Borobudur Buat Penasaran Masyarakat Korea Selatan
A
A
A
JAKARTA - Walaupun jauh dari ukuran sebenarnya, replika Borobudur berdimensi 1.2 x 1.2 meter persegi berbahan tembaga yang diterbangkan langsung dari daerah asalnya di Jawa Tengah, membuat heboh pengunjung Seoul International Buddhism Expo 2018.
Di hari pertama, Kamis (29/3/2018) hampir 1000 orang mendatangi stand Indonesia untuk meminta informasi atau sekedar mengabadikan mega structure tersebut.
"Pasti akan lebih banyak orang Korea yang akan mengunjung Borobudur sekiranya mereka tahu betapa megahnya warisan budaya ini, " kata salah satu biksu pengunjung stand Indonesia yang terletak di Hall 3 Seoul Trade Exhibition and Convention (SETEC) Korsel.
Lain lagi komentar pengunjung bernama Lee. Dia begitu kagaum dengan bangunan bersejarah di Indonesia itu.
"Bangsa Indonesia pasti sangat bangga. Di jaman yang masih penuh dengan keterbatasan di abad 9 telah mampu membuat mega karya yang sarat dengan nilai dan ajaran seperti ini," kagumnya.
Sementara, Biksu Beophyeon, salah satu biksu terkemuka di Korea Selatan yang sebentar lagi akan menjadi Biksu Kepala di Jepang berpesan untuk melestarikan Borobudur.
"Saya tahu bahwa bangsa Indonesia sebagian besar beragama Islam, namun saya menitipkan Borobudur untuk dijaga dan dipelihara. Borobudur adalah salah satu peninggalan dan sumbangsih terbesar umat Buddha di dunia," pesan Biksu.
Replika Borobudur sumbangan tokoh Buddha Indonesia Philip Widjaja, secara khusus dihadirkan di Korea Selatan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul guna menyampaikan pesan perdamaian.
Dubes RI Umar Hadi menegaskan bahwa Borobudur merupakan salah satu monumen perdamaian bangsa Indonesia. "Di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam, Indonesia tetap merawat Borobudur.
Borobudur telah menjadi simbol harmoni, toleransi dan kebesaran bangsa indonesia yang juga mengandung nilai-nilai sosial, pendidikan, budaya dan pariwisata," kata Hadi.
International Buddhism Expo diselenggarakan oleh organisasi terbesar Buddha di Korea Selatan. Pameran yang masih akan berlangsung hingga Minggu (1/4/2018) diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan Buddha di Korea Selatan seperti para biksu dan biksuni, seniman, budayawan, penulis, serta pengusaha biro perjalanan wisata religi.
Selama beberapa tahun terahir, Indonesia yang diwakili KBRI Seoul tidak pernah absen mengikuti pameran ini. Tahun ini, untuk memaksimalkan promosi warisan budaya dunia ini, KBRI Seoul menggandeng PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko serta Garuda Indonesia.
Selain sebagai ajang promosi wisata, KBRI menggunakan ajang ini untuk meningkatkan pemahaman dan citra Indonesia sebagai negara besar yang senantiasa menjunjung tinggi nilai pluralisme, toleransi dan harmoni. Selain Indonesia, berbagai negara lain yang berpartisipasi diantaranya adalah Sri Lanka, India, Vietnam, Nepal dan Tiongkok.
Pada penyelenggaraan tahun lalu, pameran ini berhasil menarik minat 17.000 pengunjung dan diikuti oleh lebih dari 300 exhibitor.
Di hari pertama, Kamis (29/3/2018) hampir 1000 orang mendatangi stand Indonesia untuk meminta informasi atau sekedar mengabadikan mega structure tersebut.
"Pasti akan lebih banyak orang Korea yang akan mengunjung Borobudur sekiranya mereka tahu betapa megahnya warisan budaya ini, " kata salah satu biksu pengunjung stand Indonesia yang terletak di Hall 3 Seoul Trade Exhibition and Convention (SETEC) Korsel.
Lain lagi komentar pengunjung bernama Lee. Dia begitu kagaum dengan bangunan bersejarah di Indonesia itu.
"Bangsa Indonesia pasti sangat bangga. Di jaman yang masih penuh dengan keterbatasan di abad 9 telah mampu membuat mega karya yang sarat dengan nilai dan ajaran seperti ini," kagumnya.
Sementara, Biksu Beophyeon, salah satu biksu terkemuka di Korea Selatan yang sebentar lagi akan menjadi Biksu Kepala di Jepang berpesan untuk melestarikan Borobudur.
"Saya tahu bahwa bangsa Indonesia sebagian besar beragama Islam, namun saya menitipkan Borobudur untuk dijaga dan dipelihara. Borobudur adalah salah satu peninggalan dan sumbangsih terbesar umat Buddha di dunia," pesan Biksu.
Replika Borobudur sumbangan tokoh Buddha Indonesia Philip Widjaja, secara khusus dihadirkan di Korea Selatan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul guna menyampaikan pesan perdamaian.
Dubes RI Umar Hadi menegaskan bahwa Borobudur merupakan salah satu monumen perdamaian bangsa Indonesia. "Di tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam, Indonesia tetap merawat Borobudur.
Borobudur telah menjadi simbol harmoni, toleransi dan kebesaran bangsa indonesia yang juga mengandung nilai-nilai sosial, pendidikan, budaya dan pariwisata," kata Hadi.
International Buddhism Expo diselenggarakan oleh organisasi terbesar Buddha di Korea Selatan. Pameran yang masih akan berlangsung hingga Minggu (1/4/2018) diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan Buddha di Korea Selatan seperti para biksu dan biksuni, seniman, budayawan, penulis, serta pengusaha biro perjalanan wisata religi.
Selama beberapa tahun terahir, Indonesia yang diwakili KBRI Seoul tidak pernah absen mengikuti pameran ini. Tahun ini, untuk memaksimalkan promosi warisan budaya dunia ini, KBRI Seoul menggandeng PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko serta Garuda Indonesia.
Selain sebagai ajang promosi wisata, KBRI menggunakan ajang ini untuk meningkatkan pemahaman dan citra Indonesia sebagai negara besar yang senantiasa menjunjung tinggi nilai pluralisme, toleransi dan harmoni. Selain Indonesia, berbagai negara lain yang berpartisipasi diantaranya adalah Sri Lanka, India, Vietnam, Nepal dan Tiongkok.
Pada penyelenggaraan tahun lalu, pameran ini berhasil menarik minat 17.000 pengunjung dan diikuti oleh lebih dari 300 exhibitor.
(tdy)