkan kerja sama dengan berbagai pusat jantung di dunia untuk turut berperan melatih putra-putri Indonesia sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat terlayani secara merata dengan standar pelayananan berkualitas dunia (world class services).
Sementara itu, ketua panitia pelaksana ISICAM – InaLIVE kesembilan, dr. Achmad Fauzi Yahya, Sp.JP(K), FIHA mengatakan bahwa tema ISICAM-InaLIVE kali ini merefleksikan perlunya mengintegrasikan temuan klinis, pemeriksaan noninvasif dan invasif dalam memilih teknik strategi intervensi jantung dan pembuluh darah yang paling tepat.
Pada acara ISICAM-InaLIVE kesembilan diselenggarakan sejumlah workshop simposium, kuliah, sesi teknik intervensi, dan presentasi kasus. Beragam bidang intervensi kardiovaskular akan menjadi topik pembahasan dalam berbagai spektrum mulai dari pemahaman dasar hingga penanganan kasus kompleks serta pencitraan dalam intervensi jantung.
Acara ini juga akan menampilkan 11 sesi live demo. Acara live demo adalah demonstrasi tindakan intervensi jantung oleh para ahli yang dipancarkan secara langsung dari ruang kateterisasi RS Jantung Harapan Kita ke lokasi pertemuan ilmiah (venue). Pada acara live demo ini dimungkinkan adanya interaksi ilmiah langsung antara operator, para panelis dan peserta terkait dengan strategi tindakan.
Dalam kesempatan kali ini, PIKI mendapat kehormatan dengan kehadiran mantan Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Mantan Menristek tersebut menyampaikan pesan-pesan amanah kemajuan kardiovaskular di Indonesia pada seluruh ahli intervensi jantung Indonesia.
(aww)