Jangan Abaikan Mata Kering

Senin, 23 April 2018 - 12:13 WIB
Jangan Abaikan Mata...
Jangan Abaikan Mata Kering
A A A
JAKARTA - Mata sering merah, kering, mengganjal, atau merasakan sensasi berpasir? Bisa jadi itu gejala dry eye. Kondisi ini berpotensi membahayakan kornea yang dapat menimbulkan radang hingga kerusakan permanen.

Dry eye terjadi akibat kelainan multifactorial pada lapisan air mata (tear film) yang menimbulkan gejala mulai mata merah, mudah lelah dan terasa pegal, gatal pada permukaan mata, rasa terbakar dan perih, mudah silau dan sensitif terhadap cahaya, sampai penglihatan tidak fokus.

Awalnya dry eye terkesan gangguan ringan yang membuat tidak nyaman saat beraktivitas sehari-hari. Para penderita merasa cukup bisa mengatasinya dengan obat tetes mata “Namun, lambat laun dry eye bisa menimbulkan ketergantungan pada obat tetes mata, bahkan sampai menurunkan kualitas hidup,” tutur Dr Nina Asrini Noor SpM, dokter spesialis mata RS Mata JEC dalam acara Peringatan Hari Kartini, RS Mata JEC Inisiasi Pemeriksaan Mata Gratis bagi 1.000 Perempuan (Sabtu, 21/4).

Di Indonesia, gangguan dry eye (mata kering), dialami 27,5%-30,6%, sedangkan 5%- 30% di antaranya lansia. Ada beberapa faktor risiko yang bisa sebabkan gangguan ini, antara lain usia di atas 50 tahun (khususnya pascamenopause), faktor lingkungan (debu, berangin, asap rokok), riwayat operasi mata/penyakit lain, beraktivitas dengan komputer/gawai, penyakit autoimun/diabetes, penggunaan obat tertentu, baik obat minum ataupun tetes mata.

Dr Nina menuturkan, perempuan di atas usia 50 tahun, terlebih pasca menopause, semakin rawan ancaman dry eye. Kadar estrogen yang menurun dan tingkat androgen yang semakin rendah memberi pengaruh pada keseimbangan produksi air mata.

“National Women’s Health Resource Center menyatakan, dry eye tingkat sedang-hebat dialami perempuan lebih banyak dua kali lipat dibanding pria. Gejala yang bisa timbul seperti mengganjal, sering merah, berair, terasa kering, sensasi berpasir, ada kotoran mata, terasa lengket, dan sering dikucek.

Mata juga sering terasa cepat lelah, mudah silau, dan penglihatan buyar. Masalahnya, hanya 60% pasien dry eye yang punya keluhan, sisanya tidak merasakan gejala. “Jadi, gejala tidak bisa diandalkan dalam menilai dry eye karena bisa berujung pada diagnosis yang kurang tepat,” ucap dr Nina.

Sementara itu, Titin Prihatiningsih, Direktur HR JEC Korporat, mengatakan, dry eye bukan gangguan mata biasa. “Jika hanya dikasih obat tetes mata, itu tidak menyembuhkan, malah bisa menimbulkan efek lebih serius, kerusakan pada kornea yang bisa jadi rusak permanen,” bebernya.

Dikutip dari Prevention.com, bagi mereka yang sering menatap layar komputer atau ponsel pintar, James Sinoway OD, spesialis mata di Kota New York, menyarankan untuk berhenti sejenak menatap layar selama satu menit setiap satu jam.
“Para ahli lain menyarankan aturan 20-20-20. Jadi, setiap 20 menit, istirahat 20 detik dengan menatap sesuatu sejauh 20 kaki. Menatap sesuatu dari jarak dekat seperti komputer menambah tekanan pada mata dibanding menatap benda lain yang jauh,” papar Sinoway. Faktor hormon membuat perempuan lebih berisiko ter serang gangguan dry eye.

Memahami kondisi tersebut, RS Mata JEC memberikan pemeriksaan mata secara cuma-cuma kepada 1.000 perempuan Indonesia. Prakarsa ini juga menjadi bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Kartini yang telah menjadi rutinitas perusahaan setiap tahun.

“Tahun ini imple men tasi kultur perusahaan ini di perluas dengan kegiatan pemerik saan mata secara cumacuma yang menyasar kepada 1.000 perempuan dari berbagai kalangan dan latar profesi, meliputi pengecekan dry eye, glaukoma, katarak, dan retina.

“Mengingat begitu vitalnya organ mata, JEC meyakini, dengan deteksi kondisi penglihatan lebih awal, para perempuan bisa terus beraktivitas lebih nyaman tanpa kendala,” tandas Titin.

Untuk mendeteksi dry eye, beberapa metode bisa menjadi pilihan, mulai kuesioner, schirmer test untuk menilai volume air mata, tear break up time (TBUT) untuk menilai stabilitas air mata, ocular surface staining untuk menilai derajat peradangan dan kerusakan permukaan mata, sampai tearscope dan meibography untuk menilai kondisi kelenjar meibom di kelopak mata.

Meski belum mengalami gejala tertentu, sebaiknya pemeriksaan mata dilakukan secara berkala dan menyeluruh agar risiko dry eye bisa dihindari atau segera teratasi. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1055 seconds (0.1#10.140)