Dangdut Jawa Koplo Mengorbit Tinggi

Minggu, 10 Desember 2017 - 14:26 WIB
Dangdut Jawa Koplo Mengorbit...
Dangdut Jawa Koplo Mengorbit Tinggi
A A A
JAKARTA - "Sayang opo kowe krungu jerite atiku mengharap engkau kembali sayang nganti memutih rambutku ra bakal luntur tresnaku." Siapa tidak kenal cuplikan lirik lagu Sayang itu? Lagu berbahasa Jawa dengan lirik "nakal" dan mudah dicerna yang dibumbui dengan musik dangdut yang nyaman di telinga itu saat ini begitu populer di seantero Tanah Air. Nama sang penyanyi, Via Vallen, pun ikut mengorbit tinggi bersamaan dengan tenarnya lagu tersebut.

Popularitas lagu itu bukan isapan jempol. Hampir dipastikan di mana pun Via Vallen menggelar konser, di situlah kerumunan besar terjadi. Di dunia maya pun lagu Sayang menggema luas. Lagu itu sudah mendapatkan 105.403.459 views. Padahal lagu tersebut baru dipublikasi pada 24 Februari lalu.

Bukan hanya lagi Sayang. Satu lagu dangdut yang berbahasa Jawa, Jaran Goyang, juga tak kalah meledak. Lagu ciptaan Andi Mbendol yang dinyanyikan Nella Kharisma tersebut juga tenar. Sejak dipublikasi pada 26 April lalu, lagu ini sudah memanen 100 juta views. Dengan views yang melampaui 100 juta, Via Vallen dan Nella Kharisma yang sama-sama berasal dari Jawa Timur ini pun "menaklukkan" musisi dangdut asal Ibu Kota yang sudah tenar sebelumnya seperti Ayu Ting ting, Cita Citata, Zaskia Gotik, Dewi Perssik.

Hebatnya lagi, dua lagu bergenre dangdut koplo ter sebut juga mampu mengalahkan ketenaran lagu-lagu pop Tanah Air. YouTube baru-baru ini merilis daftar YouTube Rewind, kumpulan dari musik, kultur, tren, dan konten yang paling menarik perhatian masyarakat Indonesia dan global sepanjang tahun 2017. Lagu Sayang, Jaran Goyang bersama lagu Asal Kau Bahagia milik band Armada dan Akad karya Payung Teduh bertengger sebagai musik terpopuler.

"Kami senang melihat kreator dari luar Jakarta dan konten berbahasa daerah menempati daftar YouTube Rewind Indonesia tahun ini dan kami tak sabar melihat lebih banyak lagi talenta dan karya asli Indonesia sukses lewat YouTube," ujar Putri Silalahi, Products Communications Head Google Indonesia, melalui keterangan tertulisnya, Jumat (8/12/2017).

Kehadiran Via Vallen dan Nella Kharisma bukan sekadar menjadi alternatif hiburan dangdut. Keduanya seolah membuat standar baru dalam musik dangdut. Jika selama ini kebanyakan penyanyi dangdut harus tampil seronok, baik dalam kostum maupun goyangan, tidak demikian dengan mereka. Kedua penyanyi sering tampil dengan berpakaian seperti anak muda kekinian. Goyangannya pun sangat minim.

Agi Sugiyanto selaku salah satu produser musik dangdut mengakui tren dangdut 2017 didominasi musik Jawa hiphop. Fenomena ini muncul dengan tembang dangdut dikombinasi dengan rap berlirik bahasa Jawa. Dia menjelaskan, lagu Sayang sebenarnya mengambil tren yang ada di Yogyakarta yang di mulai dengan munculnya grup hiphop NDX, Pendosa, dan lain-lain. Lagu-lagu karya mereka lalu dipopulerkan penyanyi dangdut panggung seperti Via Vallen, Nella Kharisma, Jihan Audy, Happy Asmara.

"Ada hubungan yang saling menguntungkan antara grup hiphop dengan artis panggung. Mereka saling memopulerkan lagu ini satu sama lain dengan cara merekam," ujar owner PT Media Musik Proaktif itu.

Peneliti Balai Bahasa Jawa Timur Mashuri menuturkan, fenomena Via Vallen dan Nella Kharisma dalam setahun terakhir ini sangat menarik. Lirik lagu yang dibawakan seperti mewakili kondisi masyarakat saat ini. Karena itulah lagu mereka mudah sekali untuk diterima oleh semua kelompok umur. "Apalagi Jaran Goyang Nella Kharisma. Dari segi puitika yang disasar bukan kalangan atas. Berbeda dengan dangdut mapan ala Rhoma Irama dan biduan lawas lainnya," ucapnya.

Dari sisi lirik, dia melihat ada pencampuran antara bahasa biasa dengan bahasa yang sedang hits di media sosial (medsos) saat ini. Dari percampuran itu terjadilah penciptaan ungkapan anyar yang dengan mudah diterima oleh masyarakat. "Kondisi beginian merupakan fenomena posmo. Jadi proses campur aduk yang bisa dinikmati. Semua batas-batas bahasa diterabas sehingga identitasnya seperti mutan," ungkapnya.

Sementara itu pengamat sosial dan pengamat musik melihat fenomena lagu dangdut Jawa tidak lebih sebagai tren dan suatu saat berganti dengan tren baru. Sosiolog dari Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Redi Panuju menilai, fenomena dangdut Jawa dengan Via Vallen dan Nella Kharisma sebagai maskotnya merupakan akibat dari kejenuhan pasar. Menurut dia, siklus tren terus terjadi dalam periode tertentu. Dia menunjuk, dulu orang menggemari musik dangdut Rhoma Irama, A Rafiq, Om Awara.

Lalu bergeser ke musik dangdut yang lebih modern seperti yang dibawakan Imam S Arifin, Mansyur S, Ona Sutra, Iis Dahlia, dan Ike Nurjanah. Selanjutnya di awal tahun 2000-an, musik dangdut dihebohkan dengan goyang ngebor Inul Daratista. Akhirnya semua artis dangdut mengikutinya dengan memperkenalkan ragam goyangan mereka. Semisal goyang ngecor Uut Permata sari, goyang patah-patah Anisa Bahar.

"Masyarakat kan jenuh dengan musik dangdut yang itu-itu saja. Nah sekarang ada dangdut Jawa itu ternyata cukup menarik minat masyarakat. Nanti masyarakat akan jenuh juga. Bisa jadi dalam beberapa tahun ke depan ada musik keroncong dangdut," ujarnya.

Pengamat musik Andre Opa Sumual mengatakan, musik dangdut Jawa atau koplo ini sebenarnya sudah lama ada di panggung off air dan sudah lama juga masuk kanal YouTube dan sekarang pada akhirnya menemukan masa puncak kejayaannya. Menurut dia, media sosial menjadi pendorong tren.

"Munculnya fenomena dangdut Jawa koplo sukses di YouTube ini merupakan fenomena internet atau media sosial, bukan fenomena musik. Musiknya ya dangdut juga seperti dangdut pantura, cuma ini pakai bahasa Jawa. Jadi bisa dibilang ini bukan hal baru, tapi penetrasi internet/data ke desa dan daerah pelosok serta makin murahnya harga smartphone juga berpengaruh karena berhubungan dengan jumlah viewers," kata dia.

Loyalitas Penggemar
Penyanyi dangdut senior Ikke Nurjanah berpendapat, popularitas dangdut Jawa koplo sekarang ini tak lepas dari loyalitas para penggemarnya. Menurut dia, popularitas yang dipetik saat ini berawal dari kesuksesan orkes dangdut koplo seperti Orkes Melayu New Pallapa dan para penyanyinya di Jawa Timur. Selanjutnya, dengan berkembangnya media sosial, popularitas itu menjalar keberbagai kota di Pulau Jawa.

"Itu jadi kekuatan mereka. Ditambah sekarang ada fenomena Via Vallen dan Nella Kharisma serta media sosial. Jadi makin tambah viral dan populer lagi lagu dangdut Jawa atau koplo ini," ujar dia.

Penyanyi dangdut Inul Daratista membenarkan popularitas dangdut Jawa koplo merupakan buah perjuangan panjang musisi dan orkes dangdut koplo di Surabaya dan daerah Jawa Timur. Keberadaan media sosial menjadi momentum melambungkan nama mereka. Dia lantas menyampaikan keyakinannya bahwa musik dangdut koplo dan dangdut pada umumnya akan terus populer, termasuk di dunia maya. Hal ini karena 85% penduduk Indonesia adalah kelas menengah ke bawah. Masyarakat kelas ini mempunyai selera musik yang mudah didengar dengan lirik yang mudah dihafal dan artisnya sedikit berani.

"Sampai kapan pun tak akan bisa melawan dangdut karena aliran ini bisa dibawa ke mana-mana. Justru genre lain kalau mau ngetop harus menyentuh dangdut dan lagu pop bisa makin hits kalau didangdutin," kata pemilik goyang ngebor ini.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1323 seconds (0.1#10.140)