Tour Guide Solusi Tingkatkan Kunjungan Wisman
A
A
A
TANGERANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang memiliki strategi jitu untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di Kota Seribu Industri dan Sejuta Jasa berkonsep aerotropolis tersebut.
Langkah itu adalah menjalin kerja sama dengan sejumlah maskapai penerbangan yang ada di Bandara Soetta dan perhotelan yang ada untuk menyiapkan tour guide di kota berbudi pekerti baik itu.
Kepala Bidang Pariwisata Kota Tangerang Rizal Ridolloh mengatakan, potensi pariwisata di Kota Tangerang sangat besar dan menarik dikunjungi oleh warga negara asing maupun oleh turis lokal.
“Kami punya sembilan cagar budaya yang masih terawat dengan sangat baik kelestariannya dan makanan khas Tangerang,” ujar Rizal, kepada KORAN SINDO di tepi kali Cisadane, Senin (13/11/2017).
Kesembilan cagar budaya itu antara lain Masjid Kali Pasir, Vihara Bon Tek Bio, Pintu Air 10 Cisadane, lembaga pemasyarakatan (lapas) pria dan wanita yang jumlahnya ada tiga, dan Stasiun Kereta Api Tangerang. Seluruh cagar budaya itu hingga kini masih digunakan sebagai tempat aktivitas warga.
Seperti Masjid Kali Pasir yang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Masjid ini masih dipakai tempat ibadah. “Begitu pun dengan cagar budaya lainnya hingga kini masih digunakan untuk berbagai aktivitas warga sesuai peruntukannya. Semua bangunannya juga masih terjaga dengan baik,” ujarnya.
Selain Masjid Kali Pasir, untuk wisata religi, Kota Tangerang juga memiliki masjid dengan kubah terbesar di Asia. Masjid itu berada tepat di depan hidung Gedung Pemkot Tangerang dan masih asri. “Untuk wisata kuliner, kami memiliki kawasan kuliner Laksa Tangerang yang sangat khas dan kawasan Pasar Lama Kota Tangerang.
Di sana banyak makanan khas Tangerang,” ungkapnya. Untuk lebih mengenalkan potensi wisata itu, pihaknya berencana membuat tour guide kesembilan cagar budaya itu dengan sasaran para wisatawan mancanegara (wisman) melalui maskapai penerbangan.
“Kami akan membuat tour guide yang akan membimbing para wisman kesembilan cagar budaya dan tempattempat wisata yang ada di Kota Tangerang dengan bekerja sama pihak maskapai,” tuturnya.
Selain dengan maskapai penerbangan, pihaknya juga telah melakukan kerja sama dengan sejumlah hotel berbintang untuk memasukkan makanan khas Tangerang seperti laksa dalam menu mereka. “Sejumlah hotel berbintang sudah mulai mengenalkan laksa kepada para pengunjungnya.
Ini salah satu upaya kami untuk lebih mengenalkan laksa kepada para wisatawan,” ungkapnya. Sementara itu, Nina, mahasiswa UNIS Tangerang, mengatakan, potensi wisata di Kota Tangerang dengan sembilan cagar budaya yang dimiliki seharusnya menjadi magnet untuk wisman berkunjung.
“Potensi wisata di Kota Tangerang ini sebenarnya sangat besar. Apalagi, konsep aerotropolis yang dikembangkan pemerintah kota sangat mendukung hal itu,” ungkap mahasiswa semester 3 ini. Nina mengatakan, langkah Dinas Pariwisata membuat tour guide harus segera dilakukan agar bisa mendatangkan lebih banyak wisman ke Kota Tangerang dan bisa menjadi pendapatan daerah.
“Saya pikir ide itu sangat bagus dan harus didukung. Kalau bisa, segera dilaksanakan agar potensi wisata di Kota Tangerang bisa lebih dimaksimalkan lagi sehingga kunjungan wisman bertambah,” paparnya. Dia pun berharap dinas terkait dapat membuat lebih banyak terobosan terkait wisata di Kota Tangerang.
Tidak hanya dengan tour guide , tapi dengan membuat berbagai inovasi baru di dunia pariwisata. “Banyak hal yang bisa dilakukan misalnya membuat kampung laksa di Babakan dan kampung Cacing. Para wisman sangat tertarik dengan hal-hal yang alami seperti ini,” sebut gadis berhijab ini. (Hasan Kurniawan)
Langkah itu adalah menjalin kerja sama dengan sejumlah maskapai penerbangan yang ada di Bandara Soetta dan perhotelan yang ada untuk menyiapkan tour guide di kota berbudi pekerti baik itu.
Kepala Bidang Pariwisata Kota Tangerang Rizal Ridolloh mengatakan, potensi pariwisata di Kota Tangerang sangat besar dan menarik dikunjungi oleh warga negara asing maupun oleh turis lokal.
“Kami punya sembilan cagar budaya yang masih terawat dengan sangat baik kelestariannya dan makanan khas Tangerang,” ujar Rizal, kepada KORAN SINDO di tepi kali Cisadane, Senin (13/11/2017).
Kesembilan cagar budaya itu antara lain Masjid Kali Pasir, Vihara Bon Tek Bio, Pintu Air 10 Cisadane, lembaga pemasyarakatan (lapas) pria dan wanita yang jumlahnya ada tiga, dan Stasiun Kereta Api Tangerang. Seluruh cagar budaya itu hingga kini masih digunakan sebagai tempat aktivitas warga.
Seperti Masjid Kali Pasir yang usianya sudah mencapai ratusan tahun. Masjid ini masih dipakai tempat ibadah. “Begitu pun dengan cagar budaya lainnya hingga kini masih digunakan untuk berbagai aktivitas warga sesuai peruntukannya. Semua bangunannya juga masih terjaga dengan baik,” ujarnya.
Selain Masjid Kali Pasir, untuk wisata religi, Kota Tangerang juga memiliki masjid dengan kubah terbesar di Asia. Masjid itu berada tepat di depan hidung Gedung Pemkot Tangerang dan masih asri. “Untuk wisata kuliner, kami memiliki kawasan kuliner Laksa Tangerang yang sangat khas dan kawasan Pasar Lama Kota Tangerang.
Di sana banyak makanan khas Tangerang,” ungkapnya. Untuk lebih mengenalkan potensi wisata itu, pihaknya berencana membuat tour guide kesembilan cagar budaya itu dengan sasaran para wisatawan mancanegara (wisman) melalui maskapai penerbangan.
“Kami akan membuat tour guide yang akan membimbing para wisman kesembilan cagar budaya dan tempattempat wisata yang ada di Kota Tangerang dengan bekerja sama pihak maskapai,” tuturnya.
Selain dengan maskapai penerbangan, pihaknya juga telah melakukan kerja sama dengan sejumlah hotel berbintang untuk memasukkan makanan khas Tangerang seperti laksa dalam menu mereka. “Sejumlah hotel berbintang sudah mulai mengenalkan laksa kepada para pengunjungnya.
Ini salah satu upaya kami untuk lebih mengenalkan laksa kepada para wisatawan,” ungkapnya. Sementara itu, Nina, mahasiswa UNIS Tangerang, mengatakan, potensi wisata di Kota Tangerang dengan sembilan cagar budaya yang dimiliki seharusnya menjadi magnet untuk wisman berkunjung.
“Potensi wisata di Kota Tangerang ini sebenarnya sangat besar. Apalagi, konsep aerotropolis yang dikembangkan pemerintah kota sangat mendukung hal itu,” ungkap mahasiswa semester 3 ini. Nina mengatakan, langkah Dinas Pariwisata membuat tour guide harus segera dilakukan agar bisa mendatangkan lebih banyak wisman ke Kota Tangerang dan bisa menjadi pendapatan daerah.
“Saya pikir ide itu sangat bagus dan harus didukung. Kalau bisa, segera dilaksanakan agar potensi wisata di Kota Tangerang bisa lebih dimaksimalkan lagi sehingga kunjungan wisman bertambah,” paparnya. Dia pun berharap dinas terkait dapat membuat lebih banyak terobosan terkait wisata di Kota Tangerang.
Tidak hanya dengan tour guide , tapi dengan membuat berbagai inovasi baru di dunia pariwisata. “Banyak hal yang bisa dilakukan misalnya membuat kampung laksa di Babakan dan kampung Cacing. Para wisman sangat tertarik dengan hal-hal yang alami seperti ini,” sebut gadis berhijab ini. (Hasan Kurniawan)
(nfl)