Film Dokumenter Dua Mawar Merah Diputar Perdana di Bekasi
A
A
A
BEKASI - Kisah ibu guru kembar yang sangat inspiratif diputar secara perdana untuk kalangan terbatas di Cinema XXI Grand Metropolitan, Jalan KH Noer Ali (Kalimalang), Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Kamis (15/2/2018). Film yang berjudul Dua Mawar Merah ini mengkisahkan potret kehidupan siswa dan berdirinya sekolah darurat Kartini di Jakarta Barat.
Film dokumenter dengan durasi dua jam tersebut ditonton secara perdana oleh pejabat Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Bekasi. Pemutaran film perdana ini didukung penuh PT Metropolitan Land Tbk (Metland) melalui Yayasan Metropolitan Peduli (YMP).
Sutradara film Dua Mawar Merah, Adjat Wiratma, mengatakan, film ini mengkisahkan kehidupan nyata dari perjuangan seorang guru kembar yakni Sri Rosyati (Rossy) dan Sri Irianingsih (Rian) dalam mendirikan Sekolah Darurat Kartini pada tahun 1990 hingga sekarang. “Murid yang sekolah merupakan kaum marjinal dari anak keluarga miskin ibu kota,” katanya.
Eksekutif producer news anchor MNCTV ini mengatakan, membuat film dokumenter tersebut sangat menggugah hatinya. Karena, sosok ibu guru kembar sangatlah langka, karyanya sangat nyata dan tak salah jika mereka adalah guru kehidupan yang menginspirasi dan menjadi teladan. “Rossy dan Rian berjuang mengentaskan kebodohan dan kemiskinan melalui sekolah gratis yang didirikannya,” ujarnya.
Bahkan, kata dia, sekolah Darurat Kartini bukan sekedar sekolah gratis saja, namun ini justru sekolah istimewa dengan pengajar dan pengajaran yang baik. Tidak salah jika sekolah ini jadi percontohan untuk belasan negara, menjadi model bagi lembaga pendidikan warga-warga kurang mampu. Awalnya sekolah ini berada dikolong tol dan pinggir kereta api hingga kini masih berdiri.
Untuk itu, film yang ditulis oleh Adjat dan diproduksi oleh Akademi Indonesia itu tidak lepas perannya dalam melatih mahasiswanya untuk menghasilkan karyanya. Video-video rekaman yang dihasilkan mahasiswa kemudian disusun, lalu dibuat benang merah sehingga menjadi satu rangkaian cerita perjalanan perjuangan ibu guru kembar.
Rencananya, film ini akan ditayangkan dalam kegiatan kemasyarakatan di wilayah Indonesia. Akademi Indonesia juga membuka kerjasama yang seluas-luasnya dengan kampus yang ingin menayangkan film ini. “Film ini kaya dengan pelajaran hidup, kaya kritik sosial yang sangat relevan dengan yang terjadi saat ini,” kata dia.
Sementara Rossy dan Rian mengatakan, dengan kehadiran film ini masyarakat mengetahui masih banyak orang yang hidup dibawah kemiskinan dan minim pendidikan di kehidupan ibu kota negara Indonesia. “Kita terjun dengan cinta dan kasih, hidup kita berdua menjadi pelayan untuk memajukan pendidikan anak miskin yang butuh pendidikan,” kata Rossy.
Direktur PT Metropolitan Land Tbk, Wahyu Sulistio mengatakan, sejak tahun 2002 YMP dan Sekolah Darurat Kartini banyak terlibat kerja sama dalam kegiatan social. “Dukungan ini merupakan apresiasi kami atas dedikasi ibu guru kembar selama 28 tahun mengelola sekolah untuk warga miskin, dan kegiatan ini kami jadikan momen ulang tahun Metlend ke 24,” katanya.
Selain itu, film ini sebagai kampanye untuk satu gerakan menginspirasi bagi masyarakat Indonesia agar ikut perduli untuk membantu sesama dan ibu guru kembar ini menjadi salah satu contoh yang tidak kenal lelah membantu pendidikan anak-anak miskin yang ada di ibu kota. “Film ini sangat menggugah saya, dan kita harus perduli dengan sesame,” ucap dia.
Film dokumenter dengan durasi dua jam tersebut ditonton secara perdana oleh pejabat Kementerian Sosial Republik Indonesia dan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) Kota Bekasi. Pemutaran film perdana ini didukung penuh PT Metropolitan Land Tbk (Metland) melalui Yayasan Metropolitan Peduli (YMP).
Sutradara film Dua Mawar Merah, Adjat Wiratma, mengatakan, film ini mengkisahkan kehidupan nyata dari perjuangan seorang guru kembar yakni Sri Rosyati (Rossy) dan Sri Irianingsih (Rian) dalam mendirikan Sekolah Darurat Kartini pada tahun 1990 hingga sekarang. “Murid yang sekolah merupakan kaum marjinal dari anak keluarga miskin ibu kota,” katanya.
Eksekutif producer news anchor MNCTV ini mengatakan, membuat film dokumenter tersebut sangat menggugah hatinya. Karena, sosok ibu guru kembar sangatlah langka, karyanya sangat nyata dan tak salah jika mereka adalah guru kehidupan yang menginspirasi dan menjadi teladan. “Rossy dan Rian berjuang mengentaskan kebodohan dan kemiskinan melalui sekolah gratis yang didirikannya,” ujarnya.
Bahkan, kata dia, sekolah Darurat Kartini bukan sekedar sekolah gratis saja, namun ini justru sekolah istimewa dengan pengajar dan pengajaran yang baik. Tidak salah jika sekolah ini jadi percontohan untuk belasan negara, menjadi model bagi lembaga pendidikan warga-warga kurang mampu. Awalnya sekolah ini berada dikolong tol dan pinggir kereta api hingga kini masih berdiri.
Untuk itu, film yang ditulis oleh Adjat dan diproduksi oleh Akademi Indonesia itu tidak lepas perannya dalam melatih mahasiswanya untuk menghasilkan karyanya. Video-video rekaman yang dihasilkan mahasiswa kemudian disusun, lalu dibuat benang merah sehingga menjadi satu rangkaian cerita perjalanan perjuangan ibu guru kembar.
Rencananya, film ini akan ditayangkan dalam kegiatan kemasyarakatan di wilayah Indonesia. Akademi Indonesia juga membuka kerjasama yang seluas-luasnya dengan kampus yang ingin menayangkan film ini. “Film ini kaya dengan pelajaran hidup, kaya kritik sosial yang sangat relevan dengan yang terjadi saat ini,” kata dia.
Sementara Rossy dan Rian mengatakan, dengan kehadiran film ini masyarakat mengetahui masih banyak orang yang hidup dibawah kemiskinan dan minim pendidikan di kehidupan ibu kota negara Indonesia. “Kita terjun dengan cinta dan kasih, hidup kita berdua menjadi pelayan untuk memajukan pendidikan anak miskin yang butuh pendidikan,” kata Rossy.
Direktur PT Metropolitan Land Tbk, Wahyu Sulistio mengatakan, sejak tahun 2002 YMP dan Sekolah Darurat Kartini banyak terlibat kerja sama dalam kegiatan social. “Dukungan ini merupakan apresiasi kami atas dedikasi ibu guru kembar selama 28 tahun mengelola sekolah untuk warga miskin, dan kegiatan ini kami jadikan momen ulang tahun Metlend ke 24,” katanya.
Selain itu, film ini sebagai kampanye untuk satu gerakan menginspirasi bagi masyarakat Indonesia agar ikut perduli untuk membantu sesama dan ibu guru kembar ini menjadi salah satu contoh yang tidak kenal lelah membantu pendidikan anak-anak miskin yang ada di ibu kota. “Film ini sangat menggugah saya, dan kita harus perduli dengan sesame,” ucap dia.
(alv)