Mempertahankan Ragam Hias Asli pada Tenun Koffo

Kamis, 23 November 2017 - 12:05 WIB
Mempertahankan Ragam...
Mempertahankan Ragam Hias Asli pada Tenun Koffo
A A A
MANADO - Upaya untuk merevitalisasi kembali kain tenunan Koffo yang sempat punah, kini mendapat dukungan luas. Setelah sebelumnya Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey, kini giliran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sangihe menyatakan dukungan serupa. Revitalisasi dilakukan melalui pengembangan dan pelestarian dengan menggunakan bahan kapas dan modern lainnya, dengan mempertahankan ragam hias asli Koffo serta modifikasi baru yang dikembangkan sebagaimana asli pada masa lalu.

”Pemerintah Kabupaten Sangihe memberikan support dan dukungan sepenuhnya kepada Cindy Wowor untuk melakukan revitalisasi kembali kain tenunan Koffo. Apalagi kain tenunan Koffo merupakan salah satu dari 33 kain tradisional yang telah diakui pemerintah sebagai Kekayaan Warisan Budaya Tak Benda, dan penetapannya melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Budaya,” kata Bupati Sangihe Jabes Gaghana kemarin.

Diketahui, sentra produksi kain tenunan Koffo di Kabupaten Kepulauan Sangihe nantinya akan dioptimalkan untuk meningkatkan kembali budaya tenunan kain Koffo dari masyarakat, serta dapat juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di samping itu, desa penghasil kain Koffo juga akan menjadi salah satu destinasi pariwisata di daerah.

Menanggapi dukungan itu, Cindy Wowor menyatakan terima kasih atas dukungan dari Pemkab Sangihe untuk merevitalisasi kain tenunan Koffo. ”Apalagi ini disampaikan langsung Bapak Bupati Sangihe kepada para pejabat di Pemkab Sangihe.

Terkait dengan rencana Pemkab Sangihe untuk membuka sentra produksi tenunan kain Koffo, itu juga sudah menjadi program dari Cofo, karena rencananya pada tahun depan kami akan mendirikan Sentra Produksi Tenunan Kain Koffo yang rencananya di Desa Lenganeng, Kecamatan Tabukan Utara,” papar Cindy Wowor.

Sementara itu, Kabag Humas Pemprov Sulut Roy Saroinsong menjelaskan, mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa di Provinsi Sulut dahulu ada kain tenun Koffo yang telah dikenal dan dikembangkan sejak 1519.

Tenunan kain Koffo dibuat atau dikerjakan putra-putri raja di Sangihe Talaud, yang bahan bakunya diambil dari serat pohon pisang abaka atau orang Sangihe Talaud menyebutnya hote/rote. Sementara orang Manado menyebut pisang manila, dan kofi sangi biasa orang Minahasa menamainya.

Hasil tenunan kain Koffo dipakai oleh orang Sangihe Talaud, baik laki-laki dan perempuan, dengan motif yang mirip damask kembang berwarna tunggal. Di atas salana barinya (celana yang panjangnya sampai ke tumi), laki-laki memakai baju terusan pajang lurus semacam baju toro, yang disebut laku manandu.

Semakin baju itu menyeret di tanah maka semakin bergengsi pakaiannya. Sementara penutup kepala yang dipakai adalah paporong atau kain Koffo dengan lajur hias tenun kecil, serta dengan melipat lipat ikat kepala sehingga terlihat anggun dan berwibawa. (Cahya Sumirat)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0931 seconds (0.1#10.140)