Pura Pura Sakit Bisa Menjadi Gejala Gangguan Mental
A
A
A
JAKARTA - Kecelakaan mobil yang dialami Setya Novanto dikawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2017) lalu menyedot perhatian publik. Beragam komentar pun diutarakan netizen terkait kondisi ketua DPR itu, salah satunya yang menyebut berpura-pura sakit.
Melalui akun Instagram pribadinya, mantan artis cilik sekaligus seorang psikolog, Mellissa Grace menjelaskan sebuah kondisi gangguan mental yang berpura-pura sakit atau sengaja memunculkan gejala penyakit baik secara fisik ataupun mental. Gangguan mental ini bernama malingering.
"Istilah gangguan mental TIDAK sama dengan istilah gila atau sakit jiwa seperti yang dikenal oleh awam. Istilah tersebut TIDAK sama juga dengan arti gangguan kejiwaan lainnya seperti gangguan schizophrenia, gangguan kepribadian, dan sebagainya. . . Istilah gangguan mental di sini artinya individu memiliki kondisi mental yang tidak benar-benar sehat. . . . Dalam DSM V (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)," tulis Mellissa di akun Instagramnya.
Malingering termasuk dalam v-codes atau kondisi lain yang perlu memperoleh perhatian klinis. Umumnya, kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya adalah terkait dengan kondisi medikolegal (medis dan hukum), ada kesenjangan antara keluhan medis yang dikeluhkan pasien dengan hasil pemeriksaan medis objektif tim dokter dan paramedis lainnya.
"Klien/pasien enggan untuk bersikap kooperatif selama menjalani proses pemeriksaan/ evaluasi medis. Jika pun ia mau menjalaninya, klien enggan untuk menjalani treatment dan terapi yang dianjurkan oleh team Profesional. . Biasanya muncul bersamaan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial (APA, 2013)," papar dia.
Menurutnya Mellissa, orang dengan malingering melakukan hal ini bertujuan untuk menghindari dari sebuah tanggung jawab. Meski demikian, perilaku ini baru bisa disebut sebagai gangguan saat seseorang tidak dapat mengendalikan intensitas, durasi, frekuensi prilakunya. Artinya, hal ini tidak hanya terjadi sekali.
Perilaku orang dengan malingering juga akan mengganggu fungsi adiptif atau perilaku keseharian diri sendiri serta lingkungan sekitarnya. Terakhir, kondisi ini bisa menimbulkan distress atau stres yang bersifat negatif pada individu yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya.
Meski demikian, psikolog lulusan Universitas Indonesia ini mengaku bahwa unggahannya ini tidak ditujukan untuk seseorang. Mellisa kerap mengunggah banyak info terkait psikologis di akun Instagram pribadinya dengan tagar #katapsikologi.
Melalui akun Instagram pribadinya, mantan artis cilik sekaligus seorang psikolog, Mellissa Grace menjelaskan sebuah kondisi gangguan mental yang berpura-pura sakit atau sengaja memunculkan gejala penyakit baik secara fisik ataupun mental. Gangguan mental ini bernama malingering.
"Istilah gangguan mental TIDAK sama dengan istilah gila atau sakit jiwa seperti yang dikenal oleh awam. Istilah tersebut TIDAK sama juga dengan arti gangguan kejiwaan lainnya seperti gangguan schizophrenia, gangguan kepribadian, dan sebagainya. . . Istilah gangguan mental di sini artinya individu memiliki kondisi mental yang tidak benar-benar sehat. . . . Dalam DSM V (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders)," tulis Mellissa di akun Instagramnya.
Malingering termasuk dalam v-codes atau kondisi lain yang perlu memperoleh perhatian klinis. Umumnya, kondisi ini ditandai dengan beberapa gejala, diantaranya adalah terkait dengan kondisi medikolegal (medis dan hukum), ada kesenjangan antara keluhan medis yang dikeluhkan pasien dengan hasil pemeriksaan medis objektif tim dokter dan paramedis lainnya.
"Klien/pasien enggan untuk bersikap kooperatif selama menjalani proses pemeriksaan/ evaluasi medis. Jika pun ia mau menjalaninya, klien enggan untuk menjalani treatment dan terapi yang dianjurkan oleh team Profesional. . Biasanya muncul bersamaan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial (APA, 2013)," papar dia.
Menurutnya Mellissa, orang dengan malingering melakukan hal ini bertujuan untuk menghindari dari sebuah tanggung jawab. Meski demikian, perilaku ini baru bisa disebut sebagai gangguan saat seseorang tidak dapat mengendalikan intensitas, durasi, frekuensi prilakunya. Artinya, hal ini tidak hanya terjadi sekali.
Perilaku orang dengan malingering juga akan mengganggu fungsi adiptif atau perilaku keseharian diri sendiri serta lingkungan sekitarnya. Terakhir, kondisi ini bisa menimbulkan distress atau stres yang bersifat negatif pada individu yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya.
Meski demikian, psikolog lulusan Universitas Indonesia ini mengaku bahwa unggahannya ini tidak ditujukan untuk seseorang. Mellisa kerap mengunggah banyak info terkait psikologis di akun Instagram pribadinya dengan tagar #katapsikologi.
(alv)