Tren Fashion Melawan Musim
A
A
A
MEMASUKI musim panas atau musim dingin (hujan), mengganti isi lemari dengan pakaian yang sesuai dengan musim menjadi rutinitas yang tidak bisa dihindari.
Tapi tidak untuk kali ini, beberapa item fashion justru terlihat chic digunakan diluar musimnya. Seperti trend tersendiri, pakaian lintas musim menjadi aturan baru dipanggung mode.
Beberapa item fashion yang bisa digunakan dari satu muism ke musim lainnya antara lain sandal, pakaian rajut, boot, dan kemeja. Menentukan pakaian lintas musim adalah tentang bagaimana memadukan potongan, warna dan kain yang sesuai dengan gaya si pemakai. Ini tentang belajar melihat potongan dengan cara yang berbeda dan membuat lemari pakaian masing-masing memiliki banyak kegunaan.
Seperti yang dilakukan stylist selebriti, Angie Smith, yang tetap menggunakan kemeja linen dan gaun bunga yang dikenakan ketika suhu diluar menyentuh angka 18o Celcius. “Saya tidak pernah mengganti pakaian saya. Bahkan, saya punya tas besar untuk pakaian pantai (musim panas), tapi masih saya pakai sepanjang tahun,” ucap Angie dilansir dari Telegraph.
Ia pun baru saja menata Holly Willoughby di Warehouse dengan gaun berlapis dipadukan daleman over turtleneck. “Dan responnya bagus banyak wanita mengatakan bahwa mereka tidak akan berpikir untuk melakukan itu tapi sekarang mereka melakukannya,” kata Angie Smith. Padahal gaun tersbeut banyak dipesan untuk penampilan musim semi atau awal musim panas, sekarang sudah dipakai sepanjang musim dingin.
Dengan kata lain, seiring perkembangan dunia mode, pergantian pakaian sesuai musim akan semakin memudar. Sebagai gantinya, para pecinta fashion akan lebih memilih pakain cerdas, yang bisa digunakan semalam 365 hari apapun cuacanya.
Pakaian cerdas ini pun sebenarnya terlihat di beberapa runway merek ternama dunia. Lihat saja koleksi musim semi di runway bulan September lalu, dimana Céline, Balenciaga,dan Gucci menawarkan sesuatu dimana pakaian musim panas yang justru bisa mengundang keringat.
Pesan ini terlihat dalam koleksi yang menggunakan kaos kaki dan sandal sampai cardigan hingga gaun sutera dengan sentuhan warna musim gugur yang khas.
Label lain seperti Burberry, yang menyajikan koleksi pakaian yang layak ketika "Februari" dan "September" dalam satu panggung. Terlihat seperti menghindari konsep musim dengan merancang potongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak peduli iklim.
Tapi pergeseran tren bjau musiman ini dipengaruhi kebiasaan berbelanja konsumen yang berubah. Konsumen cenderung membeli pakaian yang lebih sering digunakan. “Saya menyukai kemewahan lemari pakaian yang bisa menampung empat musim pakaian. Kenyataannya adalah pilihan penyimpanan saya terbatas. Ruang kecil pasti membuat Anda mempertimbangkan pilihan belanja anda, apalagi pakaian itu akan bekerja selama enam minggu dalam setahun,” ucap Katherine Ormerod, seorang konsultan merek dan influencer yang berbasis di London.
Sementara itu, Orlagh McCluskey, salah satu pendiri Rixo, mengungkapkan labelnya memang mengedepankan barang yang bisa digunakan lebih dari satu musim.
“Ini benar-benar menambah nilai pembelian karena tahu ada barang yang bisa diandalkan, tidak peduli musimnya,” tutur Orlagh. Sesama merek Inggris baru,Kitri, memiliki pendekatan serupa, yang berasal dari insting pendirinya, Haeni Kim, untuk membuat apa yang wanita inginkan.
Tentu saja ia cenderung mengincar potongan tren musim yang sangat khusus. Namun secara keseluruhan tentu akan menghabiskan uang dengan cara berbeda (untuk membeli pakaian). “Kami menginginkan sesuatu yang bisa bertahan lebih lama dari sekedar musim, sesuatu yang tidak membuat kita terlihat seperti lepas mengikuti tren,” jelas Haeni. Sehingga, desain yang diciptakan harus bisa menampung trend yang terus berubah dan memiliki elemen klasik juga. Tentunya bukan hanya musim, tapi juga fleksibel digunakan pada siang dan malam hari. (Mg1/Nurul)
Tapi tidak untuk kali ini, beberapa item fashion justru terlihat chic digunakan diluar musimnya. Seperti trend tersendiri, pakaian lintas musim menjadi aturan baru dipanggung mode.
Beberapa item fashion yang bisa digunakan dari satu muism ke musim lainnya antara lain sandal, pakaian rajut, boot, dan kemeja. Menentukan pakaian lintas musim adalah tentang bagaimana memadukan potongan, warna dan kain yang sesuai dengan gaya si pemakai. Ini tentang belajar melihat potongan dengan cara yang berbeda dan membuat lemari pakaian masing-masing memiliki banyak kegunaan.
Seperti yang dilakukan stylist selebriti, Angie Smith, yang tetap menggunakan kemeja linen dan gaun bunga yang dikenakan ketika suhu diluar menyentuh angka 18o Celcius. “Saya tidak pernah mengganti pakaian saya. Bahkan, saya punya tas besar untuk pakaian pantai (musim panas), tapi masih saya pakai sepanjang tahun,” ucap Angie dilansir dari Telegraph.
Ia pun baru saja menata Holly Willoughby di Warehouse dengan gaun berlapis dipadukan daleman over turtleneck. “Dan responnya bagus banyak wanita mengatakan bahwa mereka tidak akan berpikir untuk melakukan itu tapi sekarang mereka melakukannya,” kata Angie Smith. Padahal gaun tersbeut banyak dipesan untuk penampilan musim semi atau awal musim panas, sekarang sudah dipakai sepanjang musim dingin.
Dengan kata lain, seiring perkembangan dunia mode, pergantian pakaian sesuai musim akan semakin memudar. Sebagai gantinya, para pecinta fashion akan lebih memilih pakain cerdas, yang bisa digunakan semalam 365 hari apapun cuacanya.
Pakaian cerdas ini pun sebenarnya terlihat di beberapa runway merek ternama dunia. Lihat saja koleksi musim semi di runway bulan September lalu, dimana Céline, Balenciaga,dan Gucci menawarkan sesuatu dimana pakaian musim panas yang justru bisa mengundang keringat.
Pesan ini terlihat dalam koleksi yang menggunakan kaos kaki dan sandal sampai cardigan hingga gaun sutera dengan sentuhan warna musim gugur yang khas.
Label lain seperti Burberry, yang menyajikan koleksi pakaian yang layak ketika "Februari" dan "September" dalam satu panggung. Terlihat seperti menghindari konsep musim dengan merancang potongan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak peduli iklim.
Tapi pergeseran tren bjau musiman ini dipengaruhi kebiasaan berbelanja konsumen yang berubah. Konsumen cenderung membeli pakaian yang lebih sering digunakan. “Saya menyukai kemewahan lemari pakaian yang bisa menampung empat musim pakaian. Kenyataannya adalah pilihan penyimpanan saya terbatas. Ruang kecil pasti membuat Anda mempertimbangkan pilihan belanja anda, apalagi pakaian itu akan bekerja selama enam minggu dalam setahun,” ucap Katherine Ormerod, seorang konsultan merek dan influencer yang berbasis di London.
Sementara itu, Orlagh McCluskey, salah satu pendiri Rixo, mengungkapkan labelnya memang mengedepankan barang yang bisa digunakan lebih dari satu musim.
“Ini benar-benar menambah nilai pembelian karena tahu ada barang yang bisa diandalkan, tidak peduli musimnya,” tutur Orlagh. Sesama merek Inggris baru,Kitri, memiliki pendekatan serupa, yang berasal dari insting pendirinya, Haeni Kim, untuk membuat apa yang wanita inginkan.
Tentu saja ia cenderung mengincar potongan tren musim yang sangat khusus. Namun secara keseluruhan tentu akan menghabiskan uang dengan cara berbeda (untuk membeli pakaian). “Kami menginginkan sesuatu yang bisa bertahan lebih lama dari sekedar musim, sesuatu yang tidak membuat kita terlihat seperti lepas mengikuti tren,” jelas Haeni. Sehingga, desain yang diciptakan harus bisa menampung trend yang terus berubah dan memiliki elemen klasik juga. Tentunya bukan hanya musim, tapi juga fleksibel digunakan pada siang dan malam hari. (Mg1/Nurul)
(nfl)