Penduduk Indonesia Berisiko Tinggi Terkena Katarak
A
A
A
JAKARTA - Katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan proses degeneratif yang pada umumnya karena faktor usia dan sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia maupun dunia.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, prevalansi katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita katarak baru.
Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis. Sekitar 16%-22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun.
Sebagai rangkaian peringatan World Sight Day (WSD) atau Hari Penglihatan Sedunia yang peringatannya jatuh pada Kamis kedua pada Oktober dengan tema Make Vision Count , JEC menyelenggarakan Bakti Katarak di JEC @Kedoya.
“Bakti Katarak merupakan bentuk kontribusi JEC dalam rangka mengurangi jumlah penderita katarak. Hal ini juga sejalan dengan komitmen JEC mendukung program pemerintah Bebas Buta Katarak 2020,” kata Dr Setiyo Budi Riyanto SpM, Ketua Service Katarak dan Bedah Refraktif JEC dan Direktur Utama JEC @Menteng.
Dalam seluruh tindakan operasi katarak, JEC menerapkan standar baku tanpa melihat latar belakang pasien. Dukungan pengalaman dan pengetahuan tenaga medis dalam bidang kesehatan mata modern serta dukungan fasilitas layanan medik dan nonmedik terkini menjadi faktor kesuksesan pelaksanaan operasi.
Untuk setiap kegiatan Bakti Katarak, JEC menjalin kerja sama dengan Perhimpunan Dokter Mata Se- Indonesia (Perdami) dan Gerakan Matahati. “Sebagai upaya menghadirkan layanan terdepan kepada pasien, kami secara konsisten terus menerapkan teknologi mutakhir dan mengembangkan kualitas teknologi operasi mata serta dukungan fasilitas, tim medis dan nonmedis yang kompeten di bidangnya,” papar dr Budi.
Untuk diketahui, setiap tahunnya angka katarak di Indonesia terus mengalami peningkatan, di mana diperkirakan 280.000 angka katarak terus bertambah setiap tahunnya. Sementara penduduk dengan usia 50 tahun ke atas merupakan usia yang paling berisiko terkena katarak.
Namun, ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan katarak terjadi di usia 40 tahun. Umumnya akibat penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan komplikasi pada penglihatan.
Selain diabetes, adanya trauma di bola mata juga bisa memicu katarak usia muda, meski angka kejadiannya masih kecil. Sejak awal berdirinya, JEC secara konsisten menyelenggarakan kegiatan operasi katarak gratis. Sepanjang 2017, sekitar 200 penderita katarak dari masyarakat kurang mampu telah menjalani operasi.
Sebagai tindakan edukasi dan pencegahan, JEC juga melakukan beberapa kegiatan penyuluhan dan seminar bekerja sama dengan lembaga atau institusi guna memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan mata dan mengimbau secara rutin melakukan pemeriksaan.
“Dengan mengikuti penyuluhan dan seminar yang diselenggarakan JEC, kami berharap dapat membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya kesehatan mata,” kata dr Muhammad Yoserizal SpM, ketua panitia Bakti Katarak. (Sri Noviarni)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang dikeluarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, prevalansi katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000 orang terdapat seorang penderita katarak baru.
Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis. Sekitar 16%-22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun.
Sebagai rangkaian peringatan World Sight Day (WSD) atau Hari Penglihatan Sedunia yang peringatannya jatuh pada Kamis kedua pada Oktober dengan tema Make Vision Count , JEC menyelenggarakan Bakti Katarak di JEC @Kedoya.
“Bakti Katarak merupakan bentuk kontribusi JEC dalam rangka mengurangi jumlah penderita katarak. Hal ini juga sejalan dengan komitmen JEC mendukung program pemerintah Bebas Buta Katarak 2020,” kata Dr Setiyo Budi Riyanto SpM, Ketua Service Katarak dan Bedah Refraktif JEC dan Direktur Utama JEC @Menteng.
Dalam seluruh tindakan operasi katarak, JEC menerapkan standar baku tanpa melihat latar belakang pasien. Dukungan pengalaman dan pengetahuan tenaga medis dalam bidang kesehatan mata modern serta dukungan fasilitas layanan medik dan nonmedik terkini menjadi faktor kesuksesan pelaksanaan operasi.
Untuk setiap kegiatan Bakti Katarak, JEC menjalin kerja sama dengan Perhimpunan Dokter Mata Se- Indonesia (Perdami) dan Gerakan Matahati. “Sebagai upaya menghadirkan layanan terdepan kepada pasien, kami secara konsisten terus menerapkan teknologi mutakhir dan mengembangkan kualitas teknologi operasi mata serta dukungan fasilitas, tim medis dan nonmedis yang kompeten di bidangnya,” papar dr Budi.
Untuk diketahui, setiap tahunnya angka katarak di Indonesia terus mengalami peningkatan, di mana diperkirakan 280.000 angka katarak terus bertambah setiap tahunnya. Sementara penduduk dengan usia 50 tahun ke atas merupakan usia yang paling berisiko terkena katarak.
Namun, ada kondisi tertentu yang dapat menyebabkan katarak terjadi di usia 40 tahun. Umumnya akibat penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan komplikasi pada penglihatan.
Selain diabetes, adanya trauma di bola mata juga bisa memicu katarak usia muda, meski angka kejadiannya masih kecil. Sejak awal berdirinya, JEC secara konsisten menyelenggarakan kegiatan operasi katarak gratis. Sepanjang 2017, sekitar 200 penderita katarak dari masyarakat kurang mampu telah menjalani operasi.
Sebagai tindakan edukasi dan pencegahan, JEC juga melakukan beberapa kegiatan penyuluhan dan seminar bekerja sama dengan lembaga atau institusi guna memberikan pemahaman tentang pentingnya kesehatan mata dan mengimbau secara rutin melakukan pemeriksaan.
“Dengan mengikuti penyuluhan dan seminar yang diselenggarakan JEC, kami berharap dapat membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya kesehatan mata,” kata dr Muhammad Yoserizal SpM, ketua panitia Bakti Katarak. (Sri Noviarni)
(nfl)