Cegah Stunting Sejak Janin di Kandungan
A
A
A
JAKARTA - Di Indonesia, tercatat hampir sembilan juta anak atau lebih dari 1/3 balita mengalami stunting (bertubuh pendek) akibat malnutrisi (kekurangan gizi). Stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama dan menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
Indonesia berada di peringkat kelima negara yang kekurangan gizi sedunia. Kondisi ini darurat dan memprihatinkan karena dapat membuat kualitas generasi penerus bangsa menurun. Diperkirakan keadaan ini dapat merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
“Stunting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak, mudah terserang penyakit dan kerja otak yang tidak optimal sehingga menurunkan kemampuan kognitif,” kata Fasli Jalal, pakar gizi sekaligus Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).
Menurut studi Grantham-McGregor tahun 2007, di usia produktif anak yang mengalami stunting berpotensi memiliki penghasilan 20% lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. “UNICEF memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan Pendapatan Domestik Bruto merosot 3%, sedangkan analisis Qureshy tahun 2013 menyebut stunting dapat meruikan Indonesia sampai Rp300 triliun per tahunnya,” ujar Sri Enny Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Stunting dapat menurunkan produk domestik bruto negara sebesar 3%. Diperkirakan kerugian negara akibat stunting pun mencapai sekitar 300 triliun rupiah per tahun. Fasli Jalal menegaskan faktor yang paling berpengaruh pada masalah stunting bukanlah faktor genetik dan kemiskinan, melainkan 90% faktor dari lingkungan, seperti makanan yang dikonsumsi pada ibu dan anak, infeksi, dan pengasuhan (parenting) pada anak.
Selain itu, fungsi peranan posyandu, seperti memonitor tumbuh kembang anak, memeriksa ibu hamil, dan memberikan obat cacing juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak terutama tinggi badan.
Terkait masalah stunting, pemerintah Indonesia melakukan berbagai usaha untuk dapat menurunkan tingkat stunting pada anak di bawah umur dua tahun dari 37% menjadi 28%. Salah satu cara untuk mencegah stunting dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak masih janin hingga usia dua tahun.
“Fungsi peran pemerintah daerah juga berpengaruh untuk memberikan edukasi kepada penduduk lokal terutama para kaum ibu agar tidak terjadi kekeliruan terhadap pencegahan stunting dan memanfaatkan pangan lokal sebagai asupan gizi bagi penduduknya, “ kata Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staff Kepresidenan RI. (mg2)
Indonesia berada di peringkat kelima negara yang kekurangan gizi sedunia. Kondisi ini darurat dan memprihatinkan karena dapat membuat kualitas generasi penerus bangsa menurun. Diperkirakan keadaan ini dapat merugikan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
“Stunting berpotensi mengancam generasi mendatang menjadi generasi yang hilang. Kekurangan gizi pada usia dini dapat meningkatkan angka kematian untuk bayi dan anak, mudah terserang penyakit dan kerja otak yang tidak optimal sehingga menurunkan kemampuan kognitif,” kata Fasli Jalal, pakar gizi sekaligus Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI).
Menurut studi Grantham-McGregor tahun 2007, di usia produktif anak yang mengalami stunting berpotensi memiliki penghasilan 20% lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. “UNICEF memperkirakan stunting juga bisa menyebabkan Pendapatan Domestik Bruto merosot 3%, sedangkan analisis Qureshy tahun 2013 menyebut stunting dapat meruikan Indonesia sampai Rp300 triliun per tahunnya,” ujar Sri Enny Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Stunting dapat menurunkan produk domestik bruto negara sebesar 3%. Diperkirakan kerugian negara akibat stunting pun mencapai sekitar 300 triliun rupiah per tahun. Fasli Jalal menegaskan faktor yang paling berpengaruh pada masalah stunting bukanlah faktor genetik dan kemiskinan, melainkan 90% faktor dari lingkungan, seperti makanan yang dikonsumsi pada ibu dan anak, infeksi, dan pengasuhan (parenting) pada anak.
Selain itu, fungsi peranan posyandu, seperti memonitor tumbuh kembang anak, memeriksa ibu hamil, dan memberikan obat cacing juga berpengaruh pada tumbuh kembang anak terutama tinggi badan.
Terkait masalah stunting, pemerintah Indonesia melakukan berbagai usaha untuk dapat menurunkan tingkat stunting pada anak di bawah umur dua tahun dari 37% menjadi 28%. Salah satu cara untuk mencegah stunting dimulai dari 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak masih janin hingga usia dua tahun.
“Fungsi peran pemerintah daerah juga berpengaruh untuk memberikan edukasi kepada penduduk lokal terutama para kaum ibu agar tidak terjadi kekeliruan terhadap pencegahan stunting dan memanfaatkan pangan lokal sebagai asupan gizi bagi penduduknya, “ kata Yanuar Nugroho, Deputi II Kepala Staff Kepresidenan RI. (mg2)
(nfl)