Zat Besi Krusial untuk Tumbuh Kembang Anak

Rabu, 28 Februari 2018 - 08:35 WIB
Zat Besi Krusial untuk Tumbuh Kembang Anak
Zat Besi Krusial untuk Tumbuh Kembang Anak
A A A
JAKARTA - Kecukupan nutrisi amat diperlukan anak pada masa tumbuh kembang. Zat besi adalah salah satu nutrisi krusial yang berguna membantu tumbuh kembang saraf di otak.

Nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi tumbuh kembang anak sejak kecil hingga dewasa. Anak yang terlengkapi nutrisinya akan menjadi anak sehat dan mampu beraktivitas dengan baik dan berpotensi memiliki keterampilan sosial lebih baik dibanding anak yang nutrisinya tidak tercukupi.

Tidak terpenuhinya nutrisi memiliki efek jangka pendek perkembangan anak yang tidak optimal. Sebut saja pertumbuhan yang tidak baik, anak menjadi stunting atau pendek dan akan mempunyai penyakit degeneratif saat dewasa, seperti hipertensi dan stroke.

Salah satu asupan nutrisi yang diperlukan bagi anak adalah zat besi. Website idai.or.id menyebutkan, kebutuhan zat besi bayi usia 6-12 bulan adalah 11 mg per hari, sedangkan anak berusia 1-3 tahun (batita) membutuhkan zat besi lebih sedikit, yaitu 7 mg per hari. ASI hanya memenuhi 0,3 mg zat besi per hari.

Spesialis anak Dr dr Damayanti R Sjarif SpA mengatakan, zat besi dibutuhkan sebagai tumbuh kembang saraf di otak. Karena itu, para ibu disarankan dapat mencakupi kebutuhan zat besi si kecil agar kepintaran anak dapat dibentuk sejak dini. Menurutnya, zat besi berkaitan dengan kemampuan matematika pada anak.

“Sumber zat besi ada dua, yakni hewani dan nabati. Namun perlu diketahui, zat besi hewani diserap tubuh sebanyak 23%, sedangkan zat besi dari protein nabati diserap hanya 5%,” tutur dr Damayanti. Anak yang sulit konsentrasi bisa jadi karena kurangnya asupan zat besi. Ahli gizi sekaligus nutritionist Emilia Achmadi MS RD membeberkan hal ini.

Sepanjang pengalamannya, dia biasa menemui orang tua yang mengeluh anaknya sulit konsentrasi di sekolah. Menurutnya, kesulitan berkonsentrasi bisa jadi lantaran tidak didukung asupan nutrisi yang maksimal. Di mana, dalam diet keseharian sang anak tidak mendapat asupan zat besi. “Jadi, makanan yang dikonsumsi tidak dapat menstimulasi otak dengan optimal,” kata Emilia.

Perlu diketahui, pengembangan otak adalah salah satu manfaat zat besi. Sebab, suplai oksigen ke darah dibantu zat besi dan otak menggunakan sekitar 20% oksigen darah. Zat besi secara langsung berkaitan dengan kesehatan otak dan fungsi otak. Tidak berhenti di situ, kekurangan zat besi ternyata juga menyebabkan anak memiliki daya tahan tubuh rendah sehingga rentan terjangkit aneka penyakit, sebut saja batuk, pilek, dan demam.

Emilia juga meluruskan anggapan bahwa keberadaan zat besi pada hewani dapat digantikan dengan zat besi pada sayuran hijau tua. Nyatanya, zat besi yang terdapat pada sayuran hijau tua memiliki struktur kimia dan fungsi yang berbeda pada zat besi yang ditemukan pada daging. Dengan kata lain, zat besi pada daging merah tidak tergantikan.

“Daging sapi juga mengandung zinc atau seng. Kekurangan zinc berujung pada anemia,” ungkap Emilia. Sementara itu, pandangan bahwa daging merah kurang baik untuk kesehatan karena memiliki kolesterol tinggi dipatahkan juga oleh jebolan Oklahoma State University ini. “Lihat saja susunan gigi kita terdiri dari taring yang fungsinya untuk mengoyak salah satunya daging,” katanya.

Dia melanjutkan, daging sapi berkualitas memiliki kadar kolesterol per gram jauh lebih rendah ketimbang dada ayam sekalipun, termasuk daging kambing berkualitas. Daging sapi berkualitas juga mengandung omega 3 yang biasa ditemukan di ikan salmon. Meski begitu, tetap ada batasannya.

Para ahli gizi juga sepakat sejatinya manusia harus mengonsumsi makanan beragam, mengingat tidak ada satu pun makanan yang mampu memenuhi segala nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Untuk itu, konsumsi daging merah tetap diperlukan.

“Buah dan sayur dominan dikonsumsi, dengan tambahan kombinasi protein dari hewan dan nabati,” kata Emilia. Untuk mengonsumsi daging sapi, Emilia menyarankan agar memilih daging yang benar dengan kualitas terjamin, pilih bagian yang tidak berlemak, serta olahlah daging dengan menggunakan bumbu yang tepat.

Rupanya fungsi rempah pada pengolahan daging tidak hanya memperkaya rasa, tetapi juga ada manfaat lain, yaitu mengurangi efek karsinogen yang dapat menyebabkan risiko kanker jika daging dibakar. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1201 seconds (0.1#10.140)