Menjaga Eksotisme Candi Prambanan dengan Ampiteater
A
A
A
JAKARTA - Candi Prambanan dan Borobudur memiliki pesona yang kuat untuk menarik wisatawan mancanegara, khususnya dalam kegiatan seni. Namun, saat ini belum memadai untuk menampung penonton berskala besar.
Pelaku industri showbiz asal Yogayakarta, Anas Syahrul Alimi menyarankan untuk membangun ampiteater dengan daya tampung penonton yang besar. Apa yang dilakukan ini supaya eksotisme bangunan bernilai bersejarah tersebut bisa menjadi daya tarik bagi kegiatan seni pertunjukkan berskala internasional.
Terlebih, Prambanan dan Borobudur menjadi situs warisan dunia yang telah diakui lembaga United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNECCO).
"Membangun ampiteater itu hal yang sangat mungkin untuk dilakukan. Tinggal bagaimana merancang sinerginya saja," kata Anas seusai pertunjukkan David Foster and Friends di Gedung De Tjolomadoe, Karanganyar, Solo, akhir pecan lalu).
Amfiteater atau ampiteater merupakan sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk pertunjukan hiburan dan pertunjukan seni.
Untuk membangun ampiteater di kawasan komplek Candi Prambanan, Anas menyarankan, proses pendiriannya bisa dilakukan di sekitar kawasan ring dua yang berjarak 200-300 meter dari kawasan inti. Posisinya, bisa saja berada di dekat panggung Ramayana hingga kawasan hutan pinus di dekat candi.
"Dari sana pemandangan dengan background Candi Prambanan masih tetap menarik. Tentunya hal ini akan menjadi daya pikat bagi para penonton sekaligus para artis yang akan tampil di sana," ujar dia.
Pembangunan ampiteater di kawasan ring dua bisa dibuat megah dengan kapasitas 10 ribu penonton. Jumlah ini juga turut mendorong pemasukan bagi pengelola candi dari PT Taman Wisata Candi (TWC) sekaligus menggeliatkan sektor pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi di daerah.
"Jika ampiteater ini bisa direalisasikan, tentunya akan sejalan dengan semangat Presiden Jokowi yang ingin mendorong sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi. Selain itu, dengan hadirnya ampiteater di Candi Prambanan secara langsung akan bermanfaat juga bagi pengelolanya," terang Anas yang sukses tiga kali menggelar pertunjukan Prambanan Jazz Festival ini.
Pembangunan ampiteater di kawasan bangunan cagar budaya bukanlah hal asing. Di Negara lain sudah banyak dilakukan, seperti Pompeii didekat Kota Napoli, Italia. Di lokasi tersebut, band Pink Floyd pernah manggung. Hal serupa dilakukan Yanni di Acropolis, Athena, Yunani. Ada juga gedung pertunjukkan Royal Albert Hall di utara Kota Westminster, London, Inggris.
"Harusnya Prambanan dan Borobudur bisa melakukan hal serupa seperti yang sudah dilakukan di Acropolis, Pompeii atau Royal Abert Hall. Sekarang ini tinggal political will saja untuk mewujudkannya," beber dia.
Pelaku industri showbiz asal Yogayakarta, Anas Syahrul Alimi menyarankan untuk membangun ampiteater dengan daya tampung penonton yang besar. Apa yang dilakukan ini supaya eksotisme bangunan bernilai bersejarah tersebut bisa menjadi daya tarik bagi kegiatan seni pertunjukkan berskala internasional.
Terlebih, Prambanan dan Borobudur menjadi situs warisan dunia yang telah diakui lembaga United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNECCO).
"Membangun ampiteater itu hal yang sangat mungkin untuk dilakukan. Tinggal bagaimana merancang sinerginya saja," kata Anas seusai pertunjukkan David Foster and Friends di Gedung De Tjolomadoe, Karanganyar, Solo, akhir pecan lalu).
Amfiteater atau ampiteater merupakan sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk pertunjukan hiburan dan pertunjukan seni.
Untuk membangun ampiteater di kawasan komplek Candi Prambanan, Anas menyarankan, proses pendiriannya bisa dilakukan di sekitar kawasan ring dua yang berjarak 200-300 meter dari kawasan inti. Posisinya, bisa saja berada di dekat panggung Ramayana hingga kawasan hutan pinus di dekat candi.
"Dari sana pemandangan dengan background Candi Prambanan masih tetap menarik. Tentunya hal ini akan menjadi daya pikat bagi para penonton sekaligus para artis yang akan tampil di sana," ujar dia.
Pembangunan ampiteater di kawasan ring dua bisa dibuat megah dengan kapasitas 10 ribu penonton. Jumlah ini juga turut mendorong pemasukan bagi pengelola candi dari PT Taman Wisata Candi (TWC) sekaligus menggeliatkan sektor pariwisata sebagai salah satu penggerak ekonomi di daerah.
"Jika ampiteater ini bisa direalisasikan, tentunya akan sejalan dengan semangat Presiden Jokowi yang ingin mendorong sektor pariwisata sebagai penggerak ekonomi. Selain itu, dengan hadirnya ampiteater di Candi Prambanan secara langsung akan bermanfaat juga bagi pengelolanya," terang Anas yang sukses tiga kali menggelar pertunjukan Prambanan Jazz Festival ini.
Pembangunan ampiteater di kawasan bangunan cagar budaya bukanlah hal asing. Di Negara lain sudah banyak dilakukan, seperti Pompeii didekat Kota Napoli, Italia. Di lokasi tersebut, band Pink Floyd pernah manggung. Hal serupa dilakukan Yanni di Acropolis, Athena, Yunani. Ada juga gedung pertunjukkan Royal Albert Hall di utara Kota Westminster, London, Inggris.
"Harusnya Prambanan dan Borobudur bisa melakukan hal serupa seperti yang sudah dilakukan di Acropolis, Pompeii atau Royal Abert Hall. Sekarang ini tinggal political will saja untuk mewujudkannya," beber dia.
(tdy)